BAB I PENDAHULUAN
1.Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini Indonesia masih terus berjuang untuk melawan kekerasan dan perampasan Hak Asasi Manusia ( HAM ). Perbudakan dan penjualan manusia adalah beberapa kasus yang masih terus bergulir. Himpitan ekonomi menjadikan masyarakat untuk mencari jalan keluar dengan melakukan segala daya upaya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dalam pemenuhan itu, kadang kala mereka tidak memikirkan dampak dari apa yang mereka kerjakan. Yang penting bagi mereka, hidup harus terus berjalan. Persatuan
Bangsa-bangsa
(PBB)
mendefenisikan
human
trafficking atau perdagangan manusia sebagai: Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman, atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan,kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, memberi atau menerima bayaran atau manfaat untuk memperoleh ijin dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan dan situasi psikologis menjadi. salah satu penyebab yang tidak disadari sebagai peluang munculnya human trafficking atau perdagangan manusia.
9
Penanganan dan pencegahan penjualan manusia ini menuntut semua peran dan tanggung jawab semua lapisan masyarakat, dan generasi bangsa. Dan dalam penanganan kasus-kasus trafficking ini kepolisian juga dibantu oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) yang focus terhadap perlindungan anak dan perempuan dan juga beberapa organisasi kemanusiaan lainnya dari dunia internasional. Peran dan tanggung jawab tersebut yang tengah dilaksanakan oleh PKPA ( Pusat Kajian Perlindungan Anak) dan AusAID yang merupakan lembaga bantuan pemerintah Australia yang dikelola oleh Kementerian Luar Negeri. Kedua lembaga tersebut yang fokus terhadap perlindungan anak,akan mensosialisasikan pencegahan penjualan manusia dengan menyelenggarakan sebuah program “Kampanye Human Trafficking”. Untuk
mendukung
keberhasilan
program
tersebut
PKPA
berinisiatif untuk mengupayakan suatu kreativitas agar lebih menarik minat khalayak dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Human Trafficking, PKPA bekerja sama dengan Teater O fakultas Sastra USU untuk menampilkan pertunjukan teater yang berjudul Detektif DangaDanga dalam episode “Anak Perawan di Sangkar Mucikari “.Diharapkan melalui sosialisasi ini penonton khususnya lebih berhati-hati terhadap human trafficiking atau penjualan manusia. Teater merupakan suatu media komunikasi langsung yang djadikan wahana penting
dalam menyebarkan kebudayaan dan pemikiran di
sepanjang zaman. Teater dipilih menjadi media komunikasi untuk
10
menyampaikan pesan yang ingin disampaikan pada masyarakat melalui setiap adegan sehingga pesan dapat diterima dan dipahami dengan mudah oleh audience. Seni teater merupakan salah satu media komunikasi yang mempunyai pengaruh kuat dalam mengungkap realitas. Pengungkapan realitas dituangkan dalam naskah yang selanjutnya diterjemahkan dalam kesatuan unsur antara panggung, lighting, setting, musik, gesture dan vocal. Perpaduan masing-masing unsur mengandung makna dan pesan yang perlu diinterpretasikan lebih mendalam karena menggunakan simbolsimbol verbal maupun non verbal. John
Powers,
(Littlejohn,1995:
)
dalam
usahanya
untuk
mengembangkan berbagai cabang disiplin komunikasi, menegaskan bahwa yang paling penting dalam komunikasi adalah pesan. Menurut Powers, pesan memiliki tiga unsure, yaitu tanda dan symbol, bahasa, dan wacana. Di dalam setiap proses komunikasi, pesan dapat menimbulkan efek tertentu yaitu efek kognitif (pengetahuan), efek afektif ( sikap ), efek behavior ( tindakan ). Dalam hal ini Wilbur Schramm (Sunarjo: ) menggambarkan proses terjadinya efek itu sebagai berikut :dimulai dari sumber (komunikator) yang merasakan urgensinya suatu pesan untuk disamapaikan kepada khalayak (komunikan) sebagai sasaran, agar pesan itu dapat disampaikan maka terlebih dahulu harus diberi bentuk melalui bahasa yang menggunakan symbol atau lambing-lambang berarti, kemudian pernyataan itu dilontarkan langsung atau melalui alat bantu (
11
media ) . Seterusnya pernyataan itu diterima oleh khalayak dengan terlebih dahulu diartikan dan kemudian ditafsirkan. Terakhir timbullah efek yang bermacam-macam sesuai dengan pengaruh atau kekuatan pesan tersebut kepada khalayak. Perhatian masyarakat merupakan efek dari komunikasi dari tahap awal. Binjai, Stabat, Tebing Tinggi dan Medan merupakan 4 kota besar yang ada di Sumatera Utara, tingkat perekonomian dan pendidikannya relative lebih tinggi dari kota-kota lainnya, selain itu penonton juga di dominasi oleh remaja dan pemuda yang duduk di bangku sekolah dan kuliah, oleh karena itu komunikasi melalui teater yang dilaksanakan harus diupayakan semenarik mungkin dan berkaitan dengan kepentingan ( interest ) yang mendorong kegairahan penonton. Kampanye human trafficking yang menggunakan teater sebagai media komunikasi ini baru pertama kali di Indonesia, apakah mampu menyampaikan informasi tentang human trafficking, apalagi penonton hanya menonton pertunjukan ini satu kali. Apakah kondisi ini dapat terjawab oleh pertunjukan teater dalam mengkomunikasikan pesan yaitu informasi tentang human trafficking yang merupakan masalah utama dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik dengan masalah ini dan penulis merasa masalah ini perlu diteliti lebih lanjut lagi.
9. Perumusan Masalah
12
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti mencoba merumuskan masalah yang menjadi dasar penelitian dalam menyusun skripsi yaitu: “Sejauhmanakah Pengaruh Pertunjukan Teater sebagai Media Kampanye Human Trafficking terhadap Tingkat Penerimaan Informasi Human Trafficking pada Pelajar SMA di kota Tebing Tinggi, Stabat, Binjai, dan Medan”
10. Pembatasan Masalah Untuk menghindari terlalu luasnya lingkup penelitian maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari hubungan antara pengaruh pertunjukan teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” sebagai media kampanye human trafficking terhadap tingkat penerimaan informasi human trafficking pada pelajar SMA di Kota Binjai,Stabat dan Tebing Tinggi dan Medan. 2. Penelitian terbatas hanya pada pertunjukan teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” yang tampil pada tanggal 20 maret di Binjai, 27 maret di Stabat, dan 6 Maret di Tebing Tinggi, dan Medan tanggal 10 April. 3. Penelitian ini dilakukan di kota Stabat, Binjai, Tebing Tinggi dan Medan.
13
4. Sebagai objek penelitian adalah pelajar SMA yang merupakan audience pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” baik pria dan wanita berumur 15-18 tahun.
11. Tujuan & Manfaat Penelitian Penelitian 4.1 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui dan menggambarkan sejauhmana pengaruh pertunjukan teater sebagai media komunikasi dalam program kampanye human trafficking b. Untuk mengetahui dan menggambarkan
keberhasilan serta
tanggapan khalayak mengenai teater sebagai media komunikasi dalam Kampanye Anti Human Trafficking. 4.2 Manfaat Penelitian a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya
Departemen
Ilmu
Komunikasi
dalam
rangka
memperkayakhasanah penelitian dan sumber bacaan. b. Secara
teoritis,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian. c. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah pemahaman mengenai saluran komunikasi melalui media teater.
14
12. Kerangka Teori Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena social atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Menurut Nawawi ( 2001 : 39 ) suatu penelitian memerlukan kejelasan titik tolak landasan berfikir dalam memecahkan masalahnya. Untuk itu disusun kerangka teori yang memuat pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot. Sedangkan menurut Kerlinger dalam Jalaluddin Rahmat ( 2002 : 6 ), teori adalah sekumpulan konstruk atau konsep, defenisi, dan dalil yang saling terkait yang menghadirkan suatu pandangan sistematis tentang gejala dengan menetapkan
hubungan
diantara
beberapa
vaiabel,
dengan
maksud
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan diantaranya adalah: Teori S- O -R, komunikasi, komunikasi kelompok, teater sebagai media komunikasi, teater di Indonesia dan tingkat penerimaan informasi.
5.1 Teori S O R Teori S O R sebagai singkatan dari Stimulus Organism Response ini semula bersal dari psikoklogi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dalam komunikasi adalah sama,, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, dan afeksi. 15
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Unsur-unsur dalam model ini adalah: a. Pesan (Stimulus) b. Komunikan (Organism) c. Efek(Response) Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mar’at (1984:10) dalam bukunya “Sikap Manusia”, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu: a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan
16
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima
atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada
perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah
yang
melanjutkan
proses
berikutnya.
Setelah
komunikan
mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendi, 2001:256)
5.2 Komunikasi Menurut Wilbur Schramm ( dalam Sunarjo,1991 : 12 ) istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication” berasal dari kata latin “Communicatio” dan bersumber dari kata “Communis” yang artinya sama. Sama disini adalah sama makna atau sama arti (Effendi,1994: 9 ). Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Menurut
Effendy
(1992:
5),
komunikasi
adalah
proses
penyampaian pesan dari seorang komunikator pada orang lain ( komunikan ) untuk memberitahukan atau mengubah pendapat atau perilaku baik secara langsung maupun melalui media. Sedangkan Carl Hovland mengatakan bahwa komunikasii adalah upaya-upaya sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azaz penyampaian informasi serta pembentukan sikap (Effendy, 1992: 10). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses penyampaian pesan dari 17
seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain tersebut dapat mengerti dan memahami pesan yang disampaikan sekaligus merubah sikap, pendapat,dan perilakunya.
5.3 Komunikasi Kelompok Untuk mengetahui pengertian komunikasi kelompok, terlebih dahulu dijelaskan pengertian kelompok. Bila ditinjau dari segi komunikasi maka kelompok tersebut terbagi atas dua bagian yaitu: a. Kelompok Besar Kelompok besar dalam komunikasi dibagi atas dua bagian yaitu kelompok besar yang resmi dan tidak resmi. Yang resmi, misalnya kongres sebuah organisasi, sedangkan yang tidak resmi berupa kampanye di lapangan besar (Effendy, 1983 :31). b.Kelompok Kecil Menurut Robert F. Bales dalam bukunya Interaction Process Analysis yang dikutip oleh Effendy mengemukakan kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan dalam tatap muka, dimana setiap anggota mendapat pesan dari persepsi antara satu dengan lainnyayang cukup kentara sehingga baik pada saat timbul pertannyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan pada masing-masing sebagai perseorangan (Effendy,1983: 80) Sastropoetro ( 1986 :143) berpendapat bahwa komunikasi kelompok
adalah
komunikasi
18
kesempatan
dimana
komunikator
mengadakan sekelompok orang(dua atau lebih) dalam bentuk seperti kuliah, seminar,rapat, konferensi, kampanye, penataran dan sejenisnya. Menurut Shaw Komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka.
5.4 Teater Sebagai Media Komunikasi Media atau saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima. Channel yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya dan suara yang dapat kita lihat dan dengar. Seni teater merupakan salah satu media komunikasi yang mempunyai pengaruh kuat dalam mengungkap realitas. Pengungkapan realitas dituangkan dalam naskah yang selanjutny diterjemahkan dalam kesatuan unsur antara panggung, lighting, setting, musik, gesture dan vocal. Perpaduan masing-masing unsur mengandung makna dan pesan yang perlu diinterpretasikan lebih mendalam karena menggunakan simbolsimbol verbal maupun non verbal. Dalam kehidupan tradisionalnya, masyarakat Indonesia sudah mengenal tiga jenis saluran komunikasi untuk menyampaikan aspirasi. Salah satunya dengan teater. Di Negara-negara berkembang, teater justru mendominasi penyebaran informasi. Beranjak dari pokok pikiran tersebut, pemerintah Indonesia melalui Departemen Penerangan pada waktu itu
19
meningkatkan komunikasinya dengan menggunakan beberapa bentuk teater daerah yang biasanya menggunakan lakon Ramayana, Panji dan cerita-cerita lainnya. Melalui suatu program yang disebut sosio-drama (teater daerah) pemerintahan Indonesia menyebarkan informasi mulai dari tingkat pusat hingga daerah dan pedesaan. Karena tradisi teater daerah sangat kuat dan sebagian penduduk ternyata masih hidup di pedesaan, teater menjadi alat yang ampuh untuk menyebarkan berbagai informasi.
5.5 Teater Teater (bahasa Inggris: theater atau theatre, bahasa Perancis théâtre berasal dari kata theatron dari bahasa Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton") adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Univesitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan teater sebagai " yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain." Teater bisa juga berbentuk: opera, ballet, mime, kabuki, pertunjukan boneka, tari India klasik, Kunqu, mummers play, improvisasi performance serta pantomim. Teater di Indonesia ada yang bersifat tradisional dan ada yang bersifat baru. Teater daerah atau tradisional adalah yang telah hidup
20
berkembang, dan diajarkan secara turun temurun seperti wayang kulit, wayang wong dan lain-lain. Teater adalah suatu pementasan yang mengolah gaya gerak tubuh,vocal,dan juga emosi kita. Titik berat pementasan adalah unsur pemeranan yang mencakup; teknik pemeranan (olah tubuh, vokal, dan rasa), penjiwaan karakter, kerjasama antarpemain, interpretasi lakon, dan, penguasaan panggung. Untuk mendukung kualitas pementasan maka peserta diharapkan memperhatikan unsur penyutradaaran dan penataan artistik.
5.6 Human Trafficking di Indonesia Human Trafficking atau Perdagangan manusia adalah segala transaksi jual beli terhadap manusia. Menurut Protokol Palermo pada ayat tiga definisi aktivitas transaksi meliputi:
perekrutan
pengiriman
pemindah-tanganan
penampungan atau penerimaan orang
21
Yang dilakukan dengan ancaman, atau penggunaan kekuatan atau bentuk-bentuk pemaksaan lainya, seperti:
penculikan
muslihat atau tipu daya
penyalahgunaan kekuasaan
penyalahgunaan posisi rawan
menggunakan pemberian atau penerimaan pembayaran (keuntungan) sehingga diperoleh persetujuan secara sadar (consent) dari orang yang memegang kontrol atas orang lainnya untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi meliputi setidak-tidaknya; pelacuran (eksploitasi prostitusi) orang lain atau lainnya seperti kerja atau layanan paksa, pebudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, perhambaan atau pengambilan organ tubuh. Dalam hal anak perdagangan anak yang dimaksud adalah setiap orang yang umurnya kurang dari 18 tahun.
5.7.Tingkat Penerimaan Informasi Penerimaan terhadap suatu informasi dengan adanya suatu inovasi baru oleh suatu masyarakat tidak terjadi secara serempak. Ada anggota masyarakat yang memang sejak lama menanti datangnya inovasi ( karena sadar akan kebutuhannya). Ada anggota masyarakat yang melihat dulu kiri kanannya dan telah yayakin benar akan keuntungan-keuntungan tertentu yang
22
bakal diperoleh, baru mau menerima inovasi dimaksud. Namun ada pula anggota masyarakat yang sampai akhir tetap tidak mau menerima suatu inovasi atau ide-ide baru( Nasution,1990 : 17 ).
13. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.Variabel Bebas (independent variabel ) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” b.Variabel Terikat dependent variabel ) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Penerimaan Informasi Human Traficking pada Pelajar c.Variabel Antara (Intervenning variabel) Variabel antara pada penelitian ini adalah karateristik responde
14. Model Toeritis Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :
23
Variabel Bebas ( X )
Variabel Terikat ( Y )
PertunjukanTeater
Tingkat Penerimaan Informasi Human
“AnakPerawan di Sarang
Trafficking pada Pelajar
Mucikari” Karakteristik Responden
15. Operasional Variabel
24
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian sebagai berikut: Variabel Teoritis
Variabel Operasional
1.VariabeL(X)
1.Frekuensi Menonton Teater
Pertunukan Teater Anak Perawan di 2.Materi/isi Cerita Sarang Mucikari
3.Latar Belakang 4.Unsur-unsur teater 5. Pemain teater
2.Variabel Terikat (Y) Tingkat
1. Perhatian
Penerimaan
Informasi Human Trafficking
2. Efek Kognitif 3. Efek Afektif
pada pelajar
1. Variabel Antara (Z)
1. Umur
Karateristik Responden
2. Jenis Kelamin 3. Hobby
25
9.Definisi Operasional Variabel Definisi operasional dari variabel-variabel dibawah ini adalah: 1. Variabel Bebas terdiri dari: a. Frekuensi menonton adalah seberapa sering pelajar menonton film. b.Materi atau isi cerita yaitu alur dari teater “Anak Perawan di sarang Mucikari” c.Latar belakang yaitu berupa alasan mengapa menonton teater, seperti hobby,
rasa penasaran atau diajak teman
d.Unsur-unsur teater, merupakan gejala atau efek yang ditimbulkan setelah menonton e. Pemain Teater, adalah orang –orang yang memerankan teater. 2. Variabel Terikat a. Perhatian, jika kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera lain. b. Efek kognitif, merupakan pengetahuan mahasiswa pada dunia sekitar setelah menonton teater c. Efek Afektif, merupakan efek yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan 3. Variabel Antara (Karateristik Responden)
26
a. Umur: usia responden ketika tingkatan umur responden yang akan dijadikan sample 15-18 tahun b. Jenis Kelamin: wanita/pria c. Hobby: merupakan kesukaan atau hal yang paling disukai responden. 10 .Hipotesis Hipotesis merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam suatu penelitian, hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara (tentative answer) bagi masalah atau pertanyaan penelitian, yang karenanya perlu diuji melalui prosedur pengujian hiotesis (Lubis, 1998:13). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini : Ho = Tidak terdapat hubungan antara Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” terhadap tingkat penerimaan pelajar terhadap Informasi human traficking. Ha = terdapat hubungan anatar antara Pertunjukan Teater “Anak Perawan di Sarang Mucikari” terhadap tingkat penerimaan pelajar terhadap Informasi human trafficking.
27