BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang handal, tentunya diperlukan peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai aspek diantaranya matematika. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta yang lebih mendasar lagi, Pendidikan matematika juga mempunyai peranan penting dalam membentuk siswa yang dapat berpikir kritis, logis dan sistimatis. Hal tersebut sangat sesuai dengan tiga kompetensi yang dijadikan tolak ukur dalam penilaian di sekolah yaitu kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor, didalamnya siswa memiliki kemauan untuk memperoleh pengetahuan, pengembangan jati diri, melaksanakan tugas-tugas tertentu. Serta dapat hidup berdampingan sesama secara harmonis, kerjasama, mengemukakan pendapat, dan menciptakan keterampilan-keterampilan khusus dalam belajar matematika. Dijelaskan tujuan pengajaran matematika pada pendidikan dasar dan menengah (Depdiknas, 2006) antara lain agar peserta didik memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat,efisien dan tepat.
1
2
Namun dengan melihat fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan kita, belum
mampu memperlihatkan hasil yang memuaskan,khususnya pada
mata pelajaran matematika. Demikian pula halnya pembelajaran matematika di Madrasah aliyah, menunjukkan masih dijumpainya kesulitan-kesulitan para siswa dalam mempelajarinya, kondisi ini terjadi
di MA Al-Inayah Bandung.
Disamping kesulitan-kesulitan diatas, kondisi hasil belajar siswa untuk mata pelajaran matematika kelas X.A, semester genap sebelumnya menunjukkan hasil yang kurang memuaskan yaitu rata-rata kelas 55 dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah 38 sedangkan nilai SKBM adalah 61, ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa masih sangat rendah, khususnya pada materi trigonometri dalam menentukan rumus aturan sinus dan kosinus. Salah satu penyebab kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi trigonometri adalah karena sebagian besar guru belum mampu memilih model atau metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk pokok bahasan materi yang akan diajarkan. Misalnya, pada pembelajaran aturan sinus, cosinus dan luas segitiga digunakan metode ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian soal-soal (biasa dikenal dengan metode konvensional). Hal ini kurang tepat dalam pemilihan metode karena ketrampilan dan keaktifan siswa kurang dioptimalkan sehingga penanaman konsep aturan sinus, cosinus dan luas segitiga masih kabur. Kadangkala para guru sendiri belum menguasai berbagai jenis metode pembelajaran yang tepat untuk masing-masing pokok bahasan. Akibatnya, terdapat kecenderungan penggunaan metode pembelajaran yang bersifat monoton, yaitu guru menggunakan metode yang hampir sama pada setiap
3
materi. Hal ini belum tentu sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk masingmasing pokok bahasan.
Kenyataan lain yang sering dijumpai adalah masih
adanya guru yang tidak merasa siap, mereka merasa kurang menguasai materi tersebut sehingga berusaha menghindarinya. Untuk
mengatasi
permasalahan-permasalahan
tersebut,
tentunya
diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga tugas belajar peserta didik.Menurut Sagala (2003: 175) bahwa “ model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan”. Salah satu alternatif penggunaan model pembelajaran yang dapat merangsang minat dan keaktifan siswa yaitu model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division ( STAD )dengan media ICT. Menurut Rusman (2010: 213)“Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri”. Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme, pada dasarnya pendekatan teori kontruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Dalam model pembelajaran kooperatif ini guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan
4
untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Sedangkan media ICT dipergunakan sebagai media oleh guru dalam pembelajaran guna untuk mengantarkan pemahaman konsep
siswa
terhadap materi trigonometri. Dengan prinsip pembelajaran model diatas, pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan harus dikontruksi sendiri oleh siswa dengan fasilitas dari guru. Siswa belajar dengan mengalami sendiri, mengkontruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Siswa harus tahu makna belajar dan menyadarinya, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya. Disinilah tugas guru untuk mengatur strategi pembelajaran dengan membantu
menghubungkan
pengetahuan
lama
dengan
yang
baru
dan
memanfatkannya. Siswa menjadi subjek belajar sebagai pemain dan guru berperan sebagai pengatur kegiatan pembelajaran ( sutradara ) dan fasilitator. Berdasarkan uraian diatas maka penulis berkeinginan untuk meneliti apakah
penggunaan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
dapat
meningkatkan hasil Belajar siswa pada materi trigonometri. Untuk selanjutnya, penilitian ini penulis beri judul, Penggunaan Model Kooperatif Tipe STAD dengan Media ICT dapat Meningkatkan Kemampuan Pemahaman konsep siswa di Kelas X.A Madrasah Aliyah AL-Inayah Bandung.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah penggunaan model kooperatif tipe STAD dengan media ICT dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus dan luas segitiga di kelas X.A MA Al-Inayah Bandung ? 2. Bagaimana sikap siswa kelas X.A MA Al-Inayah Bandung terhadap penggunaan model kooperatif tipe STAD dengan media ICT dalam pembelajaran trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus kosinus dan luas segitiga?
C. Hipotesis Tindakan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Terdapat peningkatan aktivitas belajar dan kemampuan pemahaman konsep siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus kosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X.A di MA Al-Inayah Bandung”.
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
6
1. Untuk mengetahui peningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan
trigonometri
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media ICT pada siswa kelas X.A MA AlInayah Bandung . 2. Untuk mengetahui sikap siswa kelas X.A MA Al-Inayah Bandung terhadap penggunaan model kooperatif tipe STAD dengan media ICT dalam pembelajaran trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus dan luas segitiga.
E. Manfaat Penelitian Kegiatan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Bagi Penulis (Guru) : Meningkatkan kemampuan sebagai guru, guna mencari alternatif perbaikan pembelajaran matematika dan meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan pengembangan profesinya. 2. Bagi Siswa : Memberikan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan dinamis serta
bermakna, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan
pemahaman konsep dan hasil belajar yang mereka peroleh. 3. Bagi Sekolah : Memberikan sumbangan adanya inovasi model pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar di tingkat sekolah.
7
F. Defenisi Operasional 1. Trigonometri adalah cabang ilmu ukur yang membahas aspek-aspek segitiga. Adapun aspek yang diukur adalah nilai sinus, kosinus, tangen sudut dan besar sudut segitiga. 2. Pemahaman konsep menurut Kilpatrick dalam (Patria,2007:10) suatu pemahaman yang berhubungan dengan pengingatan akan konsep-konsep dasar yang melibatkan oprasi, relasi dan generalisasi dalam proses pembelajaran matematika. 3.
STAD singkatan dari Student Teams-Achievement Division. STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin dalam STAD siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4 – 5 orang yang terdiri kelompok campur menurut tingkat kerja, jenis kelamin, suku dan ras, yang melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Inti kegiatan dalam STAD adalah sebagai berikut: (1) Mengajar: Guru mempresentasikan materi pelajaran. (2) Belajar dalam tim: siswa belajar melalui kegiatan kerja dalam kelompok mereka dengan dipandu oleh LKS untuk menuntaskan materi pelajaran. (3) Pemberian kuis : Siswa mengerjakan kuis secara individual dan siswa tidak bolek bekerja sama. (4) penghargaan: pemberian penghargaan pada siswa yang berprestasi dan tim yang memperoleh skor tertinggi dalam kuis.
8
4. Media adalah segala sesuatu alatkomunikasi, baik cetak maupun audio visual, yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima pesan. 5. Media ICT (Information and communication technology) merupakan media pembelajaran yang berbantukan komputer.