BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah Saat ini bank menjadi salah satu kegiatan usaha yang memegang peranan penting dalam perekonomian dunia. Bank juga merupakan salah satu produk jasa yang digunakan oleh orang banyak atau masyarakat dengan fungsi utamanya adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpundana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana kemudian menempatkan dananya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak (Kasmir, 2010).
Keberhasilan bank dalam melakukan fungsi ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang diantaranya adalah kepercayaan masyarakat pada suatu bank, yang mana kepercayaan ini sangat dipengaruhi oleh kinerja bank yang bersangkutan, posisi keuangan, kemampuan, integritas, serta kredibilitas para manajemen bank (Rodoni, 2006). Dengan hal tersebut nasabah diharapkan akan lebih selektif dalam menentukan pilihannya. Menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sistem perbankan di Indonesia diatur dalam UU 7/1992 tentang Perbankan (diubah
1
dengan UU 10/1998tentang Perbankan)menyebutkan bahwa perbankan di Indonesia terdiri atas dua jenis, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat.Kedua bank tersebut melaksanakan kegiatan secara konvensional atau syariah yang dinyatakan dalam UU 10/1998 tentang perbankan.Hal ini berarti bahwa Indonesia menganut sistem perbankan ganda (dual banking system). Secara kelembagaan, bank syariah di Indonesia memiliki tiga kelompok, yaitu bank umum syariah, unit usaha syariah dan bank perkreditan rakyat syariah (Yumanita, 2005) Semenjak itu, bank syariah mulai tumbuh pesat di Indonesia dalam bentuk bank umum syariah, unit usaha syariah dan bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Pada dasarnya, sistem perbankan syariah memiliki kesamaan dengan sistem perbankan konvensional untukproses bisnisnya. Keduanya merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan memberikan jasa perbankan untuk membantu dalam mendukung kelancaran penghimpunan dana baik dalam bentuk kredit maupun simpanan yang dilakukan oleh nasabah. Bank syariah dan bank konvensional memiliki perbedaan dalam hal sistem balas jasa yang diberikan kepada para nasabah. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip balas jasanya masing-masing, kedua sistem perbankan ini bersaing bebas dalam pasar uang dimana jutaan nasabah diperebutkan dengan berbagai strategi (Hutabarat, 2010) Bisnis perbankan syariah tidak saja dilakukan oleh bankyang murni berbasis syariah, tetapi hampir seluruh bank konvensional juga membuka bisnis perbankan syariah, sehingga memberikan banyak alternatif pilihan bagi
2
masyarakat.Baik bank syariah maupun bank konvensional menawarkan begitu banyak produk, fasilitas pelayanan dan promosi bagi para nasabahnya. Kondisi persaingan bisnis perbankan ini tentunya mendorong setiap bank untuk mencari berbagai strategi bisnis agar dapat menarik nasabah baru dan mempertahankan nasabah yang telah ada(Amelia, 2014). Perbankan syariah yang relatif baru dalam industri perbankan telah diatur melalui beberapa peraturan perundang-undangan, seperti UU 10/1998 tentang Perbankan dan UU 21/2008 tentang Perbankan Syariah. Sistem perbankan syariah menjadi solusi masalah keuangan global yang cenderung spekulatif dan mengutamakan keuntungan,sedangkan perbankan syariah mengutamakan sektor riil ketimbang pasar keuangan sehingga cocok dikembangkan di Indonesia. Pada praktiknya di Indonesia, proses bisnis perbankan syariah tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional karena keterbukaan bagi nasabah non muslim, adapun sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali (OJK, 2013). Hal ini ditunjukkan dengan praktik perbankan syariah dalam menyediakan layanan seperti tabungan, pembiayaan dan jasa lainnya yang sifatnya terbuka tidak mengkhususkan hanya untuk nasabah muslim saja, tetapi juga bagi non muslim. Hal ini membuktikan bahwa bank syariah membuka peluang yang sama terhadap semua nasabah dan tidak membedakan nasabah. Dalam perkembangannya, bank syariah memiliki peran yang cukup berarti dalam perekonomian Indonesia, terutama peran startegis dalam mewujudkan
3
sistem perekonomian yang semakin berimbang. Jaringan unit usaha dan dana pihak ketiga (DPK) yang terus bertambah membuktikan bahwa peranan bank syariah di Indonesia semakin berkembang dari waktu ke waktu. Berikut adalah perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia dari tahun 2010 sampai dengan Desember 2014. Tabel I.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2010-2014 Kelompok Bank Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah Jumlah Kantor Dana Pihak Ketiga BPRS Jumlah Kantor Dana Pihak Ketiga
2010
2011
2012
2013
2014
11 11 11 11 12 23 24 24 23 22 1.477 1.737 2.262 2.588 2.471 76.036 115.415 147.512 183.534 217.858 150 155 158 163 163 286 364 401 402 439 1.603.778 2.095.333 2.937.802 3.666.174 4.028.415
Sumber : Statistik Bank Indonesia (2014)
Tabel I.1 di atas menunjukkan bahwa industri perbankan syariah mengalami perkembangan dari segi jumlah unit usaha, dan penghimpunan dana pihak ketiga, baik bank umum syariah maupun bank perkreditan rakyat syariah. Adapun jumlah akunnasabah yang dikelola oleh bank syariah pada 2011 tercatat sebanyak 8,2 juta nasabah, tahun 2012 sebanyak 10,8 juta nasabah, dan tahun 2013 sebanyak 12,3 juta nasabah. Jumlah akun nasabah yang dikelola perbankan syariah tersebut meningkat 13,9% dari rentang tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Salah satu wilayah yang memiliki industri perbankan syariah di Indonesia adalah Daerah Istimewa Yogyakarta.Kantor Wilayah Bank Indonesia (KWBI) Yogyakarta mencatat jumlah nasabah perbankan syariah mencapai 241 ribu 4
dengan 23 ribu diantaranya menyimpan dananya di Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Mahdi (2012) mengatakan bahwa pertumbuhan aset perbankan syariah di Indonesia menunjukkan peningkatan dalam tujuh tahun terakhir, yaitu dari Rp249 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp2,3 trilyun pada kuartal I tahun 2012 dengan pertumbuhan rata-rata 97,2 persen pertahun. Pertumbuhan ini, menurut Mahdi (2010) didorong oleh pertumbuhan penghimpunan dana dari nasabah dengan jumlah rata-rata 56,8% per tahun. Di sisi lain, pangsa pasar aset perbankan syariah terhadap aset perbankan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencapai 6,68% lebih tinggi dibanding perbankan umum yang hanya 4,1% (Sujatmiko,2012) Berikut adalah data statistik Bank Indonesia mengenai perbankan syariah di Provinsi DIY tahun 2011 sampai 2014. Tabel I.2 Perkembangan Perbankan Syariah di Provinsi DIY Tahun 2013 – 2014 (dalam juta rupiah) Keterangan Aset Dana pihak ketiga Jumlah Rekening DPK (satuan) Pembiayaan Jumlah Rekening (satuan)
2011 170.184 125.671 223.393
2012 245.299 190.919 278.312
2013 272.072 215.115 306.018
2014 313.121 237.784 329.536
120.203 29.754
155.464 32.183
179.473 33.639
220.995 50.643
Sumber: Statistik Bank Indonesia Yogyakarta (2014)
Industri perbankan syariah di Provinsi DIY mengalami peningkatan dalam rentang tahun 2011 sampai September 2014 dilihat dari sisi aset, DPK, pembiayaan, dan jumlah nasabah. Pertumbuhan tersebut memperlihatkan bahwa perbankan
syariah
telah
berkembang
baik
di
Provinsi
DIY.Hal
ini
5
mengindikasikan bahwa perbankan syariah semakin diminati oleh masyarakat di Provinsi DIY. Provinsi DIY sendiri memiliki rata-rata perkembangan perbankan syariah yang lebih baik dalam rentang waktu 2012 sampai 2014 dari sisi asset, DPK, dan pembiayaan dibanding dengan provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten yang luas wilayahnya tidak jauh berbeda. Dari sisi pembiayaan sendiri dari ketiga provinsi tersebut DIY memiliki persentase yang lebih baik yaitu sebesar 23% dibanding Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten yang persentase pembiayaannya sebesar 17% dan 21%. (Statistik Bank Indonesia, 2012-2014) Tingginya tingkat persaingan usaha dalam bisnis perbankan khususnya perbankan syariah menuntut pihak manajemen perusahaan untuk menguji perilaku nasabah dalam memilih bank, sehingga tercipta strategi pemasaran yang dapat menarik nasabah.Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam menggunakan produk dan jasa bank syariah di Provinsi DIY. Metode yang akan digunkan dalam penelitian ini adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP dapat memecahkan masalah yang kompleks, dimana kriteria yang diambil lebih dari satu.Selain itu, metode AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multiobjektif dan multikriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hierarki. I.2. Rumusan Masalah Tingginya tingkat persaingan usaha dalam bisnis perbankan khususnya perbankan syariah mendorong setiap bank untuk menawarkan berbagai produk,
6
serta memberikan fasilitas pelayanan yang terbaik.Keberadaan bank konvensional dan bank syariah secara umum memiliki fungsi stategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, namun karakteristik
dari
kedua
tipe
bank
(konvensional
dan
syariah)
dapat
mempengaruhi perilaku nasabah dalam menentukan preferensi mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe bank tersebut.Lebih lanjut, perilaku nasabah terhadap produk perbankan (bank konvensional dan bank syariah) dapat dipengaruhi oleh sikap dan persepsi masyarakat terhadap karakteristik perbankan itu sendiri (Rivai, 2006). Hal ini lah yang kemudian menjadi perhatian penting pada sektor perbankan syariah sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai preferensi nasabah dalam menggunakan produk dan jasa bank syariah, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi bank syariah dalam menentukan strategi pemasaran untuk menarik calon nasabah dan mempertahankan nasabah yang telah ada. I.3. Tujuan Penelitian a. Mengidentifikasi faktor-faktor atau kriteria yang mempengaruhi nasabah menggunakan produk dan jasa bank syariah di Provinsi DIY. b. Menganalisis dan mengetahui bobot dari masing-masing faktor atau kriteria yang menjadi pertimbangan nasabah dalam menggunakan produk dan jasa bank syaariah di Provinsi DIY.
7
I.4. Manfaat Penelitian a. Memberikan pemahaman bagi industri perbankan syariah dalam mengidentifikasi preferensi nasabah dalam menggunakan produk dan jasa perbankan syariah. b. Memberikan kontribusi bagi perbankan syariah di Provinsi DIY dalam menentukan strategi pemasaran produk dan jasa perbankan syariah. c. Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya terkait keputusan nasabah dalam menggunakan produk dan jasa perbankan syariah. I.5. Kerangka Pemikiran
Nasabah
Kebutuhan akan Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Prinsip Syariah
Pelayanan
Biaya
Keputusan Nasabah Menggunakan Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Gambar I.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
8
I.6.
Sistematika Penulisan Penyusunan tugas akhir ini disusun dalam lima bab dengan kerangka
penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Bab iniakan membahas teori yang berkaitan dengan bank dan konsep perbankan syariah, konsep dan stategi pemasaran. BAB III Metodologi Penelitian Bagian ini menjelaskan secara detail mengenai cara, jenis dan sumber data yang akan digunakan dalam menganalisis topik penulisan BAB IV Bab ini berisi analisis data penelitian, interpretasi dan disertai pembahasan data, dan metode analisis data. BAB V Kesimpulan dan Saran Bab ini akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan selanjutnya.
9