BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Krisis keuangan yang melanda beberapa negara di Asia termasuk Indonesia pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan hidup) entitas bisnis. Beberapa hal yang memicu masalah going concern pada tahun tersebut umumnya adalah perusahaan-perusahaan memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi, saldo hutang jangka pendek dalam jumlah besar yang segera jatuh tempo, mengalami penurunan modal (capital deficiency) yang signifikan, kerugian keuangan (financial losses) yang disebabkan karena kerugian nilai tukar, menanggung beban-beban keuangan, kerugian operasional dan tidak adanya action plans yang jelas dari pihak manajemen (Juniarti, 2000 dalam Lubis, 2011). Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan keberlangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, auditor sangat diandalkan dalam memberikan informasi laporan keuangan yang baik bagi investor (Levitt, 1998 dalam Fanny dan Saputra, 2005). Auditor bertanggungjawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP seksi 341, 2011). Selain itu, Statement on Auditing Standards (SAS) No.59 juga menyatakan bahwa auditor
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I Pendahuluan
2
harus mengungkapkan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan (Auditing Standard Board (ASB), 1998). Going concern (kelangsungan hidup) merupakan kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah (Petronela, 2004). Going concern disebut juga sebagai kontinuitas yang merupakan asumsi akuntansi yang memperkirakan suatu bisnis akan berlanjut dalam jangka waktu yang tidak terbatas (Syahrul dan Muhammad, 2000). Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek (Hany et al., 2003). Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi utama mengenai kondisi keuangan perusahaan dan informasi itu penting bagi pemakai laporan keuangan seperti kreditor, investor, pelanggan dan lain sebagainya dalam pengambilan keputusan untuk masa yang akan datang. Sesuai dengan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan nomor: Kep06/BL/2006, mewajibkan bagi setiap perusahaan efek untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan yang harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat lazim dan disampaikan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan selambatlambatnya pada akhir bukan ke-3 setelah tanggal laporan keuangan tahunan (Departemen Keuangan RI, 2006 dalam Sriyani dkk., 2012). Laporan
keuangan
merupakan
salah
satu
sarana
penting
untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Universitas Kristen Maranatha
BAB I Pendahuluan
3
Auditor dipandang sebagai pihak independen yang mampu memberikan pernyataan yang bermanfaat mengenai kondisi keuangan klien (Junaidi dan Hartono, 2010). Auditor menjembatani antara kepentingan investor dan kepentingan perusahaan sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan. Investor akan lebih percaya terhadap angka-angka akuntansi yang mencerminkan kinerja perusahaan pada laporan keuangan yang telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Adityaningrum (2012) dalam Muthahiroh (2012) menyatakan bahwa opini wajar tanpa pengecualian yang diungkapkan oleh auditor secara tidak langsung menyatakan angka-angka akuntansi dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material. Clarkson dan Simunic (1994) melakukan studi yang mengidentifikasi reaksi investor terhadap opini audit yang memuat informasi kelangsungan hidup perusahaan berdasarkan pengungkapan hasil analisis laporan keuangan. Studi tersebut menemukan bukti bahwa ketika investor akan melakukan investasi, maka mereka perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, dengan melihat laporan auditor, terutama menyangkut kelangsungan hidup perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa investor sangat mengandalkan opini audit yang diberikan auditor untuk melakukan keputusan investasi (Levitt, 1998 dalam Fanny dan Saputra, 2005). Kondisi keuangan merupakan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit, banyak ditemukan masalah going concern (Ramadhany, 2004). Menurut Mckeown et al. (1991) menyatakan bahwa semakin kondisi keuangan terganggu atau memburuk, maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan, auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going
Universitas Kristen Maranatha
BAB I Pendahuluan
4
concern. Banyak pertimbangan yang bisa dilakukan auditor untuk melihat kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya yakni memprediksi kebangkrutan perusahaan. Fanny dan Saputra (2005), menemukan bahwa prediksi kebangkrutan dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini audit going concern. Hal ini disebabkan adanya nilai Z-score perusahaan sampel berada di bawah 1.23 yang mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami masalah keuangan yang sangat serius dan dikategorikan perusahaan yang bangkrut. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Para pemakai laporan keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going concern ini sebagi prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Auditor harus bertanggung jawab terhadap opini audit going concern yang dikeluarkannya, karena akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan (Setiawan, 2006). Pengeluaran opini audit going concern ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena ketika seorang investor akan melakukan investasi, ia perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan, terutama yang menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut (Hany et al., 2003). Hal ini membuat auditor mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mengeluarkan opini audit going concern yang konsisten dengan keadaan sesungguhnya. Pemberian opini audit going concern oleh auditor juga tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya, karena kegiatan usaha pada suatu perusahaan untuk tahun tertentu tidak terlepas dari keadaan yang terjadi pada tahun
Universitas Kristen Maranatha
BAB I Pendahuluan
5
sebelumnya (Dewi, 2009). Jika manajemen perusahaan tidak mampu melakukan perbaikan dalam menghadapi kondisi keuangan perusahaan yang buruk akibat opini going concern yang diterima tahun sebelumnya seperti rencana untuk melakukan penjualan aktiva, menaikkan modal pemilik, mengurangi utang dan restrukturisasi utang, maka opini yang diperoleh dari auditor pada tahun berjalan akan tetap opini yang diterima tahun sebelumnya yaitu opini audit going concern (Suprobo, 2011 dalam Sriyani dkk., 2012). Pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah karena berkaitan erat dengan reputasi auditor. Barnes dan Huan (1993) dalam Fanny dan Saputra (2005) mengatakan bahwa reputasi Kantor Akuntan Publik tidak berpengaruh terhadap opini audit, hal ini dikarenakan ketika sebuah Kantor Akuntan Publik sudah memiliki reputasi yang baik, maka ia akan berusaha mempertahankan reputasinya tersebut, sehingga mereka akan selalu bersikap objektif terhadap pekerjaannya, apabila memang perusahaan tersebut mengalami keraguan akan kelangsungan hidupnya, maka opini yang akan diterimanya adalah opini audit going concern, tanpa memandang apakah auditor tergolong dalam big four firms atau bukan. DeAngelo (1981) menyatakan bahwa perusahaan audit skala besar memiliki intensif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan pada perusahaan audit skala kecil. Perusahaan audit besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses pengadilan. Penelitian Surya (2008) mengkaji faktor-faktor kondisi keuangan dan kualitas audit dengan menggunakan sampel 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi keuangan
Universitas Kristen Maranatha
BAB I Pendahuluan
6
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Surya (2008) yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor Kualitas Audit dan Kondisi Keuangan Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2008). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan generalisasi dari hasil penelitian terdahulu, sebab hasil penelitian yang dilakukan oleh Surya menunjukkan bahwa faktor kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Generalisasi dilakukan dengan menambahkan data tahunan dimana peneliti terdahulu hanya terbatas pada tahun 2008-2009, dan kini penelitian dilakukan dari tahun 2010-2012. Penambahan jumlah tahun dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dengan penambahan waktu tersebut dapat menunjukkan bahwa faktor kualitas audit akan mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Dalam penelitian ini juga menambahkan faktor opini audit tahun sebelumnya, karena dalam beberapa penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa faktor opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, maka dalam penelitian ini faktor tersebut ditambahkan untuk mengetahui apakah faktor opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern atau tidak. Dari teori-teori yang telah dinyatakan di atas, maka dalam penelitian ini menarik judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern”.
Universitas Kristen Maranatha
BAB I Pendahuluan
7
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Apakah Kondisi Keuangan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern? 2. Apakah Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern? 3. Apakah Kualitas Audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?
1.3 Pembatasan masalah Penelitian ini dibatasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern yang meliputi kondisi keuangan, opini audit tahun sebelumnya, dan kualitas audit.
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besar pengaruh Kondisi Keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern. 2. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besar pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern. 3. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besar pengaruh Kualitas Audit terhadap penerimaan opini audit going concern.
Universitas Kristen Maranatha
BAB I Pendahuluan
8
1.5 Kegunaan Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis mengharapkan bahwa hasilnya akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya mengenai faktor faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi Akademis Penelitian ini diharapkan apat menjadi bahan referensi untuk penelitianpenelitian selanjutnya yang sejenis yang berkaitan dengan faktor faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. 3. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi investor yang ingin berinvestasi, agar mempunyai bahan pertimbangan dalam menetapkan keputusan berinvestasi. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil dari penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca maupun sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya berkaitan dengan faktor faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern.
Universitas Kristen Maranatha