BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti memiliki pengalaman dalam bermusik karena musik mampu menjangkau semua kalangan masyarakat dengan berbagai peranannya. Musik memiliki berbagai peranan dalam masyarakat, seperti sebagai sarana upacara ritual adat maupun keagamaan, pengiring tari, sarana hiburan, sarana komunikasi, dan sarana penerangan sosial dan budaya. Berbagai peranan musik ini menjadikan musik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, bahkan musik menjadi sangat penting jika dikaitkan dengan kehidupan manusia secara umum. Musik adalah salah satu media ungkapan perasaan manusia yang diwujudkan dalam nada-nada dan ritme yang tersusun rapi dan teratur dengan berbagai unsur-unsur yang membangun musik itu sendiri sehingga menjadi indah dan berseni. Musik tersusun atas beberapa unsur penting seperti irama, melodi, dan harmoni. Selanjutnya dalam mengkombinasikan ketiga unsur tersebut terdapat berbagai aturan dan langkah-langkah sehingga tercipta musik yang harmonis dan indah. Salah satu bagian dalam musik yang tidak dapat dipisahkan dari musik yaitu lagu. Lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan
Universitas Sumatera Utara
(mengandung irama). Lagu dapat dinyanyikan secara solo, berdua (duet), bertiga (trio), berempat (kwartet) atau dalam beramai-ramai (koor). Masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari
sering
bernyanyi
melantunkan
lagu-lagu
sambil
mengerjakan aktivitas lain. Hal ini dilakukan untuk sekedar menghibur diri sendiri atau merileksasi pikiran dengan melantunkan lagu-lagu tersebut. Namun lebih dari pada itu lagu memang sudah menjadi konsumsi masyarakat, selain hanya sebagai hiburan seseorang menyanyikan sebuah lagu juga menggambarkan suasana hati seperti senang atau sedih, atau menyanyikan lagu untuk ritual upacara adat, hingga lagu untuk pujian seperti lagu-lagu dalam beribadah. Lagu tidak bisa dipisahkan dalam sebuah ritual ibadah. Setiap agama dalam ibadahnya pasti memiliki lagu-lagu untuk menghantarkan pujian dan penyembahannya. Salah satu kegiatan yang sering menggunakan lagu yakni dalam tata ibadah di gereja, dimana setiap gereja di seluruh dunia pasti menggunakan lagu-lagu dalam tata ibadahnya. Lagu dalam sebuah ibadah di gereja adalah hal yang sangat penting karena memiliki esensi yang khusus, yakni sebagai “roh” dari pada tata ibadah bagi seluruh gereja di dunia. Salah satu lagu yang difungsikan dalam gereja yang akan dibahas penulis dalam skripsi ini adalah lagu pada Gereja Batak Karo Protestan (GBKP). Gereja Batak Karo Protestan merupakan salah satu gereja etnis yang berkembang di Indonesia dan didominasi oleh jemaat yang beretnis Karo, walaupun ada beberapa jemaat yang tidak beretnis Karo. Seperti uraian sebelumnya lagu merupakan hal yang penting dalam suatu ibadah yang digunakan jemaat, begitu juga dengan jemaat GBKP. Penulis merupakan salah satu anggota
Universitas Sumatera Utara
jemaat di GBKP Km. 7 Jalan Jamin Ginting Padangbulan medan. Di dalam kebaktian, jemaat biasa menyayikan kidung jemaat selama kebaktian berlangsung. Di GBKP, ada beberapa kidung nyanyian yang digunakan, salah satu kidung nyanyian adalah yang dikumpulkan dalam satu buku yang sering disebut Kitab Ende-Enden (KEE). Kitab Ende-Enden merupakan buku kidung pujian dengan mengumpulkan lagu-lagu nyanyian yang diadaptasi dari musik barat dan mengubah syairnya menjadi bahasa Karo. Lagu-lagu yang ada pada KEE juga terdapat pada beberapa gereja lain, salah satunya adalah gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang didominasi oleh jemaat bersuku Batak Toba. Terdapat banyak kesamaan lagu yang dinyanyikan, perbedaannya biasa hanya terletak pada bahasa yang biasa diubah dalam bahasa daerah masing-masing. Lagu-lagu dalam KEE merupakan adaptasi dari Kidung Jemaat, sehingga melodi yang digunakan banyak mengikuti sistem melodi musik barat. Terdapat 212 judul lagu dalam Kitab Ende-Enden (KEE), dan telah disepakati untuk digunakan dalam tata ibadah jemaat di seluruh Gereja Batak Karo Protestan yang tersebar di Indonesia. Seiring perkembangan dan pertumbuhan Gereja Batak Karo Protestan, maka dibentuklah sebuah panitia yaitu Panitia Penambahan Ende-enden GBKP periode 1994-1999 sebagai upaya untuk menambah dan memperkaya lagu-lagu pujian dalam ibadah. Selanjudnya kepanitiaan ini diubah menjadi Badan Pengembangan Ibadah Musik Gereja (BPIMG) GBKP periode 2000-2005. Jemaat GBKP yang memiliki bakat dan pengetahuan tentang musik diberi kesempatan untuk mencipta lagu dan kemudian diseleksi dan dususun oleh Badan
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Musik Gereja. Pada tahun 1994-1999 Panitia Penambahan EndeEnden GBKP telah menerbitkan 50 judul lagu pujian dan pada tahun 2000-2005 menyusul Badan Pengembangan Musik Gereja menerbitkan lagu penambahan sebanyak 80 judul lagu pujian. Kemudian pada Sidang Sinode GBKP tahun 2005 di Retreat Center GBKP Sukamakmur, Moderamen GBKP sebagai badan tertinggi dalam GBKP menyatukan semua lagu-lagu tersebut ke dalam satu buku yang diberi nama Penambahen Ende-enden (PEE). Pada tahun 2006 Penambahen Ende-Enden Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) resmi diterbitkan dan disosialisasikan untuk digunakan dalam tata ibadah jemaat Gereja GBKP. Kitab Penambahan EndeEnden berisi 130 lagu, dimana dari 130 lagu terdapat 102 lagu asli ciptaan jemaat GBKP dan 28 judul lagu merupakan adaptasi dari berbagai sumber seperti Kidung Jemaat. Penulis sebagai seorang permata GBKP, melihat pentingnya lagu-lagu KEE dan PEE dalam liturgi-liturgi gereja. Yang dimaksud dengan liturgi adalah ibadah, baik berbentuk seremonial maupun praksis. Ibadah yang sejati tidak terbatas pada perayaan di Gereja melalui selebrasi, melainkan terwujud di dalam sikap hidup orang percaya di dunia sehari-hari melalui aksi. Aksi ibadah meliputi pelayanan, tindakan, tingkah laku, hidup keagamaan, spiritualitas, praksis hidup, cara berpikir, pola pikir dan sebagainya. Paulus menegaskan pengertian ibadah yang sejati ialah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1). Menurut Paulus, inti ibadah Kristen adalah mempersembahkan hidup kepada Tuhan. Tanpa dasar ini, ibadah
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk apa pun tidak bernilai. Ibadah menjadi hambar jika ia terbatas hanya pada perayaan. Dalam perayaan liturgi GBKP pasti selalu ada unsur nyanyian, bahkan dalam tiap perayaan-perayaan kegiatan gereja selalu ada unsur nyanyian. Pada tata ibadah GBKP terdapat banyak jenis liturgi, beberapa liturgi yang umum dilakukan yaitu Liturgi Kebaktian Minggu Advent, Liturgi Kebaktian Wari Natal (Hari Natal), Liturgi Kebaktian Nutup Tahun (Tutup Tahun), Liturgi Kebaktian Tahun Baru, Liturgi Kebaktian Wari Paskah (Hari Paskah), dan liturgi-liturgi lainnya. Melalui konven GBKP telah disusun beberapa model liturgi kebaktian hari minggu dan perayaan hari besar gereja, dalam bahasa Karo telah disahkan pemakaiannya melalui sidang BPL Sinode tahun 1999. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, liturgi GBKP disahkan pemakaiannya pada tahun 2003 setelah disempurnakan oleh tim penyempurnaan liturgi GBKP. Walaupun sangat beragam model liturgi yang dibuat, namun semuanya tetap mengacu kepada liturgi yang sudah ada sebelumnya (kitab liturgi tahun 1986 dan 1993). Seorang pertua di jemaat GBKP Tanjung Priok periode 2004-2009 yang bernama Nuah P.Tarigan menuliskan beberapa buku dalam milis GBKP dengan topik Ibadah Liturgi GBKP. Penulis melihat dalam liturgi GBKP selalu ada lagu yang dinyanyikan jemaat dalam melaksanakan unsur-unsur liturgi. Beberapa unsur liturgi meliputi votum, salam, introitus, kebaktian, persembahan, pengakuan iman dan berkat. Lagu yang dinyanyikan bukan asal menyanyikan lagu dari KEE atau PEE, melainkan menyesuaikan isi syair lagu dari KEE atau PEE dengan liturgi yang
Universitas Sumatera Utara
akan dilaksanakan jemaat GBKP. Sebagai contoh, lagu yang dinyanyikan dalam melaksanakan Liturgi Kebaktian Hari Natal berbeda dengan lagu yang dinyanyikan pada saat melaksanakan Liturgi Kebaktian Hari Paskah. Lagu yang biasa dinyanyikan pada liturgi Hari Natal yaitu lagu yang berisi tentang perayaan kelahiran Yesus, contoh lagu yang dipakai adalah: 114-116; 123; 130-139; 178; 193. Sedangkan pada liturgi Paskah lagu yang dinyanyikan biasa berisi tentang kebangkitan Yesus, contoh lagu yang biasa dipakai yaitu: KEE 120; 121; 125; 141-144; 166; 167; 207. Menurut informasi dari ibu R. Sembiring yang juga merupakan dirijen koor di Gereja GBKP Km.7, dahulu yang mengajarkan lagu-lagu dalam Kitab Ende-Enden kepada jemaat adalah Pendeta dan Pertua. Pendeta bertugas untuk mensosialisasikan nyanyian kepada jemaat, proses pengajaran lagu-lagu tersebut yaitu dengan cara menyanyikan lagu tersebut dan kemudian diikuti oleh jemaat, pengajaran tersebut biasa dilakukan setelah kebaktian minggu selesai. Pendeta menyanyikan lagu dan kemudian jemaat meniru menyanyikannya, dan terusmenerus diulangi hingga jemaat tidak lagi keliru menyanyikannya. Kemudian pada masa-masa selanjutnya, menurut ibu R.Sembiring lagulagu dari Kitab Ende-Enden diajarkan oleh pertua dengan berbekal pengalaman yang diperoleh dari pendeta. Pada saat itu proses pengajaran juga telah dibantu oleh song leader sebagai pemimpin lagu dan juga telah diiringi oleh alat musik Organ. Song leader berperan membantu jemaat sebagai pengatur tempo dengan menggunakan gerakan-gerakan tangan dengan dibantu oleh iringan dari alat musik Organ. Untuk memeriahkan perayaan liturgi, Gereja Batak Karo Prostestan pada
Universitas Sumatera Utara
masa sekarang ini sudah menggunakan alat musik Keyboard sebagai pengganti Organ. Mengingat pentingnya nyanyian dalam liturgi gereja dan banyaknya liturgi-liturgi dalam Gereja Barak karo Protestan, penulis tertarik untuk mendeskripsikan lagu-lagu dalam Kitab Ende-Enden dan jenis-jenis liturgi yang ada dalam Gereja Batak Karo Protestan. Oleh karena itu penulis ingin menguraikannya dalam bentuk karya ilmiah dengan judul DESKRIPSI PENYAJIAN KITAB ENDE-ENDEN DALAM LITURGI KEBAKTIAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN JALAN JAMIN GINTING KM. 7 PADANG BULAN MEDAN.
1.2 Pokok Permaslaahn Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas terdapat beberapa pemasalahan yang muncul. Dalam skripsi ini ada beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu: (1)
Bagaimana proses penyajian Kitab Ende-Enden dalam liturgi kebaktian di GBKP jalan Jamin Ginting Km. 7 Medan?
(2)
Lagu apa saja yang dipakai dalam suatu liturgi kebaktian?
(3)
Bagaimana deskripsi liturgi-liturgi yang ada dalam GBKP Km.7?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berikut beberapan tujuan dilakukannya penelitian ini: (1) Untuk mengetahui proses penyajian Kitab Ende-Enden dalam litugi kebaktian di GBKP jalan Jamin Ginting Km.7 Medan. (2) Untuk mengetahui lagu-lagu yang cocok untuk digunakan dalam tiap-tiap liturgi kebaktian. (3) Untuk mengetahui jenis, fungsi dan guna dari tiap-tiap jenis liturgi kebaktian GBKP Km.7. Selain memiliki tujuan, setiap penelitian pasti memiliki manfaat. Berikut beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini: (1) Menambah wawasan peneliti dan menjadi tempat pengaplikasian studi Etnomusikologi yang selama ini saya pelajari. Yang telah saya pelajari dalam kajian ilmu etnomusikologi diterapkan dalam bentuk tulisan karya ilmiah. (2) Sebagai bahan informasi untuk melihat fungsi lagu dalam suatu upacara. (3) Sebagai bahan informasi untuk melihat jenis-jenis liturgi kebaktian dalam Gereja Batak Karo Protestan. (4) Sebagai bahan infomasi penggunaan dan fungsi liturgi dalam gereja GBKP. (5) Sebagai bahan untuk menambah referensi acuan bagi peneliti-peneliti lainnya.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1
Konsep Menurut Melly G. Tan (dalam Koenjaraningrat 1990:21), konsep
merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan variabelvariabel mana yang kita inginkan untuk menentukan hubungan empiris. Oleh karena itu, penulis akan menguraikan beberapa konsep yang berhubungan dengan tulisan ini. Deskripsi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1985:34) adalah menggambarkan apa adanya. Asal kata deskriptif, dari bahasa inggris descriptive, yang berarti bersifat menyatakan ssesuatu dengan memberikan gambaran melalui kata-kata atau tulisan. Seeger (1958:184) menyebutkan, penyampaian objek dengan menerangkan terhadap pembaca secara tulisan maupun lisan dengan sedetail-detailnya. Dengan demikian deskripsi yang penulis maksudkan adalah menyampaikan dengan menggambarkan melalui tulisan secara jelas mengenai Kitab Ende-Enden dan liturgi-liturgi kebaktian yang ada pada Gereja Batak Karo Protestan Km.7 Padang Bulan Medan. Nyanyian jemaat adalah suatu ungkapan pengagungan, penyembahan, pengudusan, pengharapan, pengakuan, penyesalan, penyerahan diri, doa serta keyakinan kepada Tuhan.
Nyanyian-nyanyian dalam tata ibadah merupakan
respon atau jawaban jemaat yang berisi ucapan syukur, permohonan, pengharapan serta pengakuan, dsb. Dalam tulisan ini yang akan dibahas adalah nyanyian dalam Gereja GBKP Km.7 yakni Kitab Ende-enden.
Universitas Sumatera Utara
Ende-enden, berasal dari kata ende, dalam bahasa Karo artinya adalah lagu dan nyanyian. Ende-enden adalah bentuk jamak dari kata ende. Kata kerja dari ende adalah rende, yang artinya menyanyi/ bernyanyi. Jadi ende-ende dapat disimpulkan sebagai kumpulan lagu-lagu. Kata “liturgi” berasal dari bahasa Yunani leitourgia, terbentuk dari akar kata ergon yang berarti karya, dan leitos, yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos yang berarti bangsa. Kata laos dan ergon diambil dari kehidupan masyarakat Yunani kuno sebagai kerja nyata rakyat kepada bangsa atau negara. Secara praktis hal ini berupa membayar pajak, membela Negara dari ancaman musuh atau wajib militer. Namun leitourgia juga digunakan untuk menunjuk pelayan rumah tangga dan pegawai pemerintah semisal menarik pajak. Sehingga dapat disimpulkan pengertian liturgi yang mengacu pada tulisan ini yaitu aturan yang mengatur berlangsungnya pertemuan yang luar biasa, yaitu Tuhan bertemu dengan umat dan umat bertemu dengan Tuhan dengan dimensi Tuhan berbicara kepada umat yang ditandai dengan adanya bacaan Alkitab. Istilah Gereja berasal dari bahasa Portugis yaitu igreya yang berarti kawanan domba yang dikumpulkan oleh gembala. Igreya merupakan bentuk terjemahan dari bahasa Yunani, kyriake, sebutan untuk mereka yang percaya dalam iman yang sungguh kepada Yesus Juruselamat. Jadi kesimpulannya Gereja adalah suatu persekutuan atau perkumpulan orang-orang beriman kepada Yesus Kristus dalam Karya Roh Kudus. Gereja Batak Karo Protestan diartikan sebagi persekutuan atau perkumpulan masyarakat etnis Karo yang beriman kepada Yesus Kristus.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan istilah jemaat umum digunakan di kalangan gereja. Jemaat adalah orang yang melaksanakan ibadah/ kebaktian. Kebaktian merupakan istilah dari kegiatan memuji/ penyembahan kepada Tuhan yang dilaksanakan oleh umat kristiani. Permata adalah singkatan dari persadaan man anak gerejanta, artinya persatuan untuk anak gereja kita. Yang dimaksud ‘anak gereja kita’ adalah kaum pemuda pemudi GBKP yamh sudah disidi. Belajar sidi adalah suatu tahap dimana anak-anak remaja yang sedang beranjak dewasa disiapkan oleh gereja sebagai anggota jemaat yang dianggap sudah dewasa dalam hal kehidupan rohaninya. Runggun adalah istilah bahasa karo dari majelis gereja. Majelis gereja adalah persekutuan anggota jemaat yang terpanggil untuk menjalankan fungsi pelayanan gereja yang berhubungan dengan kerohanian dan jemaat serta pelayanan pemberitaan injil.
1.4.2
Teori Teori adalah serangkaian bagiaan yang saling berhubungan yang
menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel. Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang pengetahuan. Secara umum, teori dapat didefinisikan sebagai analisis hubungan antara fakta satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Menurut Kerlinger (1973), teori adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan yang lainnya, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena (Moh. Nazir 1988:21). Oleh karena itu
Universitas Sumatera Utara
penulis menggunakan beberapa teori untuk membahas pokok permasalahan yang ada. Untuk melihat proses pewarisan tradisi secara lisan (oral tradition), penulis menggunakan teori-teori yang dikemukakan oleh Curt Sachs (1948:378) dan Bruni Nettl (1973:3). Tradisi lisan (oral) menyatakan bahwa suatu kebudayaan atau tradisi diwariskan secara turun temurun dengan cara lisan dari mulut ke mulut. Oral sendiri berkaitan dengan suara. Hal ini bisa dilihat dari suatu kebudayaan atau nyanyian dipelajari dengan cara mendengarkan lalu menirukan apa yang didengar. Begitu seterusnya dari satu orang ke orang lain atau sekelompok orang dari satu generasi ke generasi yang lain. Hubungan teori ini dengan permasalahan yang dibahas pada tulisan ini adalah dalam menyanyikan nyanyian jemaat, jemaat diajarkan secara lisan (oral), yaitu dengan meniru apa yang didengar kemudian dinyanyikan. Penggunaan buku dalam bernyanyi digunakan hanya untuk formalitas saja untuk membaca teks nyanyian. Bruno Nettl menyatakan ada 4 (empat) tipe bagaimana kelangsungan dari sebuah nyanyian atau musik apabila nyanyian atau musik tersebut diwariskan. Teori yang dikemukakan Bruno Nettl tersebut yaitu Four Kinds of History. Berikut keempat tipe yang berlangsung yang dikemukakan oleh Nettl: -
Menyatakan bahwa musik/nyanyian yang diwariskan, tidak mengalami
perubahan sama sekali. Dengan kata lain, lagu tersebut dinyanyikan sama persis, baik sebelum ataupun sesudah diwariskan.
Universitas Sumatera Utara
- Menyatakan bahwa musik/nyanyian yang diwariskan, mengalami perubahan, tetapi hanya dalam versi yang tunggal atau satu petunjuk, sehingga hasil dari warisan itu berbeda dari aslinya tetapi tanpa proliferasi dari elemen – elemennya. - Menyatakan bahwa musik yang diwariskan menghasilkan banyak variasi atau perubahan, bahkan beberapa dari musik itu ditinggalkan dan dilupakan; dengan kata lain sebagian ide tetap stabil, sedangkan selebihnya mengalami perubahan. - Menyatakan perubahan yang benar – benar total dari musik yang asli, sebagian besar ide musik/lagu itu dirubah sama sekali, bahkan ada yang cenderung menyimpang dari pengembangan ide aslinya. Teori four kinds of history digunakan karena yang mengajarkan nyanyian jemaat di GBKP Km.7 terdiri dari banyak individu, dimana antara satu individu yang diwariskan mengalami regenerasi, sehingga dihasilkan banyak ragam dan versi dari satu lagu saja.
1.5 Metode Penelitian Metode adalah cara atau jalan menyangkut masalah kerja yang dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat :1985). Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu (menurut kamus Webster’s New International dalam Moh. Nazir 1988:13). Menurut Soetriono (2007:163), metode penelitian adalah langkah-langkah pengumpulan dan mengolah data yang dikembangkan untuk memperoleh
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan atau jawaban terhadap permasalahan melalui prosedur yang handal dan dapat dipercaya. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:581), metode penelitian diartikan sebagai cara mencari kebenaran dan azas-azas alam, masyarakat atau kemanusiaan yang bersangkutan. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan banyak data yang diperoleh dari narasumber. Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian dengan menggambarkan data-data dengan kata-kata atau kalimat secara detail dan data yang diperoleh berasal dari ungkapan, catatan dan tingkah laku yang diteliti. Penulis memilih metode ini karena topik yang dibahas berhubungan erat dengan tingkah laku jemaat GBKP dan diperlukan data-data dari narasumber. Data yang disajikan dalam bentuk katakata atau kalimat dan datanya adalah data sekunder seperti dokumen dan data-data yang menggunakan metode pengamatan terlibat atau participant observation (M. Sitorus, 2003:25). Metode kualitatif dapat membantu kita untuk memahami orang atau masyarakat yang kita teliti. Metode yang saya gunakan mencakup observasi participan dan wawancara. dengan kedua metode ini penulis sangat terbantu dalam memahami proses pewarisan nyanyian kepada jemaat yang diteliti. Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan studi pustaka. Studi pustaka ini bertujuan untuk memperolah pengetahuan dasar tentang objek yang diteliti dan mencari tulisan-tulisan yang berhubungan dengan objek bahasan. Penulis mengumpulkan data sekunder dengan membaca buku-buku,
Universitas Sumatera Utara
makalah, literatur dan tulisan ilmiah atau melalui internet yang berhubungan dengan penelitian ini. Kemudian dalam mencari data-data penulis melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang bersifat terfokus yaitu wawancara dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Wawancara ini juga bisa disebut wawancara berencana. Setelah data yang diperoleh cukup, maka dilakukan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan penulis adalah jenis observasi partisipan. Pengamatan dan wawancara sifatnya mendukung satu sama lain. Hasil dari pengamatan yang diperoleh penulis kemudian didiskusikan melalui wawancara dengan informan dengan membuat poin-poin pertanyaan terlebih dahulu. Kelebihan dari observasi partisipan, selain sebagai peneliti, penulis juga berperan sebagai jemaat dalam gereja tersebut sehingga memudahkan saya dalam mengamati fenomena yang terjadi dalam gereja tersebut.
1.6 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di jalan Jamin Ginting, Padang Bulan Medan. Tepatnya di Gereja Batak Karo Protestan Km.7. Alasan memilih lokasi tersebut karena GBKP Km.7 merupakan salah satu gereja GBKP yang cukup berkembang dan memiliki banyak jemaat yang dapat dilihat dari jam kebaktian Minggu yang dibagi pada kebaktian pagi, siang dan malam. Alasan lain memilih GBKP Km.7 sebagai lokasi adalah karna penulis juga merupakan salah satu anggota jemaat di gereja tersebut, sehingga memudahkan penulis dalam melakukan penelitian dan
Universitas Sumatera Utara
menemukan informan-informan yang dibutuhkan penulis untuk mendapatkan informasi secara lengkap.
Universitas Sumatera Utara