BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Akhlak harus dimulai sejak usia dini, karena pada masa tersebut merupakan masa pembentukan watak yang utama. Apabila anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan kemudian telah menjadi kebiasaan maka sukarlah untuk meluruskannya. Seorang anak ibarat kertas putih. Apa yang pertama kali ditorehkan maka itulah yang akan membentuk karakter dirinya. Dalam membangun generasi baru manusia sholeh yang diridhoi Allah, harus merujuk pada tuntunan dan pedoman dari Rasulullah Saw. 1 Kemuliaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik. Seseorang yang memiliki akhlak baik biasanya dianggap lebih mulia dari pada yang berakhlak buruk. Akhlak yang baik selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dia melakukan kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lainnya dan terhadap sesama manusia.
1
Muhammad Muhyidin, Mendidik Anak Sholeh dan Sholehah Sejak Dalam Kandungan Sampai Remaja (Bandung: Balai Pustaka, 2006), hlm. 24.
1
2
Allah Swt menciptakan manusia di dunia ini tidak lain hanya untuk beribadah kepada Allah sebagaimana firman Allah Swt dalam al Quran surat Adz-Dzariyat ayat 56 sebagai berikut:
Artinya: ”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Ketepatan orang tua dalam mengasah dan mendidik anak sholeh menjadi landasan utama masa depan yang cemerlang. Keharmonisan dan kesholehan kedua orang tua dapat mempengaruhi tumbuhnya karakter sholeh. Suasana tentram dan dampak positif lainnya pada diri anak.2 Kegiatan keluarga (orang tua) sering mengadakan ritual doa, mendirikan shalat berjamaah dan membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, ketika suasana ini tercipta maka secara bertahap ajaran-ajaran ini akan menjadi strategi dari orang
tua
agar
tercipta
kebiasaan-kebiasaan
yang
mengantarkan
kesholehan, sejak anak, sejak dini. Orang tua yang ingin mengharapkan anak yang sholeh perlu adanya upaya yang keras dari orang tua untuk menyiapkan
atau
berbekal
ilmu
dan
mempunyai
tekad
untuk
mensholehkannya. Tekad ini menjadi kunci untuk menggerakkan sesuatu, tekad juga menjadi kunci terciptanya sikap istiqomah dalam perilaku. 3 Tabiat manusia itu suka mempunyai anak sebagai salah satu perhiasan 2
Husein Fadhullah, Dunia Anak, Penerjemah: Wajib Husain Al-Idrus (Bogor: Cahaya, 2004), hlm. 285. 3 Abdullah Gymnastiar, Jagalah Hati (Bandung: Khas MQ, 2005), hlm. 14.
3
hidup dan sumber kebahagiaan umat manusia jika anak-anak itu sholeh,4 seperti firman Allah:
Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalanamalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi ayat 46).5
Anak adalah individu yang suka meniru perbuatan orang tuanya. Orang tua yang mempunyai perbuatan baik akan dicontoh pula oleh anaknya, akan tetapi sebaliknya jika orang tua mempunyai perbuatan yang tidak baik maka anak akan meniru perbuatan yang tidak baik itu pula. Orang tua yang rajin untuk melakukan ibadah shalat akan dicontoh oleh anaknya dengan melakukan ibadah shalat pula. Sebaliknya, jika orang tua malas untuk melakukan ibadah shalat tetapi hanya menyuruh anaknya saja, lambat laun anak juga akan merasa malas untuk melakukan ibadah shalat karena melihat orang tuanya tidak melakukan ibadah shalat. Maka untuk itu perlu adanya didikan dan contoh perbuatan yang nyata dari orang tua dalam mendidik anak untuk melakukan ibadah shalat.
4
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan (Jakarta: PT. Al-Husna Zikro, 2005), hlm. 347. 5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Semarang: PT. Toha Putra, 2005), hlm. 574.
4
Materi akhlak yang diberikan kepada anak pada fase awal masa kanak, sebaiknya berupa tuntunan tingkah laku yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: cara makan, minum, berbicara, bergaul dan berpakaian serta dilatih untuk hormat dan patuh kepada kedua orang tua. Pada fase ini anak juga harus dilatih cara-cara menghormati orang lain, dibiasakan
berkata benar dan jujur, menolong orang lain,
memaafkan kesalahan temannya dan bertanggung jawab terhadap kewajiban yang dimilikinya.6 Banyak orang tua yang kesulitan dalam mendidik anaknya, agar menjadi anak yang mempunyai karakter sholeh di era globalisasi seperti saat ini, sehingga orang tua perlu mempunyai strategi yang matang dan cermat dalam mendidik anak-anaknya. Anak adalah amanat yang harus dijaga dengan baik melalui pendidikan yang baik pula, sehingga diharapkan orang tua bisa mendidik anaknya menjadi anak sholeh yang berkualitas, yang dapat menghadapi tantangan zaman dengan bekal ilmu yang dimilikinya. Akhlak merupakan dasar dan landasan yang kokoh untuk kehidupan manusia, karena dengan akhlak akan menjadikan hiup manusia bermanfaat, baik di rumah, madradsah maupun di masyarakat. Akhlak harus ditanamkan sejak anak masih dalam kandungan agar nantinya terbiasa dengan hal-hal yang baik. Hidupnya mempunyai pedoman baik di rumah, 6
Imam Suraji, Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2011), hlm. 178.
5
di madrasah, maupun di lingkungan masyarakat yang dihadapinya. Sebagai contoh adalah akhlak Nabi Muhammad Saw dalam perjalanan hidupnya sejak masih kanak-kanak hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi rasul, beliau terkenal dengan orang yang taat beribadah. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan diketahui bahwa Desa Karanganyar Batang adalah sebuah desa yang berada di daerah pantura merupakan salah satu desa yang terkenal dengan religiusitasnya karena banyak kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di antaranya shalat jama’ah yang tidak pernah sepi dari jama’ah, majelis ta’lim selapanan setiap jum’at kliwon, kegiatan-kegiatan remaja mulai dari pengajian kitab kuning sampai pada kegiatan bhakti sosial yang dilakukan oleh remaja masjid Baitussalam Desa Karanganyar Batang.7 Permasalahan yang terjadi di Desa Karanganyar Batang adalah banyak anak yang memiliki akhlak yang masih perlu ditingkatkan, seperti contohnya: cara bergaul banyak anak yang memiliki pergaulan yang kurang baik, cara berbicara banyak anak yang berbicara dengan menggunakan bahasa yang kotor, cara berpakaian banyak anak yang memakai pakaian minim dan kurang sopan. Hal ini menimbulkan keprihatinan bagi orang tua khususnya orang tua di Desa Karanganyar Batang. Untuk itu orang tua di Desa Karanganyar Batang memberikan contoh keteladanan yang baik
7
Hasil observasi di Desa Karanganyar Batang pada tanggal 30 September 2015.
6
kepada anak-anak mereka, seperti: memberikan keteladanan yang baik tentang cara berpakaian, cara bergaul dan cara berbicara. 8 Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis membahas masalah tersebut.
Dalam rangka penelitian ini penulis mengambil judul
“Keteladanan Orang Tua Dalam Meningkatkan Akhlak Anak Di Desa Karanganyar Batang”.
B. Rumusan Masalah Setelah memperhatikan latar belakang di atas maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keteladanan orang tua di Desa Karanganyar Batang? 2. Bagaimana akhlak anak di Desa Karanganyar Batang? 3. Bagaimana upaya orang tua di Desa Karanganyar Batang dalam meningkatkan akhlak anak?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan keteladanan orang tua di Desa Karanganyar Batang. 2. Untuk mengeksplorasi akhlak anak di Desa Karanganyar Batang.
8
Hasil observasi di Desa Karanganyar Batang pada tanggal 30 September 2015.
7
3. Untuk mengetahui upaya orang tua di Desa Karanganyar Batang dalam meningkatkan akhlak anak.
D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis Untuk menambah wawasan keilmuan dan sumbangan pemikiran Islam mengenai keteladanan orang tua dalam meningkatkan akhlak anak. 2. Secara praktis a. Bagi masyarakat di Desa Karanganyar Batang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pentingnya keteladanan dari orang tua guna meningkatkan akhlak putra-putri mereka. b. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang pentingnya meningkatkan akhlak bagi anaknya.
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teori a. Tentang Keteladanan Orang Tua Orang tua yang menjadi teladan bagi anak adalah yang pada saat bertemu atau tidak dengan anak senantiasa berperilaku yang taat terhadap nilai-nilai moral. Dengan demikian, orang tua
8
senantiasa patut dicontoh kaerna tidak sekedar memberi contoh. Orang tua yang mampu berperilaku seperti di atas telah menyadari bahwa perilakunya tidak disadari untuk dicontohkan, oleh anak dapat dijadikan bahan imitasi dan identifikasi. Artinya, anak sadar untuk mnejadikan bahan imitasi dna identifikasi perilaku orang tua yang oleh orang tua tidak disadari sebagai contoh keteladanan bagi anak-anaknya.9 Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa keteladanan yaitu pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan peranan figur personal sebagai pewujud nilai-nilai ajaran agama Islam, agar peserta didik dapat melihat, merasakan, menyadari, menerima, dan mencontohnya.10 b. Tentang Akhlak Praktek etika atau budi pekerti tidak akan cukup hanya diberikan sebagai pelajaran yang konsekuensinya hafalan atau lulus dalam ujian tertulis. Barangkali akan baik jika mata pelajaran yang biasanya ke arah kognitif itu diorientasikan pada pemberian alokasi waktu untuk mengajak anak didik mendiskusikan topik-topik atau
9
Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 124. Abdurrahman Mas’ud, dkk, Paradigma Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,2001), hlm. 40. 10
9
bagian-bagian dari apa yang disebut moral. Sedangkan prakteknya harus diukur dari kehidupan keseharian. 11 Ada dua jenis akhlak dalam Islam, yaitu akhlakul karimah (akhlak terpuji) ialah akhlak yang baik dan benar menurut syari’at, dan akhlakul madzmumah (akhlak tercela) ialah akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut Islam.12 Akhlak merupakan sisi lain dari pendidikan Nabi yang menjadi jiwa dari pendidikan muslim pada tahap berikutnya. Para pakar pendidikan muslim sepakat bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran tidak sebatas memenuhi otak anak didik dengan berbagai macam ilmu pengetahuan. Tujuan dari ilmu pendidikan ialah mendidik akhlak dan jiwa anak didik, menanamkan rasa fadhilah dan mempersiapkan mereka dalam kehidupan yang suci.13 Anak akan tumbuh, menurut apa yang dibiasakan oleh orang tuanya. Jika ia biasakan dan diajarkan untuk berbuat kebaikan, ia akan tumbuh menjadi anak yang baik dan sholeh. Sedangkan apabila ia dibiasakan berbuat jahat dan dibiasakan saja seperti membiarkan binatang ternak, maka ia akan sengsara dan binasa.14
11
A. Qodry, A. Azizy, Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), hlm. 108 12 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 55-56. 13 Moh. Slamet Untung, Menelusuri Metode Pendidikan ala Rasulullah (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press,2009), hlm. 96. 14 H.A.R Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Paedagogik Transformatif untuk Indonesia (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 185.
10
Jika keluarga (orang tua) mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan anak, maka untuk mewujudkan tujuan di atas, rumah harus diliputi dalam segala hal yang bisa menanamkan roh keagamaan dan keutamaan terhadap jiwa anak.15 2. Penelitian Yang Relevan Selain dari literatur di atas juga ditemukan penelitian yang relevan, antara lain: Skripsi Abdul Mujib yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perkembangan Akhlak Remaja (Studi Di Desa Wonomerto Kecamatan Bandar Kabupaten Batang)”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rumus product moment. Hasil penelitian menunjukkan dari hasil perhitungan didapatkan nilai rxy = 0,874 dimana dapat patokan interpelasi r termasuk dalam kategori yang sangat kuat. Pada taraf signifikansi 1 % dan 5 % didapatkan hasil bahwa nilai rxy > rtabel 1 % maupun 5 %. Maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan akhlak remaja di Desa Wonomerto Kecamatan Bandar Kabupaten Batang. Dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan dapat diterima kebenarannya..16
15
Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 2009), hlm. 39. 16 Abdul Mujib, “Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perkembangan Akhlak Remaja (Studi Di Desa WonomertoKecamatan Bandar Kabupaten Batang)”, Skripsi Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2009), hlm. 86.
11
Skripsi Khusnul Khotimah yang berjudul Peran Ibu Dalam Proses Pembentukan Kepribadian Anak Yang Islam (Studi Kasus Di SMP Islam Wonopringgo Kab. Pekalongan). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa setiap orang tua menyadari bahwa hakikatnya anak adalah amanat dari Allah yang dipercayakan kepada dirinya, di antara sekian perintah Allah yang berkenaan dengan amanatnya yang berupa anak-anak, bahwa setiap orang tua wajib mengasuh dan mendidik anak-anak dengan baik dan benar. Agar mereka tidak menjadi anak yang lemah iman dalam kehidupan dunianya dan tumbuh dewasa menjadi generasi yang shaleh dengan terbentuknya kepribadian anak, sehingga terhindar dari siksaan api neraka.17 Skripsi Iliyaturrochmah yang berjudul “Implementasi Metode Keteladanan Dalam Pendidikan Akhlak Di MI Islamiyah Pretek Pecalungan Batang”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode keteladanan adalah metode yang paling unggul dan paling jitu dibandingkan metode-metode lainnya. Melalui metode ini orang tua dan pendidik memberi contoh atau teladan kepada peserta didiknya bagaimana cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah, dan sebagainya. Melalui metode ini, peserta didik dapat melihat, menyaksikan dan 17
Khusnul Khotimah “Peran Ibu Dalam Proses Pembentukan Kepribadian Anak Yang Islam (Studi kasus di Smp Islam Wonopringgo Kab. Pekalongan)”, Skripsi Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2001), hlm. 77.
12
menyakini
cara
yang
sebenarnya
sehingga
mereka
dapat
melaksanakannya dengan lebih baik dan lebih mudah.18 Dari beberapa kajian ilmiah yang penulis telusuri, maka ada beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya di antara objek penelitian dan kajian yang mana dalam penelitian nanti, penelitian akan berupa mendeskripsikan dan menganalisis keteladanan orang tua dalam meningkatkan akhlak anak di Desa Karanganyar Batang. 3. Kerangka Berpikir Di zaman sekarang ini, dengan perkembangannya teknologi yang semakin pesat, tidak dapat dielakan lagi ada pengaruh positif maupun pengaruh negatif dalam mendidik anak. Di sini orang tua punya tanggung jawab agar anak-anak yang dihasilkan menjadi anak yang sholeh dan berakhlak mulia, dengan tetap mengarahkan anak-anak pada jalan yang dicintai dan diridhoi Allah Swt. Anak-anak dididik agar mempunyai landasan iman yang kuat dan mempunyai landasan yang baik sesuai ajaran agama, karena pemberian pendidikan yang terbaik yaitu pada masa kanak-kanak. Di mana pada masa ini, terdapat fitrah yang suci pada anak-anak yang belum tercemari oleh ajaran yang menyimpang dan ajaran yang buruk. Di mana pada masa pertumbuhan yang terdapat pada diri anak-anak tersimpan gerak menuju masa depan. 18
Iliyaturrochmah, “Implementasi Metode Keteladanan Dalam Pendidikan Akhlak Di MI Islamiyah Pretek Pecalungan Batang”, Skripsi Pendidikan Agama Islam (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm. 82.
13
Orang tua yang mendidik anaknya mempunyai karakter anak sholeh berarti orang tua tersebut memperhatikan perkembangan alami bagi gerak masa depan manusia. Di mana pada masa anak-anak lebih cepat dalam mempelajari dan mengikuti sesuatu, sehingga anak-anak mampu menyimpan banyak perasaan, sensitifitas, pemikiran, kebiasaan dengan cepat. Dengan adanya hal ini orang tua harus dibekali dengan ilmu agar dalam mendidik anak-anaknya bisa mencontoh suri tauladan rasulullah dan tetap berpegang pada syari’at agama. Serta mengikuti perkembangan zaman. Serhingga menghasilkan anak sholeh yang menjadi generasi berakhlak mulia, yang mempunyai keunggulan secara moral, keilmuan dan bisa mengangkat derajat orang, serta bisa menyelamatkan orang tua dari siksa api neraka. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan tak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa pada pembinaan pribadi yang tenang; terbuka dan mudah dididik, karena ia mendapat kesempatan yang cukup dan baik untuk tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, hubungan orang tua yang tak serasi, banyak perselisihan dan percekcokan akan membawa anak pada
14
pribadi yang sukar dan tak mudah dibentuk, karena ia tak mendapatkan suasana yang kondusif untuk berkembang. Tentunya, semua itu akan berpengaruh pada mental anak di masa yang akan datang. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan akhlak pada anak. Cara orang tua mendidik anak seperti misalnya apakah ikut mendorong, merangsang dan membimbing terhadap aktifitas anaknya atau tidak, suasana emosional di dalam rumah, dapat sangat merangsang anak belajar dan mengembangkan kemampuan mentalnya yang sedang tumbuh atau tidak. Semua hal itu sangat mempengaruhi perkembangan mental anak. Orang tua adalah penanggung jawab utama akhlak bagi anaknya di rumah maka harus betul-betul memperhatikan dan mengawasi anaknya,
agar
mereka
tidak
terbiasa
dengan
kebohongan,
ketidakjujuran, perkataan, perbuatan dan tindakan-tindakan lain yang dapat menyeretnya ke dalam kekeliruan dan kesengsaraan hidup dunia dan akhirat. Caranya, dengan membiasakan mereka berkata dan berbuat baik, berlaku jujur, dapat dipercaya, patuh kepada orang tua, menyayangi orang lain, selalu berusaha meminta dan memberi maaf, menghormati tamu, menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan, dan berbuat baik kepada kawan-kawannya. Orang tua dituntut untuk mentaati terlebih dahulu nilai-nilai yang akan diupayakan kepada anak. Dengan demikian, keteladanan
15
mereka ditangkap oleh anak secara utuh sehingga memudahkan untuk menangkap dan mengikutinya. Misalnya, sebelum menyuruh anak untuk shalat, terlebih dahulu orang tua telah mengerjakan dan atau segera menegakkan shalat. Teladan ini menjadi dasar timbulnya kepercayaan dan kewibawaan orang tua dalam diri anak-anak. Keteladanan orang tua bagi anak adalah yang pada saat bertemu atau tidak dengan anak senantiasa berperilaku yang taat terhadap nilainilai moral. Dengan demikian, orang tua senantiasa patut dicontoh kaerna tidak sekedar memberi contoh. Orang tua yang mampu berperilaku baik maka oleh anak dapat dijadikan bahan imitasi dan identifikasi. Artinya, anak sadar untuk menjadikan bahan imitasi dan identifikasi perilaku orang tuanya. Misalnya orang tua yang haus ilmu pengetahuan yang senantiasa membaca buku, maka perilaku ini tidak disadari oleh orang tua dapat meningkatkan disiplin anak dalam membaca, dan oleh anak dijadikan bahan imitasi dan identifikasi diri sehingga disiplin dalam belajar. Pendidikan dengan keteladanan adalah pendidikan dengan cara memberi contoh-contoh kongkrit pada anak. Dalam pendidikan, pemberian contoh-contoh ini sangat ditekankan. Tingkah laku orang tua mendapat pengamatan khusus dari anaknya. Seperti perumpamaan yang mengatakan, “guru makan berjalan, murid makan berlari”. Disisni dapat diartikan bahwa setiap perilaku yang ditunjukan orang tua mendapat
16
sorotan dan dicontoh oleh anaknya. Oleh karena itu, orang tua harus senantiasa memberi contoh yang baik bagi anaknya, khususnya dalam beribadah, dan kehidupan sehari-hari.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang analisisnya tidak menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Penelitian ini menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.
19
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan
untuk menjawab permasalahan tentang keteladanan orang tua dalam meningkatkan akhlak anak di Desa Karanganyar Batang dimana pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. 2. Jenis penelitian Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), karena merupakan penyelidikan mendalam (indepth study) mengenai unit sosial sedemikian rupa, yang mana penelitian ini
19
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 5.
17
dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. 20 Penelitian lapangan mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan seharihari.21 Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan karena penelitian ini terjadi di Desa Karanganyar Batang, dimana peneliti terjun secara langsung di tengah-tengah masyarakat untuk melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi di Desa Karanganyar Batang. 3. Sumber Data Sumber data yang diperoleh dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder.22 a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data utama yang dikaji dan dinilai. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah orang tua (bapak dan ibu) serta anak di Desa Karanganyar Batang yang berusia antara 6 – 12 tahun. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data penjungan yang akan digunakan sebagai landasan pemikiran, kajian dan penyusunan terhadap landasan teori. Sumber data sekunder dalam penelitian ini 20
Ibid., hlm. 8. Kartini Kartono, Pengantar Metodoloiogi Research Sosial (Bandung: Penerbit Alumni, 2005), hlm. 27. 22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 115. 21
18
adalah dokumen dan buku penunjang lain yang relevan dengan Kepala Desa, Imam masjid, dan tokoh masyarakat dalam pembahasan penelitian ini. 4. Teknik Pengumpulan Data Penggunaan teknik pengumpulan data secara tepat yang relevan dengan jenis data yang akan digali adalah merupakan langkah penting dalam suatu kegiatan penelitian. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode Observasi Metode observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung.23 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang keadaan umum Desa Karanganyar Batang dan gambaran umum tentang bentuk keteladanan orang tua dan akhlak anak di Desa Karanganyar Batang. b. Metode Wawancara Metode wawancara yaitu me4tode pengumpulan data melalui tanya jawab dan bercakap-cakap secara lisan.24 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara bebas terpimpin, sehingga tidak mengikat jalannya wawancara tersebut. Dengan demikian, pertanyaan-pertanyaan dapat ditambah dan 23 24
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 185. Ibid., hlm. 74.
19
dikurangi, tanpa mengganggu kelancaran jalannya wawancara dan akan membawa hasil yang akurat. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang akhlak anak di Desa Karanganyar Batang, keteladanan orang tua dalam mendidik akhlak anak Desa Karanganyar Batang, upaya orang tua di Desa Karanganyar Batang dalam meningkatkan akhlak anak. Wawancara dilakukan dengan kepala desa, imam masjid, tokoh masyarakat, orang tua dan anak di Desa Karanganyar Batang sebagai responden dalam penelitian ini. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan meneliti bahan-bahan yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, raport, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.25 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang profil Desa Karanganyar Batang. 5. Uji Keabsahan Data Peneliti melakukman uji keabsahan data dengan menggunakan teknik trianggulasi data yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Trianggulasi yang digunakan disini memiliki tahapan, di antaranya:
25
Ibid., hlm. 136.
20
a. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. b. Trianggulasi dengan metode dengan dua strategi, yaitu (1) pengecekan derajat
kepercayaan penemuan
hasil
penelitian
beberapa tehnik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. c. Trianggulasi dengan memeriksa untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. d. Trianggulasi dengan teori yang mendasarkan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.26 6. Teknik Analisis Data Menurut Lexy J. Moleong, analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.27 Untuk memperoleh data yang dapat di pertanggung jawabkan maka dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis data deskriptif dengan menggunakan metode berfikir induktif, yaitu pemberian gambaran terhadap peristiwa yang bersifat umum menjadi peristiwa yang lebih khusus dan spesifik.28
26
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 330. 27 Ibid., hlm. 103. 28 Saifuddin Azwar, Op.Cit., hlm. 347.
21
Peneliti menggunakan model Miles and Huberman, dimana analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang kredibel. Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif dilakukan secara interaktif, meliputi tahap-tahap antara lain: a. Data collection (tahap pengumpulan data). Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode interview, observasi dan dokumentasi. Pada tahap ini peneliti mengolah data yang didapatkan dari hasil interview, observasi dan dokumentasi dengan cara memfokuskan pada hal-hal yang penting yang sesuai dengan rumusan masalah yang peneliti kaji. b. Data display atau penyajian data (untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif). Pada tahap ini peneliti menampilkan atau menyajikan data yang diperoleh dari hasil interview, observasi dan dokumentasi pada bab III. c. Conclusion drawing atau verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi). Pada tahap ini peneliti melakukan penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh dari hasil interview, observasi dan
22
dokumentasi untuk ditarik sebuah analisis dan kesimpulan akhir dari penelitian.
29
Pada tahap ini peneliti melakukan penarikan
kesimpulan dari data yang diperoleh dari hasil interview, observasi dan dokumentasi untuk ditarik sebuah analisis dan kesimpulan yang disajikan pada bab IV dan bab V. Hasil conlusion atau kesimpulan dari penelitian ini adalah jawaban dari rumusan masalah yang dikaji yakni bagaimana keteladanan orang tua di Desa Karanganyar Batang, bagaimana akhlak di anak Desa Karanganyar Batang, dan bagaimana upaya orang tua di Desa Karanganyar Batang dalam meningkatkan akhlak anak.
G. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis dan konsisten maka perlu disusun sistematika sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan totalitas yang utuh. Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, berisi tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Keteladanan Orang Tua dan Akhlak Anak. Sub bab pertama membahas
29
tentang Keteladanan Orang Tua, meliputi:
Ibid., hlm. 246
Pengertian
23
Keteladanan Orang Tua, Dasar Keteladanan Orang Tua, Tujuan dan Manfaat Keteladanan Orang Tua, Keteladanan Orang Tua. Sub bab kedua membahas tentang Akhlak Anak, meliputi: Pengertian Akhlak Anak, Sumber Akhlak Anak, Macam-Macam Akhlak Anak, dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak Anak. Bab III Keteladanan Orang Tua dan Akhlak Anak di Desa Karanganyar Batang. Sub bab pertama membahas tentang Gambaran Umum Desa Karanganyar Batang, meliputi: Letak Desa, Visi dan Misi, Keadaan Wilayah, Keadaan Masyarakat. Sub bab kedua membahas tentang keteladanan orang tua di Desa Karanganyar Batang. Sub bab ketiga membahas tentang akhlak anak di Desa Karanganyar Batang. Sub bab keempat tentang upaya orang tua di Desa Karanganyar Batang dalam meningkatkan akhlak anak. Bab IV Keteladanan Orang Tua Dalam Meningkatkan Akhlak anak di Desa Karanganyar Batang, meliputi: Analisis keteladanan orang tua di Desa Karanganyar Batang, Analisis akhlak anak di Desa Karanganyar Batang, Analisis upaya orang tua di Desa Karanganyar Batang dalam meningkatkan akhlak anak. Bab V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.