BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari hari, manusia tidak dapat lepas dari komunikasi untuk menyampaikan ataupun menerima suatu pesan. Lewat komunikasi orang juga berusaha mendefinisikan sesuatu agar mudah dipahami. Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson (Mulyana, 2005:5) mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum, Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi : Keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, serta menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain untuk mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. Adapun komunikasi sendiri dapat dilakukan baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (menggunakan perantara). Salah satu contoh komunikasi tidak langsung dapat dilihat dari Media Massa.
Media Massa, sesuai dengan namanya, berarti sebuah media atau alat komunikasi yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat luas. Media massa dalam perkembangannya kini makin tidak terpisahkan dengan masyarakat luas. Dengan adanya Media, masyarakat dapat mengetahui banyak informasi informasi berguna baik itu hanya sekedar berita atau gossip singkat terbaru, sampai pelbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna untuk diketahui dan diterapakan dalam kehidupan sehari. Penerapan ilmu pengetahuan yang disebarkan lewat media massa menjadi mungkin karena media memiliki kekuatan untuk mempengaruhi khalayak.
1
Media massa sendiri, dapat menyebarkan segala sumber informasi melalui banyak cara. Bisa melalui Surat kabar, majalah, radio, televisi, sampai yang terakhir film. Masing masing dari media diatas mempunyai keunggulan yang spesifik. Seperti surat kabar dan televisi mampu memberikan informasi tentang berita atau gossip terbaru dengan cepat dan jelas. Adapun film, juga memiliki keunggulan yang mungkin tidak akan didapatkan lewat surat kabar atau televisi. Jika dibandingkan dengan media massa yang lain, Film merupakan media yang memiliki jangkauan pengaruh yang cukup besar, dan tingkat kesulitan dalam pengemasan gagasan dan informasinya juga paling sulit.
Film secara harfiah bisa diartikan sebagai sebuah rangkaian cerita yang memiliki gambar hidup serta pelbagai macam suara sehingga membuatnya lebih menarik daripada sekedar membaca cerita dalam novel. Film biasa dibuat sebagai alat penyampai gagasan yang didalamnya mencakup : (1) Informasi (Berita, Penerangan, Pengetahuan), (2) Hiburan (Cerita, Pertunjukan Kesenian), (3) Persuasi (Iklan, Penerangan, Himbauan), (4) Pendidikan (Pelajaran, Pembinaan, Perilaku Dakwan), (5) Dokumentasi (Peristiwa bersejarah, Berita lama).
Film dalam perkembangannya, terbukti tidak hanya menyajikan suguhan hiburan yang dapat menambah kaidah ilmu pengetahuan saja. Film film kolosal yang mengangkat cerita sejarah, atau film bertemakan psikologi, kritisasi, serta film yang memasukan nilai moral dan sosial didalamnya ternyata terbukti dapat mendorong para khalayak yang menontonnya untuk merubah sikap dan perilakunya menjadi seperti tokoh tokoh atau cerita yang ada di dalam film. Para penikmat film benar benar merasa dirinya menjadi bagian dalam film. Mereka merasakan gembira, sedih, semangat, putus asa, lalu kemudian bangkit lagi, persis seperti alur cerita yang 2
biasa tertuang dalam film. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan film demikian hebatnya sehingga mampu mendorong seseorang untuk melakukan perubahan ke hal yang positif.
Salah satu film yang didalamnya mengandung unsur nilai sosial sehingga dapat mendorong khalayak yang menontonnya untuk melalukan perubahan ke hal yang positif adalah sebuah Film yang berjudul “Yes Man” karya Danny Wallace. Film ini menceritakan tentang seorang lelaki bernama Carl Allen (diperankan oleh Jim Carrey) yang sangat pemalas dan tertutup kepribadiannya. Carl sering menolak ajakan sahabat sahabatnya untuk pergi keluar, sering menolak pengajuan pinjaman seseorang dalam pekerjaannya di bank, juga sering menolak untuk membantu seseorang
yang sedang kesulitan yang ia temui di tengah jalan. Intinya,
kehidupan sehari hari carl dipenuhi kata No, No, dan No.
Pada suatu hari, disaat Carl sedang jenuh dan kesepian karena tidak ada yang bisa ia lakukan, ia bertemu dengan teman lamanya yang kemudian mengajaknya untuk pergi ke sebuah seminar berjudul Yes. Dalam seminar itu, Carl mendapat pencerahan untuk mengubah gaya hidupnya yang selalu berkata No menjadi Yes. Iapun memulai hari barunya dengan selalu berkata Yes, selalu menyambut peluang sekecil apapun, dan selalu berusaha membuat orang senang. Akhirnya hidup Carl pun berubah dari seseorang yang diacuhkan dan dikucilkan menjadi orang yang disayangi dan diperhatikan teman temannya.
Berdasarkan uraian cerita diatas inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui Nilai Sosial lebih lanjut yang dapat disajikan dalam sebuah film. Dan film “Yes Man” ini adalah film
3
yang dipilih peneliti untuk kemudian dilakukan pengamatan dan pengumpulan data untuk mengetahui nilai sosial yang ada di dalamnya.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan bahwa rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah “Seberapa besar frekuensi kemunculan scene yang mengandung Nilai Sosial di dalam film “Yes Man” karya Danny Wallace ?”
C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak prosentase kemunculan scene yang mengandung Nilai Sosial yang terdapat pada film “Yes Man” karya Danny Wallace.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Akademis Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mendorong para peneliti lain untuk mengkaji komunikasi massa dengan film sebagai mediatornya lebih dalam lagi. Dikarenakan penelitian ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, dan dikarenakan komunikasi massa melalui media film sangat banyak sekali jenisnya, diharapkan untuk penelitian di masa mendatang, peneliti lain dapat mencoba mencari fenomena sosial lain yang sering diadaptasi dalam banyak film.
4
2. Manfaat Praktis Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan untuk para pembuat maupun penikmat film, untuk dapat lebih mendalami lagi pesan sosial yang terdapat dalam banyak film. Agar para pembuat film bisa lebih banyak memasukan unsur nilai sosial, yang tentu saja dapat mempengaruhi para penikmat film atau khalayak dalam pengaplikasiannya di kehidupan sehari hari. Sehingga film kedepannya tidak hanya menjadi media hiburan belaka tetapi juga menjadi sarana pendidikan yang efektif bagi khalayak.
E. TINJAUAN PUSTAKA E.1. Film Film pada awalnya ditemukan dari hasil pengembangan prinsip prinsip fotografi dan proyektor. Film cerita yang menggambarkan situasi secara ekspresif dan menjadi peletak dasar teknik editing yang baik yang dibuat Edwin S. Porter pertama kali diperkenalkan kepada public amerika serikat pada tahun 1903. Dan beberapa tahun setelahnya, yakni 1906 sampai 1916, barulah tercipta sejarah penting dalam perfilman amerika serikat bahkan dunia, karena pada decade ini lahir film feature, lahir pula bintang film serta pusat perfilman yang kita kenal sebagai Hollywood. Periode hollywood juga disebut sebagai The Age of Griffith, karena David Wark Griffith telah membuat film sebagai media yang dinamis setelah ia mempelopori gaya berakting yang lebih alamiah, oganisasi cerita yang makin baik, dan yang terpenting mengangkat film sebagai media yang memiliki karakteristik unik, dengan gerakan kamera yang dinamis, sudut pengambilan gambar yang baik, serta teknik editing yang baik. (Hiebert, Ungurarit, Bohn, 1975:246) 5
Dalam perkembangannya, kini film tidak hanya menjadi sebuah media yang dinamis, Denis McQuail (Marseli, 1996:13), mengemukakan bahwa film adalah sarana yang dapat digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, humor, dan sajian teknis lainnya pada masyarakat umum. Adapun Alex Sobur (2003:127), mengungkapkan bahwa film merupakan sebuah alat untuk menyampaikan pesan yang efektif dalam mempengaruhi khalayak melalui pesan pesan yang disampaikannya.
E.1.1. Film Menurut Jenisnya Dalam perannya, Film menjadi media yang memiliki konten yang sangat beragam. Mulai dari unsur cerita, sampai obyek yang menjadi bagian dari film, memiliki ciri khas masing masing sehingga membuatnya terbagi menjadi beberapa jenis. Antara lain : A. Film Cerita Film cerita (Story Film), adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung gedung boskop dengan bintang film tenar dan didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiksi atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambarnya.
B. Film Berita Film berita (Newsreel) adalah film mengenai fakta atau peristiwa yang benar benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (News Value). Kriteria berita itu adalah penting dan menarik. Jadi berita juga harus penting atau menarik atau penting sekaligus menarik. Film 6
berita dapat langsung terekam dengan suaranya, atau film beritanya bisu, pembaca berita yang membacakan narasinya. Bagi peristiwa peristiwa tertentu, seperti perang, kerusuhan, pemberontakan, dan sejenisnya, yang biasanya rekaman gambar yang dihasilkan kurang baik, dalam hal ini yang terpenting adalah peristiwanya terekam secara utuh.
C. Film Dokumenter Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film documenter merupakan hasil interpretasi pribadi pembuatnya mengenai kenyataan yang ada. Misalnya, seorang sutradara ingin membuat film documenter mengenai para pembatik di kota pekalongan, maka ia cukup membuat naskah yang ceritanya bersumber pada kegiatan para pembatik sehari hari. Naskah itu kemudian dapat dibuat film dokumenter yang menarik yang tentu saja ceritanya bisa sedikit direkayasa untuk menghasilkan kualitas film yang baik.
D. Film Kartun Film kartun (Cartoon Film) dibuat untuk dikonsumsi anak anak. Dapat dipastikan, hampir semua orang mengenal tokoh Donal Bebek (Donald Duck), Putri Salju (Snow White), Miki Tikus (Mickey Mouse), dan tokoh tokoh kartun dunia lainnya yang diciptakan animator dunia Walt Disney. Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu diputar pasti akan dapat membuat kita tertawa karena tingkah laku para tokohnya. Namun ada juga film kartun yang membuat iba penontonnya karena penderitaan tokohnya. Sekalipun tujuan utamanya menghibur, film kartun juga bisa mengandung 7
unsur pendidikan. Minimal akan terekam bahwa kalau ada tokoh jahat dan tokoh baik, maka pada akhirnya tokoh baiklah yang selalu menang, walaupun harus melewati perjuangan keras. (Ardianto, Komala, Siti, 2007:148-149)
E.2. Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana adalah seperti yang dikemukakan Bittner (Ardianto, Komala, Siti, 2007:3), yakni Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi walaupun komunikasi itu disampaikan oleh khalayak banyak seperti ceramah atau pidato di lapangan luas yang dihadiri puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa maka itu bukan komunikasi massa. Adapun ahli komunikasi Joseph A. DeVito (Ardianto, Komala, Siti, 2007:6), mengemukakan komunikasi massa, Pertama, adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa yang luar biasa banyaknya, Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh media pemancar pemancar audio dan/atau visual. Adapun media komunikasi yang termasuk media massa adalah : radio dan televisi (Elektronik), surat kabar dan majalah (Cetak), dan yang terakhir film yang dalam media komunikasi massa adalah film bioskop.
8
E.2.1. Komunikasi Massa Menurut Fungsinya 1. Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi menjadi dua bentuk, warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) yang menginformasikan tentang ancaman angin topan, meletusnya gunung berapi, dan bencana alam lainnya yang mengharuskan masyarakat waspada, serta instrumental surveillance (pengawasan instrumental) yang menyampaikan informasi yang memiliki kegunaan bagi khalayak dalam kehidupan sehari hari seperti news, resep makanan, mode terbaru, dan sebagainya.
2. Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian kejadian penting. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antar personal maupun kelompok.
3. Linkage (Pertalian) Media massa juga dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
9
4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai Nilai) Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi) yang mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. dengan cara media massa memperlihatkan kepada kita cara mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati agar kita dapat menirunya.
5. Entertainment (Hiburan) Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan, terutama media radio dan televisi. Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi maupun siaran radio, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Sementara media cetak seperti surat kabar dapat memberikan hiburan dengan memuat cerpen, komik, teka teki silang (TTS), dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi). (Ardianto, Komala, Siti, 2007:15-17)
E.2.2. Komunikasi Massa Menurut Karakteristiknya 1. Komunikator Terlembagakan Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya terlembagakan. Artinya komunikatornya tergabung dalam suatu lembaga, sebagai contoh media televisi yang melibatkan banyak komunikator seperti juru kamera dan juru lampu (yang biasanya lebih dari satu), pengarah acara, make up, floor manager, dan lain lain yang semuanya tergabung dalam lembaga televisi yang bersangkutan. 10
2. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditunjukan untuk semua orang dan tidak ditunjukan untuk sekelompok orang tertentu, oleh karenanya pesan komunikasi bersifat umum. Pesan komunikasi dapat berupa fakta, peristiwa, atau opini. Namun semua fakta atau peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam bentuk media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria yang penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian komunikan.
3. Komunikannya Anonim dan Heterogen Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah, jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari pada itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaaan memperoleh pesan yang sama pula.
11
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Dalam Komunikasi massa, komunikator tidak memperhatikan bagaimana cara menjalin hubungan dengan komunikan. Komunikator lebih memperhatikan bagaimana cara menyusun pesan secara sistematik, baik sesuai dengan jenis medianya, agar komunikannya bisa memahami isi pesan tersebut.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun keduanya tidak dapet melakukan dialog sehingga komunikasi bersifat satu arah.
7. Stimulasi Alat Indra Terbatas Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect) Komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya. Tanggapan khalayak bisa diterima melalui telepon, email, atau surat pembaca. Proses penyampaian feedback lewat telepon, email, atau surat pembaca itu menggambarkan feedback komunikasi 12
massa bersifat indirect. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan telepon, menulis surat pembaca, dan mengirim email, itu menunjukan bahwa feedback komunikasi massa bersifat tertunda (delayed) (Ardianto, Komala, Siti, 2007:7-12)
E.3. Nilai Sosial Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menganggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods, (Huky, 146) mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasaan dalam kehidupan sehari hari. Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat yang tinggal diperkotaan lebih menyukai persaingan karena dalam persaingan akan muncul pembaharuan pembaharuan. Sementara pada masyarakat tradisional lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun menurun. Suparto mengemukakan bahwa nilai nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Diantaranya nilai nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya, ketika 13
menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berperilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.
E.3.1. Nilai Sosial Menurut Cirinya 1. Nilai merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antara warga masyarakat. 2. Disebarkan diantara warga masyarakat (bukan bawaan lahir) 3. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar) 4. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia. 5. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. 6. Dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial. 7. Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat. 8. Cenderung berkaitan satu sama lain. 9. Sistem nilai bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Dengan kata lain budaya yang berbeda menghasilkan nilai yang berbeda 10. Nilai Saling menyempurnakan. 11. Masing masing nilai mempunyai efek yang berbeda terhadap perseorangan maupun masyarakat keseluruhan.
14
12. Nilai dapat mempengaruhi pengembangan pribadi dalam masyarakat secara positif maupun negatif (Huky, 148-149)
E.3.2. Nilai Sosial Menurut Jenisnya A. Nilai Dominan Adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal hal berikut : 1. Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang seperti politik, ekonomi, hokum, dan sosial. 2. Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh angota masyarakat. 3. Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contohnya, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari hari besar keagamaan seperti lebaran atau natal. 4. Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contohnya, memiliki mobil dengan merk terkenal dapat memberikan kebanggan atau prestise sendiri.
B. Nilai Mendarah Daging (Internalized Value) Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, 15
bahkan merasa sangat bersalah. Contohnya, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberikan nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi
dalam segala tingkah laku
perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalan masyarakat. (Faisal, 356-360).
E.3.3. Nilai Sosial Menurut Kategorinya Dalam prakteknya, nilai sosial terbagi lagi menjadi beberapa kategori yang lebih spesifik. Williams (Faisal, 362) telah membuat daftar kategori yang merangkum orientasi orientasi nilai yang terdapat pada masyarakat amerika. Walaupun kategori ini disusun merepresentasikan nilainilai inti (score values) pada bangsa amerika, tetapi kategori ini juga dapat dipergunakan untuk masyarakat mana saja dari Negara dan suku bangsa apapun. Dari sekitar lima belas kategori yang disusun Williams, ada empat kategori yang sudah diseleksi yang semua inti nilainya terdapat dalam film Yes Man. Lima kategori itu antara lain :
1. Hasil Usaha dan Keberhasilan Nilai ini tampaknya mengutamakan pentingnya hasil usaha pribadi, terutama keberhasilan di bidang pekerjaan. Hasil usaha sendiri kebanyakan diukur lewat kriteria ekonomi. Kemajuan di bidang profesi dan kemampuan untuk mengumpulkan kekayaan yang lazimnya digunakan sebagai suatu ukuran keberhasilan seseorang. Walaupun begitu cara untuk mendapatkan kekayaan ini penting sebagai salah satu 16
dimensi dari nilai usaha dan keberhasilan. Kaum penjahat atau sebangsanya yang diketahui telah berhasil memperoleh kekayaan dengan cara cara yang berada di luar batas batas sanksi moral biasanya dianggap sebagai orang orang yang tidak berhasil.
2. Aktivitas dan Pekerjaan Nilai ini tampaknya mengutamakan pentingnya citra dan reputasi pribadi. Contohnya, seseorang mungkin berasa lebih gembira dan dirinya bernilai jika ia memiliki pekerjaan dan dapat membantu orang lain, daripada hanya menganggur dan tidak berbuat apa apa.
3. Kemanusiaan Nilai ini tampaknya mengutamakan pentingnya rasa kemanusiaan. Nilai kemanusiaan ini biasanya tolak ukurnya lewat kedermawanan. Yakni hal apapun yang dapat membantu meringankan beban penderitaan orang lain. Kedermawanan itu tidak melulu harus selalu materi atau uang, sumbangan lain seperti tenaga, pikiran, bahkan sekedar mendengar keluh kesah orang lain juga termasuk ke dalam kedermawanan ini.
4. Kebebasan Nilai ini tampaknya mengutamakan pentingnya kebebasan dan kemerdekaan. Tolak ukur kebebasan dan kemerdekaan ini sangat luas bahkan tak terbatas. Itulah mengapa tidak ada seseorangpun yang bisa menjelaskan secara jelas apa arti dari kata kebebasan itu sendiri. Tentu saja kebebasan dalam hal ini mencakup kebebasan 17
memilih, menentukan, dan memutuskan apapun yang dirasa baik untuk diri sendiri (Faisal, 363-367).
E.4. Analisis Isi Menurut Berelson dan Kerlinger (Wimmer & Domminick, 2000:135), analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak. Adapun menurut Budd (Kriyantono, 2009:230), analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. Rakhmat (2007:89) juga memaparkan bahwa analisis isi dapat digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang dan dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi : Surat kabar, buku puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato, surat, undang-undang, musik, teater, dan sebagainya. Ia juga merumuskan bahwa penelitian yang menggunakan analisis isi pada umumnya melalui tahap tahap : (1) Perumusan masalah, (2) Perumusan hipotesis, (3) Penarikan sampel, (4) Pembuatan alat ukur (koding), (5) Pengumpulan data, dan (6) Analisis data. Adapun penggunaan analisis isi memiliki beberapa manfaat atau tujuan. McQuail dalam buku Mass Communication Theory (2000:305) mengatakan bahwa tujuan dilakukan analisis terhadap isi pesan komunikasi adalah untuk : -
Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media
-
Membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial
18
-
Isi media merupakan refleksi dari nilai nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat
-
Mengetahui fungsi dan efek media
-
Mengevaluasi media performance
-
Mengetahui apakah ada bias media
F. DEFINISI KONSEPTUAL F.1. Nilai Sosial Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menganggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods, (Huky, 146) mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasaan dalam kehidupan sehari hari.
F.2. Film Film menurut Denis McQuail (Marseli, 1996:13), adalah sarana yang dapat digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, humor, dan sajian teknis lainnya pada masyarakat umum. Adapun menurut Alex Sobur (2003:127), film merupakan sebuah alat untuk menyampaikan pesan yang efektif dalam mempengaruhi khalayak melalui pesan pesan yang disampaikannya.
19
G. STRUKTUR KATEGORISASI Penelitian yang menggunakan analisis isi, validitas serta hasilnya sangat bergantung dengan kategorinya. Adapun kategori yang disusun dalam penelitian ini untuk Analisis film Yes Man adalah sebagai berikut :
1. Hasil Usaha dan Keberhasilan Kategori ini adalah kategori yang berkaitan dengan Nilai Sosial dalam Hasil Usaha dan Keberhasilan individu dalam Profesi dan Pekerjaan. Indikator kategori ini semua hal yang berkaitan dengan urusan kantor atau tempat kerja, yang antara lain : a. Bersosialisasi dan menjalin hubungan baik dengan Atasan Contoh : Rutin berbincang bincang kecil dengan Atasan, Sebisa mungkin selalu mengikuti permintaan atasan, dan Sesekali pergi bersenang senang dengan atasan. b. Berprestasi dalam Pekerjaan Contoh : Membuat inovasi dan perubahan kecil yang dapat menghasilkan keuntungan baru bagi perusahaan.
2. Aktivitas dan Pekerjaan Kategori ini adalah kategori yang berkaitan dengan Nilai Sosial dalam Aktivitas sehari hari individu dalam menghabiskan waktunya. Indikator kategori ini meliputi semua hal yang berkaitan dengan aktivitas umum yang menghasilkan manfaat, yang antara lain : a. Pergi bersosialisasi dan bersenang senang dengan teman teman Contoh : Pergi bersenang senang dengan sahabat lama di Café, Bar, dan tempat tempat menyenangkan lainnya. 20
b. Mengikuti berbagai komunitas dan menekuni berbagai hobi baru yang menarik. Contoh : Bergabung dalam komunitas sosial dan lembaga amal, Serta menekuni berbagai hobi baru seperti kursus gitar, kursus bahasa asing, kursus mengemudikan pesawat terbang, dan hobi hobi menarik lainnya.
3. Kemanusiaan Kategori ini adalah kategori yang berkaitan dengan Nilai Sosial dalam Kehidupan Sehari hari dengan sesama manusia. Indikator kategori ini meliputi semua hal yang berkaitan dengan membantu dan menyenangkan orang lain tanpa mengharapkan imbalan, yang antara lain : a. Membantu dan Meringankan beban orang lain. Contoh : Menyetujui pinjaman modal usaha kepada semua semua orang, memberikan sumbangan serta ikut dalam penyaluran sumbangan untuk amal. b. Membuat orang lain senang dan gembira. Contoh : Memberikan perhatian kecil kepada semua orang lewat senyum sapa dan sebagainya, serta memberikan nasihat dan support untuk orang lain yang sedang memiki banyak masalah.
4. Kebebasan Kategori ini adalah kategori yang berkaitan dengan Nilai Sosial dalam memilih suatu pilihan dalam hidup. Indikator kategori ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan memilih mengikuti kata hati, yang antara lain :
21
a. Kebebasan memilih tempat liburan, kegiatan yang ingin dilakukan, dan sebagainya, sesuai dengan keinginan. Contoh : Bebas memilih tempat liburan tanpa memusingkan tempat tujuan liburan serta bebas melakukan apapun tanpa harus terganggu dengan aturan aturan baku. b. Kebebasan menentukan suatu pilihan sulit seperti pasangan hidup, tujuan masa depan, sesuai dengan kata hati. Contoh : Bebas menentukan pasangan hidup saat hati sudah meyakini tanpa perlu memikirkan hal hal kecil lainnya yang akan muncul di belakang.
H. METODE PENELITIAN H.1. Metode Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah analisis isi. Yakni seperti yang dikemukakan Rakhmat (2007:89), Analisis isi dapat digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang dan dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi : Surat kabar, buku puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato, surat, undang-undang, musik, teater, dan sebagainya. Adapun tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Yakni seperti yang dikemukakan Nasir (1983:63), penelitian deskriptif meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, sistem, pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Selain itu penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Yang menurut Krippendorf (1991:16) bertujuan untuk
22
mendeskripsikan secara obyektif, sistematis dan kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak atau manifest.
H.2. Ruang Lingkup Penelitian Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah film “Yes Man” karya Danny Wallace yang memiliki durasi 1 Jam 32 menit dan terdiri dari 90 scene film. Penelitian difokuskan pada tiap scene yang dinilai memiliki unsur nilai sosial sesuai dengan kategorisasi yang telah dirumuskan.
H.3. Unit Analisis Unit analisis yang digunakan adalah 90 scene film baik berupa adegan maupun dialog yang terdapat dalam film “Yes Man” karya Danny Wallace yang dinilai memiliki unsur nilai sosial sesuai dengan kategorisasi yang telah dirumuskan. Selanjutnya setiap scene yang terpilih dimasukkan kedalam kategori yang telah ditentukan. Hal ini berarti peneliti menggunakan unit analisis scene untuk membatasi penelitian yang telah jelas dalam pengkategorian.
H.4. Satuan Ukur Satuan ukur dari penelitian ini adalah frekuensi kemunculan unsur nilai sosial yang terdapat dalam scene film “Yes Man” karya Danny Wallace yang diambil lewat adegan ataupun dialog yang dinilai mengandung unsur nilai sosial. Yang dimaksud dengan adegan adalah segala kegiatan atau aktivitas fisik yang dilakukan oleh seluruh pemain film baik pemeran utama, pemeran pembantu utama, sampai figuran.
23
Adapun dialog adalah segala sesuatu yang diucapkan lewat lisan yang juga dilakukan oleh seluruh pemain film bersangkutan.
H.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan pengamatan, yakni dengan mendokumentasikan film “Yes Man” ke dalam bentuk file video yang sudah dikonversi hingga dapat diputar pada banyak aplikasi pemutar video di computer untuk selanjutnya disusun menjadi sebuah data penelitian. Tahap berikutnya, data dikumpulkan dengan menggunakan Coding Sheet yang dibuat berdasarkan kategori yang telah ditetapkan seperti contoh dibawah ini : Kategorisasi Hasil Usaha Dan
Aktivitas dan
Scene
Kemanusiaan Kemajuan Dialog
Adegan
Kebebasan
Pekerjaan Dialog
Adegan
Dialog
Adegan
Dialog
Adegan
Dari tabel diatas, peneliti dan koder akan memberi tanda (√) pada scene yang didalamnya terdapat Dialog atau Perilaku yang termasuk kedalam kategori nilai sosial yang sudah dirumuskan diatas
24
H.6. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dipakai penulis adalah kuantitatif dengan tipe statistik deskriptif yang menggunakan tabel frekuensi untuk penghitungan datanya. Tujuannya penggunaan tabel ini untuk membantu peneliti mengetahui frekuensi kemunculan masing masing kategori. Dalam penerapannya, data berupa setiap isi pesan yang terdapat dalam film “Yes Man” dimasukan ke dalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan alat distribusi frekuensi yang berupa tabel analisis untuk mengetahui frekuensi kemunculan dari setiap kategori tema penelitian. Adapun contoh tabel yang dibuat peneliti adalah sebagai berikut : Kategorisasi
F
Prosentase (%)
Hasil Usaha Dan Kemajuan Aktivitas Dan Pekerjaan Kemanusiaan Kebebasan Jumlah
H.7. Uji Reabilitas Kategorisasi dalam analisis isi merupakan instrumen pengumpul data. Supaya objektif maka kategorisasi harus dijaga reliabilitasnya. Terutama untuk kategorisasi yang dibuat sendiri oleh periset sehingga belum memiliki standar yang teruji, maka sebaiknya dilakukan uji reliabilitas, yang tahap pelaksanaannya dimulai dengan periset melakukan pengkodingan sampel ke dalam kategorisasi bersama dengan seseorang yang lain yang ditunjuk sebagai pembanding 25
atau hakim. Uji ini juga biasa dikenal sebagai uji antar kode. Kemudian hasil pengkodingan dibandingkan dengan menggunakan rumus Holsty, yakni : CR =
2M N1 N 2
Keterangan : C.R
=
Coefisien Reliability
M
=
Jumlah Pernyataan yang Disetujui oleh Dua Pengkode
N1, N2
=
Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti dari hasil yang diperoleh.
Hasil yang diperoleh dari uji antar kode diatas disebut Observed Agreement (Kesepakatan yang diperoleh dari penelitian). Selanjutnya untuk memperkuat hasil uji reliabilitas diatas digunakan rumus Scott sebagai berikut : Pi = % Observed Agreement - % Expected Agreement 1 - % Expected Agreement Keterangan : Pi
=
Nilai Keterhandalan
Observed Agreement
=
Nilai yang disetujui antar pengkode yakni nilai CR
Expected Agreement
=
Persetujuan yang diharapkan dalam suatu kategori yang sama nilai matematisnya serta dinyatakan dalam jumlah hasil pengukuran dari proposisi seluruh kategori.
Ambang penerimaan yang sering dipakai untuk uji reliabilitas kategorisasi adalah 0,75. Jika persetujuan antara pengkoding (periset dan hakim) tidak mencapai 0,75 maka kategorisasi operasionalnya mungkin perlu dirumuskan lebih spesifik lagi. Artinya kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat keterandalan atau kepercayaan (Kriyantono, 2009:236-238)
26