BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari manusia merupakan suatu hal yang menarik. Banyak hal yang tak terduga yang sering kita temui, ketika mencoba memahami manusia. Dibutuhkan upaya ekstra untuk memahami manusia baik secara individu maupun secara sosial. Walaupun mempelajari manusia merupakan sesuatu yang tidak bisa dikatakan mudah, namun usaha-usaha tetap dilakukan demi memahami manusia. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah mempelajari tingkah laku individu. Hal ini sudah dilakukan sejak lama oleh para ahli, bahkan hingga saat ini, demi memperoleh pemahaman tentang manusia. Walaupun demikian, tidak sepenuhnya pertanyaan tentang manusia dapat terjawab dengan sempurna.
Salah satu alasan utama mengapa manusia sulit memahami tingkah laku manusia seutuhnya adalah sifat dan keadaan manusia yang bersifat kompleks dan unik. Dikatakan kompleks karena kehidupan manusia melibatkan berbagai aspek antara lain aspek kognitif, afektif, psikolmotorik, dan sosial yang saling berinteraksi dan bersifat dinamis. Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, sebagai makhluk sosial manusia akan senantiasa berinteraksi dengan individu-individu lain.
Oleh sebab itu dalam tulisan ini penulis ingin mencoba menggali lebih dalam tentang hubungan antara orang tua dengan anak mereka dalam proses perkembangan konsep diri anak. Sebab kita ketahui bahwa menjadi orang tua di masa sekarang ini memang bukan merupakan hal yang mudah dan dianggap sepeleh, karena orang tua harus menyediakan tenaga ekstra untuk menghadapi anak-anaknya. Maksudnya adalah orang tua tidak hanya sekedar berperan sebagai orang tua, tetapi juga mereka harus berperan lebih dari sekedar itu, sehingga sang anak juga
dapat merasa bahwa mereka memiliki tempat yang layak dalam keluarga yang mereka tempati. Apalagi zaman sekarang penuh dengan kekerasan, penolakan terhadap orang lain, seks bebas, aborsi dan penjualan anak. Sebenarnya hal ini merupakan sebuah dorongan bagi setiap orang tua, agar lebih berhati-hati dalam mendidik anak mereka.
Perlu kita ingat juga bahwa salah satu hak dasar anak adalah hak untuk hidup. Artinya setiap anak memiliki hak untuk bertumbuh dan berkembang, berarti setiap anak
harus
memperoleh kesempatan untuk bertumbuh secara fisik maupun psikologis. Semua ini akan terjadi apabila lingkungan yang mereka tempati kondusif, sehingga memungkinkan mereka untuk bertumbuh dengan optimal. Orang tua memiliki peranan yang amat penting
dalam mendukung perkembangan
anaknya, khususnya mereka yang berada pada tahap usia dini. Namun permasalahan seringkali muncul karena banyak orang tua kurang memahami perkembangan anak. Sering kali orang tua kurang memahami anaknya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologisnya. Hal ini bukan merupakan sebuah masalah yang baru, sebab persoalan kurang memahami ini sudah menjadi masalah klasik di kalangan orang tua sendiri. Namun kita tidak bisa semata-mata mengklaim bahwa orang tua tidak mengerti apa-apa dalam hubungannya dengan proses pendidikan anak. Yang menjadi tugas kita adalah, memberikan informasi kepada mereka yang kurang paham benar tentang pendidikan anak. Tulisan ini bermaksud untuk melihat sejauh mana peran orang tua mengembangkan konsep diri anaknya. Tulisan ini juga sekaligus memberikan informasi-informasi kepada setiap orang tua mengenai proses perkembangan konsep diri anak, sehingga ke depanya si anak dapat menjalani kehidupanya secara baik dan benar. Konsep diri merupakan sebuah substansi dari seluruh bangunan kepribadian manusia, semua perasaan, prilaku dan keputusan yang konsisten
tentang dirinya. Atau dapat dikatakan juga bahwa konsep diri adalah sebuah gambaran mental yang merupakan akibat dari hasil belajar seseorang tentang dirinya maupun tentang orang lain. Orang tua tidak hanya memperhatikan keadaan fisik anaknya saja tetapi juga keseimbangan antara fisik dan psikispun perlu dijaga sehingga pada akhirnya anak mereka dapat bertumbuh dan berkembang secara baik. Orang tua memikul tanggung jawab besar untuk menangani semua persoalan di atas, karena banyak hal dalam diri anak berawal dari keluarga yang merupakan sebuah unit sosial terkecil. Tidak hanya itu saja tetapi keluarga juga merupakan sebuah institusi pendidikan yang pertama yang memperkenalkan segala sesuatu kepada anaknya. Perlu kita ingat bersama bahwa ketika orang tua siap untuk memiliki anak, berarti mereka sementara membuat sebuah komitmen dengan anak mereka dan dengan masa depan anak mereka. Sejak dini orang tua dapat mengembangkan konsep diri pada anak. Orang tua perlu mengkomunikasikan ciri-ciri fisik maupun psikis pada anak, agar anak dapat memahami dan menghayati gambaran dirinya sendiri. Dalam perkembangan selanjutnya orang tua perlu mendorong anak agar si anak dapat menghargai diri sendiri. Orang tua juga dapat memberi penghargaan yang bermanfaat bagi anaknya. Misalnya bayi tujuh bulan sampai 8 bulan sudah dapat merangkak atau memegang sendok, memegang mainan dan bermain sendiri. Orang tua hendaknya dapat memberi penghargaan dalam bentuk pujian secara tulus kepada si anak. Sebab hal ini dapat menumbuhkan konsep diri yang positif bagi sang anak. Dengan melihat respon positif orang tua terhadap sang anak, maka anak akan mengulangi perilaku yang baik untuk
mengembangkan kepribadiannya dan dengan demikian anak akan memulai untuk menghargai dirinya sendiri.1 Berdasarkan sedikit gambaran di atas dapat kita ketahui sendiri, bahwa peran orang tua dalam rumah tangga sangat penting terhadap proses perkembangan si anak. Selain itu orang tua juga pasti menginginkan sesuatu yang terbaik untuk anaknya. Dalam kaitanya dengan peran orang tua terhadap konsep diri anak prasekolah maka penulis ingin menggali lebih dalam tentang persoalan ini, dibawa judul: “ ORANG TUA DAN PERANYA DALAM PROSES PERKEMBANGAN KONSEP DIRI ANAK PRA SEKOLAH” 1.2 Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang pemikiran diatas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1.
Apa yang dimaksudkan dengan anak prasekolah dan bagaimana perkembangannya?
2.
Manakah ciri-ciri konsep diri anak dan bagaimana perkembangannya?
3.
Mengapa konsep diri itu sangat penting?
4.
Apa saja peran orang tua dalam mengembangkan konsep diri anak?
1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan ini adalah:
1
Drs Agoes Daryo, Psi. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama (Bandung: Refika Aditama,2007), hlm., 214
Pertama,
Untuk
memahami
lebih
dalam
tentang
pengertian
konsep
diri
dan
perkembangannya, serta seberapa penting konsep diri bagi seseorang anak. Kedua,
Untuk memahami bagaimana cara orang tua menanggapi konsep diri anak.
Ketiga,
Untuk mengetahui apa dan bagaimana pengaruh orang tua dalam mengembangkan konsep diri anak.
1.4 Kegunaan Penulisan 1.4.1 Untuk Fakultas Filsafat Agama Hendaknya tulisan ini dapat memberikan andil yang cukup, dalam membuka wawasan berpikir mahasiswa akan kesadaran dan tanggung jawab serta kepedulian terhadap perkembangan konsep diri anak. 1.4.2 Untuk Peneliti Sendiri Dalam tulisan ini penulis sangat berharap bisa mendapatkan pengetahuan dibidang psikologi dan lebih khususnya lagi peran orang tua dalam mengembangkan konsep diri anak.
1.4.3 Bagi Setiap Orang Tua Hendaknya tulisan ini dapat bermanfaat untuk setiap orang tua, sehingga dalam menjalani kehidupan sehari-hari, mereka tidak melakukan hal-hal yang keliru dalam mengasuh dan mendidik anak, sehingga sang anak dapat bertumbuh secara normal dan baik secara fisik maupun psikis. 1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Deduksi da Induksi
Pikiran-pikiran tentang konsep diri akan di pelajari dan di dalami secara mendalam sehingga pikiran tentang konsp diri dapat dikuasai dengan baik sehingga pada akirnya pikiranpikiran yang ada dapat membangun sebuah sintese. 1.5.2 Koherensi internal Dalam rangka membuat sebuah interpretasi, pentig dilihat etiap unsur dalam proeses perkembangan konsep diri anak pra sekolah dasar dan peran orang tua dalam pengasuhan anakanakya 1.5.3 Holistikaolah Untuk memahami pikiran-pikiran tentag konsep diri maka penulis akan melihat secara menyeluuh teori-teori tentang konsep diri dan relevansinya bagi setiap anak-anak pra sekolah dasar dalam kaitanya dengan orang tua sebagai pendidik.
1.5.4 Heuristika pada akhirnya peneliti akan beruaha memberi pemahaman baru terhadap pengertian konsep diri yang merupakan hasil refleksi peneliti berdasarkan literatur yang tersedia
1.6 Sistimatika Penulisan Dalam penulisan ini penulis mensitimatisasi tulisan ini dalam 5 bab: Bab Pertama: pendahuluan,latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, kegunaan penulisan. Bab Kedua: Orang tua dan perananya, pengertian orang tua, pendekatan orang tua dalam pendidikan anak, pendekatan orang tua tradisional, pendekatan orang tua modern, perkawinan yang sejahtera, mengajarkan nilai moral pada anak, tugas orang tua dalam mendisiplinkan anak, suasana rumah tangga, cinta kasih dalam membina keluarga sejatera,aspek-
aspek yang mempengaruhi perkembangann konsep diri, aspek fisiologis, aspek psikologis, aspek psiko – sosial, aspek psiko spiritual Bab Ketiga: Perkembangan konsep diri anak pra sekolah, perkembangan, pengertian perkembangan, perkembangan kualitatif dan kuantitatif, aspek-aspek perkembangan anak pra sekolah,
perkembangan
fisik,
perkembangan
intelektual,
perkembangan
emosional,
perkembangan moral, relasi sosial, pendidikkan agama, perkembangan konsep diri, pengertian, konsep, diri, konsep diri, anak, proses pembentukan dan perkembangan konsep diri, faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri, faktor fisik, jenis kelamin, penerimaan sosial, orang tua, pentingnya konsep diri Bab Keempat: Orang tua dan peranannya dalam proses perkembangan konsep diri anak pra sekolah dasar, peranan orang tua, pentingnya perlakuan orang tua terhadap anak, upaya orang tua dalam perkembangan konsep diri anak pra sekolah dasar, perubahan konsep diri dari yangnegatif ke yang positif, usaha anak mengatasi konsep diri yang negatif, usaha mengubah konsep diri
dari negatif ke yang positif, pengasuhan orang tua terhadap anak, pola asuh
demokratis, pengembangan harga diri pada anak,mengembangakan rasa percaya diri pada anak, macam-macam pola asuh orang tua terhadap anak, pola asuh otoriter, pola asuh permisif, pola asuh demokratis, pola asuh simbolis, pola asuh protektif, pola asuh situasional, catatan kecil dalam hubunganya dengan pola asuh orang tua Bab Kelima: penutup, kesimpulan, usul dan saran