BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Penyajian Data Penelitian 4.1.1
Observasi
Peneliti melakukan observasi secara langsung karena peneliti menemukan banyak hal-hal yang menarik untuk dikupas. Hal-hal menarik tersebut dicatat oleh peneliti yang kemudian dituangkan kedalam bentuk penulisan. Maka peneliti melakukan observasi langsung yang dilakukan selama peneliti kerja praktek di Grand Sahid Jaya Hotel yang dimulai dari tanggal 16 Februari 2011- 26 Mei 2011. Observasi dijabarkan secara deskriptif dengan penjelasan dalam bentuk narasi. Dari beberapa acara yang telah diselenggarakan oleh pihak hotel peneliti juga ikut mengambil bagian dalam rangkaian acara tersebut. Beberapa acara-acara yang akan dibahas disini ialah, long stay guest dan event fun bike and fun walk.
•
Event Long Stay Guest (A Night of Fun) Acara long stay guest ini diselenggarakan tanggal 18 Februari 2011, terhitung
dua hari setelah peneliti aktif magang di hotel tersebut. Acara ini dilakukan sebagai ungkapan rasa terimakasih yang besar terhadap Long stay Guest kami dan tamu yang telah percaya dan tetap setia memilih fasilitas Grand Sahid Jaya hotel sebagai salah satu hotel yang memiliki keistimewaan dengan nuansa budaya Indonesia. Grand Sahid jaya mengajak para tamu dan swimming pool members dalam acara “ A night of fun” yang dimulai pukul 06.30 sampai dengan selesai, bertempat di kolam renang lantai 3 (tiga) Grand Sahid Jaya. 82
83
Tujuan lain dari penyelenggaran acara “A Night of Fun” selain untuk mempromosikan Grand Sahid Jaya Hotel dimata publik, ditujukan untuk lebih mendekatkan hubungan antara pihak dari Grand Sahid Jaya Hotel dengan tamu dan anggota. Diharapkan para tamu atau anggota tidak hanya menjadikan Grand Sahid Jaya Hotel sebagai pilihan untuk menginap, dan acara lainnya. Namun juga sebagai rumah kedua yang dengan kapan saja siap dengan tangan terbuka melayani para tamu. Acara “A Night of Fun”ini diisi dengan berbagai penampilan menarik seperti Dance performance, Band Performance, Live music performace, serta banyak acara games lainnya. Serta untuk lebih memeriahkan acara, Pihak hotel juga memberikan berbagai door prize yang menarik, seperti : Voucher senilai @ Rp 200.000,- bagi 5 pemenang persembahan dari CEO Priority Club, 1 Voucher menginap di 2 bedroom Suites persembahan dari Apartemen Batavia , 1 Tiket Jakarta – Makassar – Jakarta persembahan dari Merpati Airlines, 1 Tiket Jakarta – Malang – Jakarta persembahan dari GARUDA INDONESIA, 1 Tiket Jakarta – Jogyakarta – Jakarta persembahan dari GARUDA INDONESIA , 2 buah Blackberry persembahan dari Departemen Pendidikan Nasional dan Kobatin serta banyak hadiah besar lainnya. Grand Sahid Jaya berterimakasih kepada Kobatin, Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Indonesia Bank Jatim, Japan Radio, Garuda Indonesia, Merpati Airlines, Lintas Agung Travel, Apartemen Batavia, Sahid Sahirman Memorial Hospital, dan CEO Priority Club atas partisipasi yang telah diberikan untuk kelangsungan dan kelancaran acara A night Of Fun. Dalam acara ini peneliti melihat berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak hotel yang melibatkan berbagai divisi seperti front office, banquet, marketing, dan lain
84
sebagainya. Namun peneliti lebih memfokuskan observasi pada divisi PR yang turut berkontribusi dalam penyelenggaraan selama pra-event, event, hingga pasca-event. Pada saat pra-event, Bapak Danang selaku PRM mendelagasikan tugas sesuai dengan porsi masing-masing anggotanya. Mulai dari publikasi yang dilakukan oleh desain grafis melalui flyer, banner, brosur, dan lain sebagainya dan diteruskan oleh e-commerce officer untuk di publikasikan ke dalam website. Untuk PRO memfokuskan tugas pada follow up data tamu dan menghubungi media . Pada saat acara berlangsung divisi PR pun tetap berkontribusi atas kelancaraan acara “A night of fun”, berbeda dengan tugas pra-event, pada saat acara berlangsung tugas yang dilakukan oleh PRM dan PRO adalah sebagai MC acara, sedangkan desain grafis bertugas sebagai dokumentasi. Untuk pascaevent tugas dari divisi lebih pada mengevaluasi acara yang telah terjadi serta menulis release kepada media untuk diliput. Dari sinilah terlihat pentingnya memiliki hubungan yang baik dengan media untuk membantu PRM dalam publikasi berita.
•
Event Fun Bike and Fun Walk Peneliti juga melakukan observasi pada acara fun bike and fun walk, menyambut
HUT ke-37, Grand Sahid Jaya Hotel menggelar acara “ Fun Bike dan Fun Walk” yang diikuti kurang lebih 1000 peserta, baik dari kalangan karyawan Hotel Grand Sahid Jaya maupun masyarakat. Rute yang dilalui terbagi 2, rute fun bike yang dimulai dari hotelSudirman- Sarinah Thamrin- Sudirman- Bunderan Senayan- Sudirman- dan kembali ke Hotel. Sedangkan untuk rute fun walk di mulai dari parkiran Hotel- Sudirman- Bunderan Hotel Indonesia- Sudirman- Jembatan Semanggi- dan kembali ke hotel. Acara yang dimulai sejak pukul 06.00 WIB diikuti oleh peserta dengan antusias.
85
Tujuan dari event ini adalah untuk lebih meningkatkan hubungan yang lebih baik antara pihak hotel dengan karyawan dan masyarakat. Tujuan lain dari penyelengaraan fun bike and fun walk ini karena keinginan pihak hotel dalam membantu program pemerintah dan masyarakat untuk hidup sehat dan melestarikan lingkungan karena kegiatan ini tidak menggunakan transpotasi yang dapat menyebabkan pencemaran polusi, dan juga melihat tingginya minat masyarakat saat ini yang antusias pada kegiatan bersepeda. Selama observasi yang dilakukan secara langsung di lapangan tepatnya dilakukan di department of public relations Grand Sahid jaya. Peneliti mencatat bahwa kinerja dari praktisi PR tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan dari divisi lainnya seperti divisi banquet, CNC, Marketing, serta divisi lainnya. Yang mana mulai dari praevent hingga event berlangsung kontribusi dari seluruh divisi diharuskan maksimal dengan selalu menjaga koordinasi dengan kinerja kerja yang proposional agar tidak terjadi kesalahpahaman informasi. Pembentukan panitia acara menjadi salah satu cara agar pendelegasian tugas dari masing-masing divisi terstruktur dengan baik, dan tugas untuk divisi PR pada pra-event lebih pada publikasi acara dan pencarian sponsorship. Dimana dalam divisi PR yang terbagi dalam beberapa bagian seperti tugas dari PRM (public relations manager) yang dibantu oleh PRO (public relations officer) mencari kerjasama sponsorship baik dalam hal keuangan maupun barter produk, seperti: You-C 1000, SoyJoy, dan lain sebagainya. PRM juga bertugas mengundang media baik cetak maupun elektronik, serta tamu-tamu VIP lainnya, yang pada prakteknya tugas ini di delegasikan oleh peneliti sendiri melalui telepon dan faks. Untuk publikasi acara dilakukan oleh desain grafis Arya Mahardian dalam pembuatan flyer, baju peserta,
86
banner, spanduk, dan baliho. Yang dibantu oleh e-commerce untuk dipublikasi melalui website, facebook, dan twitter. Sedangkan Ibu Ummu Kalsum selaku sekertaris dari departemen PR bertugas untuk mendata para peserta eksternal, yakni masyarakat.
Pada saat acara berlangsung tugas dari peneliti lebih pada pendataan informasi peserta di meja registrasi dan membantu mengatur peserta dalam mengarahkan acara. Sedangkan untuk PRM dan PRO lebih terfokus pada menyambut tamu-tamu VIP serta media. Dengan menjalin hubungan yang baik dengan media, banyak keuntungan yang diperoleh kedua belah pihak diantaranya penukaran informasi baik dari PR kepada publik melalui press release, dan juga sebaliknya media juga mendapat informasi peliputan dalam tuntuntan mereka untuk memuat artikel tentang hotel pada saat itu. Selain fun bike dan fun walk, Grand Sahid Jaya hotel juga menggelar berbagai acara lain seperti Live music, penampilan artis- artis dari Sony Music seperti Lala Karmela, Terry, dan Mercy Band, kompetisi mewarnai anak-anak, dan juga Puppet Show. Usai serangkaian acara fun bike dan fun walk ini, diakhiri dengan pengundian Lucky Draw untuk lebih memeriahkan acara dan berbagai hiburan seperti bazaar di Grand Sahid Jaya Hotel.
87
4.1.2
Wawancara Beberapa wawancara telah dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis beberapa
kekuatan yang dilakukan oleh divisi PR dalam menjalin hubungan dengan beberapa media untuk mendukung awareness masyarakat atas re-branding nama hotel. Metode pengumpulan data lainnya yang dilakukan oleh peneliti selain observasi ialah melakukan wawancara. Beberapa narasumber yang dipilih oleh peneliti di bagi menjadi 2 yaitu publik internal yakni Residence Manager dan Public Relations Manager, serta publik eksternal yaitu 2 masyarakat lokal, dan 2 wartawan media cetak.
Untuk memfokuskan pertanyaan peneliti terhadap narasumber maka penelitian dilakukan dengan Four Steps Public Relations Process dalam Yulianita (2003 : 115) yaitu : • Defining Public Relations Problems (Situation Analysis) • Planning and Programming (Strategy) • Taking Action and Communicating (Implementation) • Evaluation The Program (Assesment)
4.1.2.1 Wawancara dengan Tamu Hotel Peneliti memilih untuk mewancarai Bapak JS sebagai tamu hotel di Grand Sahid. pertanyaan dengan narasumber tamu hotel ini dapat menjawab apakah masyarakat aware dengan Nama “Grand”. Narasumber Bapak JS merupakan salah satu long stay guest di Grand Sahid yang telah menjadi tamu hotel terhitung sejak tahun 1989 atau
88
kira-kira pada zaman kepemimpinan alm.mantan presiden Soerharto. Bapak JS mengatakan Informasi mengenai Grand Sahid Jaya dikatakan dalam wawancara “Saya sudah lama mengetahui, terhitung sejak pada zaman Soeharto melalui rekan kerja Saya yang merefrensikan hotel Sahid yang pada saat itu menjadi salah satu hotel bintang lima berlian di Jakarta”.
Sebagai tamu hotel yang telah lama bergabung tentu membuat Bapak JS mengetahui bahwa hotel Sahid Jaya telah melakukan re-branding Nama menjadi Grand Sahid Jaya. Dari hasil wawancara dengan beliau menyatakan bahwa perubahan nama hotel Grand Sahid dengan kualitas hotel tidak berpengaruh banyak. Seperti dalam kutipan wawancara dengan beliau sebagai berikut: Karena menurut beliau yang sudah lama menjadi pelanggan mengatakan bahwa kejaayaan dari hotel ini terjadi pada tahun 1990. Beliau menilai perubahan nama dari Sahid Jaya hingga menjadi Grand Sahid Jaya kurang re-presentative dibandingkan sebelum re-branding, meski banyak area yang telah di renovasi oleh pihak hotel, tidak menjadi suatu acuan bahwa kualitas dari hotel menjadi berubah lebih baik. Namun diantara semuanya juga terdapat keuntungan, seperti pada kutipan wawancara yang ditanyakan oleh peneliti atas benefit apa yang dirasakan oleh bapak JS setelah di rebranding nama. Dan beberapa alasan tersebut dikemukakan seperti pada kutipan wawancara berikut: Pertama, ‘karena hotel ini berada di pusat kota, jadi Saya memilih Sahid sebagai tempat tinggal sekaligus juga untuk menjalankan bisnis. Hotel ini juga berada di tempat strategis, yaitu di daerah kuningan sehingga mempermudah Saya dan rekanrekan korelasi Saya untuk bertemu dan mereka tidak keberatan pada waktu Saya meminta untuk bertemu.”
89
Kedua, “Saya akhirnya tidak perlu banyak keluar hotel, karena disini banyak aktivitas yang dapat Saya lakukan. Selain untuk menginap Saya juga bisa menerima teman-teman untuk pertemuan bisnis. Jadi Saya melakukan banyak penghematan disini.” Ketiga, “Saya sudah kenal karyawan-karyawan di Sahid dan sudah seperti keluarga disini, sehingga hal-hal kecil apapun Saya sudah bisa memperoleh informasi yang berhubungan dengan kenyamanan Saya disini, kemudahan-kemudahan. Jadi ketika Saya harus meninggalkan hotel ini Saya tidak perlu khawatir untuk meninggalkan barang-barang.
Diakhir wawancara peneliti dengan narasumber, peneliti mengajukan pertanyaan atas harapan dari Bapak JS terhadap Grand Sahid Jaya untuk kedepannya, dan berikut adalah kutipan wawancaranya: ”Harapan Saya adalah bagaimana Sahid dijadikan sebuah brand sebenarnya, jadi bukan dalam arti misalnya lebih menambahkan kata “Grand” Sahid, tapi Sahid harus juga menjadi brand bagi hotel, karena sayang sekali hotel ini memiliki history atau sejarah dalam arti memberikan kontribusi pembagunan perhotelan dulu, tetapi kemudian nama ini hilang karena kurang terurus manajemennya sangat disayangkan sekali. Seharusnya nama Sahid bisa menjadi brand baru buat hotel.” Menurut Bapak JS juga memberikan saran terhadap hotel, beliau mengatakan nama dari Sahid sendiri sudah di kenal banyak orang dan itu diharapkan lebih mempermudah branding. Serta diharapkan hotel Grand Sahid memperhatikan kesejahteraan para pekerja.
4.1.2.2 Wawancara dengan Wartawan Surat Kabar Sindo Wanwancara dengan wartawan Sindo yang menjelaskan mengenai keuntungan dari kerjasama anatara PR dengan media. akan dijelaskan secara deskriptif. Surat kabar Sindo merupakan salah satu media yang bekerjasama dengan Grand Sahid Jaya.
90
Menurut Ibu R yang sudah empat tahun bekerja di Sindo mengatakan bahwa kerjasama dengan Grand Sahid telah berjalan selama enam bulan. Untuk informasi re-branding nama hotel diketahui oleh Ibu R melalui PR Grand Sahid. Ibu R mengatakan”karena di Sindo pakai sistem kategori, sehingga database yang terdapat di kantor didapat oleh PRM Grand Sahid sendiri.” Bentuk kerjasama yang dilakukan dengan semi barter atau full barter. Hubungan yang terjalin menurutnya sudah seperti teman sendiri yang bisa saling membantu sama lain. Dari hubungan baik yang telah terjalin maka Sindo membantu peliputan acaraacara yang dilakukan oleh Grand sahid Jaya ataupun publikasi lainnya yang ingin dalam bentuk pemasangan iklan seperti acara holiday package( untuk lebih lengkap dijabarkan dilampiran). Sistem first come first serve dijalankan oleh Sindo untuk pemasangan iklan di halaman pemberitaannya.
4.1.2.3 Wawancara dengan Wartawan Majalah Travel Club Metode kualitatif yang digunakan peneliti dalam memperoleh data penelitian salah satunya dengan wawancara terhadap narasumber wartawan majalah Travel Club yang dijabarkan dengan narasi. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh pendapat dan sudut pandang terhadap media relations mendukung re-branding nama hotel di tengah masyarakat dan data narasumber selain dari Koran SINDO. Majalah TC merupakan salah satu dari berbagai media cetak yang bekerjasama dengan Hotel Grand Sahid Jaya. Bapak Hadi merupakan wartawan majalah TC yang sudah 1 (satu) tahun bekerja sama, terhitung sejak Bapak Hadi aktif bekerja di majalah Travel Club. Sama seperti
91
Koran Sindo bentuk kerjasama yang ditawarkan oleh Hotel Grand Sahid Jaya adalah full barter atau semi barter, dimana barter yang dilakukan seperti barter iklan dari majalah TC dan barter voucher kamar yang diberikan oleh Hotel Grand Sahid Jaya. Informasi mengenai re-branding nama hotel diketahui oleh Bapak Hadi melalui PR Grand Sahid Jaya. Menurut Bapak Hadi hubungan kerjasama yang telah terjalin selama ini sangat baik, karena sebelum PRM dipegang oleh Bapak DA hubungan antara Hotel Grand Sahid Jaya dengan majalah TC sudah baik. Alasan dari majalah TC sendiri melakukan kerjasama karena pertimbangan lokasi hotel yang strategis, letak dari Hotel Grand Sahid yang berada di daerah Sudirman tepat berada di jantung kota Jakarta, beliau juga mengatakan lokasi merupakan faktor penting penulisan release di sebuah majalah. Selama ini peran yang dilakukan oleh TC untuk membantu re-branding nama hotel ialah melalui release yang dikirimkan oleh PRM. Biasanya majalah TC membantu dalam penulisan sisi baik dari hotel, maka dari itu peran dari media relations menurut Bapak Hadi sangatlah penting dengan jaringan luas yang dimiliki oleh rekan media bisa berpengaruh besar pada pencitraan suatu perusahaan, apabila PR dari perusahaan atau organisasi tidak menjaga sikap baik kepada wartawan.
4.1.2.4 Wawancara dengan Masyarakat Masyarakat adalah narasumber yang dipilih oleh peneliti sebagai sasaran informasi dari hotel. Dua narasumber yang dipilih oleh peneliti dipilh berdasarkan gender dan umur untuk mengakaji lebih lanjut adakah faktor tersebut mempengaruhi awareness masyarakat terhadap re-branding nama hotel . Menurut saudara IC sebagai mahasiswa sekaligus pekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta mengatakan
92
bahwa informasi Grand Sahid Jaya diketahuinya melalui temannya. Berbeda dengan saudari HS yang mengatakan informasi re-branding nama hotel Sahid diketahui melalui acara di TV sewaktu pernikahan KD dengan Raul yang diselenggarakan di Masjid Nurul Grand Sahid Jaya dan tidak mengetahui melalui Koran maupun majalah. Seperti yang dikatakan dalam wawancara dengan saudari HS mengatakan tanggapannya atas Grand Sahid Jaya adalah “cukup bagus”, sama dengan tanggapan dari Saudari IC yang mengatakan “sudah bagus melakukan re-branding namun jangan lupa untuk meningkatkan kualitas fasilitas”.
4.2
Analisa Pengolahan Data
4.2.1
Proses Re-branding Nama Hotel Grand Sahid Jaya Grand Sahid Jaya merupakan salah satu hotel yang melakukan re-branding nama.
Pemilik atau owner hotel menggangap perlu untuk melakukan re-branding karena banyaknya muncul hotel-hotel baru yang menawarkan fasilitas mereka yang terbaik pemikiran ini juga diutarakan oleh Residence Manager Ibu LA. Latar belakang dari rebranding nama hotel dilatabelakangi oleh berbagai faktor, sesuai dengan wawancara dengan PRM yang mengatakan bahwa Sahid Jaya juga melakukan renovasi yang dilakukan selama dua tahun dimulai pada tahun 2007. PRM juga mengatakan bahwa pada saat melakukan renovasi tidak ditutup total, dimulai bagian per bagian sehingga operasionalnya masih dapat berjalan. Renovasi dilakukan hampir di semua bagian hotel. renovasi, pembangunan, modernisasi, dan perubahan tersebut tidak saja berupa sarana fisik saja, tetapi juga di bidang sumber daya manusia dan piranti lunaknya. Renovasi yang dilakukan oleh sahid
93
Jaya dimulai dari bagian depan hotel, yang dimulai dari lobi hotel dengan nuansa lobby foyer yang lebih elegan disertai dengan corak batik sidomulyo sebagai identitas dari hotel Sahid yang ingin mempertahankan identitas hotel sebagai hotel lokal, sesuai dengan visi dari hotel tersebut yang tetap mempertahankan nilai budaya. Bidang lain yang di renovasi adalah lobi utama yang terkesan ambience yang terlihat luas dan mewah menyusul ditinggikannya ceiling lobby dengan tiga chandelier dengan dome berisikan hastabrata. Selanjutnya renovasi dilanjutkan di beberapa outlet-outlet yang ada sekitar lobi, yaitu dibangun restoran andrawina degan sentuhan art deco modern yang akan menyajikan menu internasional (media release 2009). PRM Bapak DA mengatakan bahwa renovasi yang dilakukan, sekaligus menjadi momentum hotel untuk memperkenalkan nama dari Sahid Jaya menjadi Grand Sahid Jaya.
Menurut
PRM
penambahan
“Grand”
pada
nama
Sahid
Jaya
harus
dipertanggungjawabkan oleh karena itu renovasi ditujukan untuk membuat tampilan hotel menjadi semakin mewah sehingga pantas untuk menyadang kata “Grand”. Setelah renovasi selesai dilakukan maka tepat pada ulang tahun ke-37 pada tanggal 23 Maret 2009 Grand Ssahid Jaya melakukan launching nama menjadi Grand Sahid Jaya.
4.2.2
Strategi Public Relations melalui Media Relations Public relations hotel Grand Sahid mempunyai peran untuk menyampaikan
komunikasi perusahaan kepada masyarakat. Strategi PR dilakukan untuk mendukung rebranding nama hotel Grand Sahid Jaya kepada masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh divisi PR Grand Sahid Jaya dalam wawancara dengan Bapak DA yang mengatakan bahwa salah satu tugas utama PR yaitu menjalin hubungan dengan media. Untuk
94
menyampaikan informasi re-branding nama hotel divisi PR perlu untuk melakukan program–program konkrit yaitu melalui publikasi foto-foto baik outlet-outlet yang ada di Sahid ataupun acara-acara eksternal lainnya. Namun sebelum memilih media pa yang dipakai, PR harus menganalisis terlebih dahulu siapa target market yang dituju. Menurut Ibu LA selaku RM target market dari Grand Sahid adalah mencakup semua market. Hal itu dibenarkan juga oleh PRM Bapak DA yang mengatakan bahwa target market dari dari Grand Sahid Jaya saat ini dari semua kalangan, untuk itu pemilihan media juga berperan banyak dalam penyampaian informasi ujar Bapak DA. Pemilihan media perlu diperhatikan untuk menyesuaikan acara dengan hari-hari nasional, misalnya saat ini mendekati libur anak sekolah, pemilihan mulai dari desain flyer yang ingin dipasang di media harus sesuai. Jadi desain yang dibuat dapat seperti holiday package. Setelah flyer yang telah di desain telah siap, maka proses selanjutnya ialah dengan mempublikasikan promotion tools yang telah dibuat oleh PR. Mengacu pada jawaban dari PRM yang mengatakan bahwa kerjasama dengan media perlu dilakukan, kerjasama yang ditawarkan oleh pihak hotel biasanya dengan sistem full barter atau semi barter. Pernyataan tersebut dibenarkan juga oleh Ibu R dari Sindo dan Bapak Hadi dari majalah TC. Startegi yang dilakukan oleh PR untuk menjaga hubungan yang baik dengan media, yaitu menganggap media tidak hanya sebagi rekan kerja, tetapi menurut Bapak DA lebih lanjut harus merangkul media seperti teman dan pernyataan tersebut dibenarkan oleh Ibu R dan Bapak Hadi yang berkata hubungan dengan Hotel Grand Sahid Jaya sangat baik, lebih dari sekedar hubungan klien tapi juga seperti teman dan dari hubungan tersebut cukup membantu PR dalam publikasi, seperti contoh kasus yang diberikan oleh PRM, dimana pada waktu ingin melakukan kerjasama dengan media, ternyata sistem dari
95
media tersebut tidak dapat melakukan sistem full barter. Tapi karena media deadline dari perusahaanya membuat media tersebut harus mendapatkan informasi untuk diliput. Manfaat dari hubungan baik dengan media akhirnya membantu PR hotel mendapat space iklan di halaman Koran tersebut.
4.3
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan data hasil wawancara dengan berbagai narasumber dan hasil
observasi yang diperoleh selama penelitian, maka peneliti mencoba untuk mengaitkan antara teori yang digunakan menurut Laswell mengenai aliran komunikasi dengan hasil observasi dan wawancara guna meneliti hasil dari tujuan diadakannya penelitian ini. Praktisi PR merupakan jembatan komunikasi antara perusahaan dengan publik. Sebagai pilar perusahaan, maka seorang PR harus bisa membawa diri dengan baik mulai dari penampilan, kemampuan berkomunikasi, hingga pengetahuan atas informasi semua hal itu berguna untuk membuat PR mengetahui dimana dia seharusnya berdiri. Dengan salah satu fungsi PR membentuk citra dimata masyarakat membuat peran PR menjadi penting dalam membantu hotel menyampaikan pesan mengenai visi dan misi hotel agar menjadi lebih tersistematis dan terstruktur. Komunikasi yang ingin disampaikan oleh PR Grand Sahid Jaya harus dilakukan dalam beberapa startegi untuk mecapai tujuan perusahaan. Startegi pertama yang harus dilakukan adalah menganalisa situasi yang terjadi di hotel. Dari hasil analisis di lapangan ternyata diketahui faktor yang melatar belakangi re-branding nama hotel yaitu karena selama 37 tahun hotel ini berdiri belum pernah melakukan renovasi diikuti rebranding nama. Setelah mengetahui pesan yang ingin disampaikan, selanjtutnya PR
96
Grand Sahid harus menentukan publik atau target market untuk dapat mengetahui media apa yang tepat sehingga target menjadi tepat sasaran. Langkah selanjutnya adalah penentuan strategi. Penentuan strategi dilakukan karena langkah lanjutan pihak hotel untuk memaksimalkan informasi agar sampai tepat sasaran. Dari hasil wawancara dengan RM dan PRM keduanya setuju bahwasannya startegi perlu dilakukan dengan menjalin hubungan yang baik dengan media dalam konteks penelitian ini lebih difokuskan pada print media. Media merupakan alat bantu PR untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat, melalui media publikasi atas acara-acara yang telah dilakukan oleh pihak hotel dibuktikan juga melalui observasi di lapangan seperti acara fun bike and fun walk dan long stay guest melalui flyer, banner, avdvertorial, press release (dapat dilihat di lampiran) berita kemudian diteruskan kepada publik dalam bentuk iklan. Setelah perumusan strategi telah disusun secara sistematis, hal tersebut perlu diimplementasikan secara nyata. Seperti hasil wawancara PRM dan RM yang telah melakukan progam-program konkrit mereka guna mendukung re-branding nama agar dikenal di masyarakat dengan melakukan berbagai acara-acara eksternal, penukaran kartu nama dengan publik luar, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai narasumber tamu hotel, masyarakat, dan media mengenai informasi re-branding nama hotel Grand Sahid Jaya dapat dikatakan bahwa kekuatan PR dalam membantu hotel dalam publikasi melalui media cetak tidak berpengaruh banyak. Karena banyak dari masyarakat kurang menyukai membaca majalah atau surat kabar, sehingga informasi yang hendak disampaikan oleh
97
PR tidak sampai tepat sasaran. Kebanyakan dari masyarakat juga masih mengetahui Sahid Jaya dan bukan Grand Sahid Jaya. Dari hasil di atas dapat dibenarkan oleh wawancara dengan narasumber PRM yang mengatakan proses re-branding membutuhkan jangka waktu yang panjang dan tidak cukup hanya dalam waktu tiga atau lima tahun. PR telah merujuk pada job description atau SOP yang berlaku, namun faktanya PR tidak berpengaruh dalam awareness masyarakat terhadap nama Grand Sahid hal itu juga tidak lepas dari hambatan atau tantangan yang dihadapi. Hambatan dalam penyampaian informasi seperti yang dipaparkan PRM lebih mengacu pada internal. Kendala miss understanding dapat membuat pekerjaan PR tidak berjalan maksimal, misalnya dalam publikasi gambar yang diambil melalui foto-foto. Sebagus apapun desain serta editan yang dilakukan oleh desain grafis namun bila kenyataanya ruangan kamar atau meeting room tidak sebagus dengan foto, tentu akan menimbulkan kekecewaan pada masyarakat atau calon tamu hotel. Hambatan lainnya dalam penyampaian informasi kepada masyarakat perihal rebranding nama ialah positioning nama hotel Sahid yang telah lama melekat di benak masyarkat. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh RM beliau mengutarakan hambatan nama Sahid Jaya itu sendiri yang telah melekat selama 37 tahun, menjadikan persepsi masyarakat akan hotel masih sama seperti dahulu. Dalam wawancara dengan Bapak JS, beliau juga menyetujui bahwa nama hotel Sahid Jaya yang telah lama melekat menjadi faktor sulitnya awareness nama di masyarakat. Sehingga pada kenyataannya rebranding nama dengan hanya penambahan kata “Grand” tidak berpengaruh banyak.
98
Tamu hotel dan masyarakat berharap Grand Sahid Jaya tetap menjadi sebuah brand yang selalu konsisten menjaga visi dan misi awal mereka dan tetap memperhatikan fasilitas-fasiltas untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik. Harapan dan saran bagi Grand Sahid Jaya yang disampaikan oleh Ibu R adalah agar sistem kerjasama tidak hanya dilakukan dengan full barter atau semi barter saja namun juga dengan pembayaran secara cash, untuk re-branding yang dilakukan oleh Grand Sahid Jaya sudah baik namun perlu melakukan perluasan renovasi yang lebih besar lagi. PRM dan RM juga berharap kedepannya dapat melayani tamu hotel dan juga masyarakat dengan selalu memenuhi keinginan konsumen. Sehingga lebih banyak lagi masyarakat yang bukan hanya mengetahui Grand Sahid Jaya, tetapi juga bergabung dan memilih untuk menginap. Pada akhirnya occupancy dari hotel naik, dan dapat menaikkan penerimaan gaji karyawan melalui servis yang besar.