BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra banyak terlahir karya yang menarik untuk dipelajari bahkan hingga dikaji. Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa (Wellek dan Warren, 1989:109). Karya sastra terlahir melalui penciptanya sendiri yaitu pengarang. Karya sastra merupakan ciptaan murni seorang sastrawan. Sastrawan adalah spesialis dalam membuat asosiasi, disosiasi, dan mengkombinasikan kembali (Wellek dan Warren, 1989:101). Karya tersebut adalah hasil dari imajinasi dan pemikiran yang berkembang kemudian dituangkan dalam sebuah cerita. Karya sastra diciptakan oleh seorang sastrawan untuk dinikmati pembacanya. Dengan daya imajinasi yang tinggi maka terciptalah karya sastra yang bernilai. Keindahan atau estetika dari sebuah karya sastra dapat dilihat dari segi penggunaan bahasanya. Bahan sastra adalah bahasa yang sudah berarti (Pradopo, 1995:121). Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota
suatu
masyarakat
untuk
bekerjasama,
berinteraksi,
dan
mengidentifikasi dirinya (KBBI, 2005:67). Bahasa berfungsi sebagai penyalur imajinasi antara sastrawan dengan karya sastra. Kebanyakan bahasa yang digunakan pada sebuah karya sastra bersifat ambigu atau multitafsir untuk menghasilkan nilai estetik tinggi. Dengan demikian, bahasa sastra tidak hanya bersifat merujuk suatu hal, atau hanya berhubungan dengan suatu hal yang ditunjuk, atau bahasa yang denotatif (Pradopo, 1994:36). Bahasa sastra
mempunyai fungsi ekspresif, menunjukkan nada (tone) dan sikap pembicara atau penulisnya. Bahasa sastra berusaha mempengaruhi, membujuk, dan pada akhirnya mengubah sikap pembaca (Wellek dan Warren, 1989:15). Maka pemaknaan bahasa pada sebuah karya sastra itu perlu dengan membaca berulang-ulang kemudian memahaminya. Karya sastra muncul dalam beberapa bentuk, yaitu cerita pendek, puisi, cerita bersambung, dan lain sebagainya, yang salah satunya adalah novel. Novel merupakan karya sastra yang sering juga disebut fiksi. Istilah novel berasal dari kata novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti ‘baru’ (Tarigan, 1984:164). Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya (KBBI, 2005:338). Cerita yang terjadi pada sebuah novel biasanya berkelanjutan dari bab satu menuju bab berikutnya sampai akhirnya menuju klimaks dan penyelesaian. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lainlain yang kesemuanya, tentu saja, juga bersifat imajiner (Nurgiyantoro, 1995:4). Di dalam sebuah novel, penyajian permasalahan atau konflik yang muncul lebih rinci, detail, dan kompleks. Jika dibandingkan dengan cerpen, maka novel memiliki alur dan cerita yang lebih panjang. Dari segi jumlah kata, maka biasanya suatu novel mengandung kata-kata yang berkisar antara 35.000 buah sampai tak terbatas jumlahnya (Tarigan, 1984:165). Kemunculan
tokoh pada novel juga relatif lebih banyak dibandingkan karya sastra jenis lain. Hal ini disebabkan para tokoh biasanya diceritakan secara detail dan percakapan pun lebih sering terjadi dibandingkan karya sastra lain. Novel lebih mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan psikologi yang lebih mendalam (Nurgiyantoro, 1995:15). Telah dijelaskan di atas bahwa novel merupakan salah satu karya sastra. Karya sastra tersebut tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Sastra Jawa merupakan salah satu bentuk karya sastra yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat tersebut . Pada masyarakat Jawa khususnya, sastra Jawa merupakan salah satu sarana untuk mencerdaskan bangsa. Maksudnya, sastra tersebut digunakan sebagai bacaan bagi masyarakat (Indriani, 1990:2). Sastra Jawa tertulis seperti yang ada di dalam masyarakat sekarang ini dapat dibagi menjadi dua bagian : yaitu sastra tradisional yang terikat oleh patokan-patokan yang ditaati turuntemurun dari generasi ke generasi, dan sastra modern yang merupakan hasil dari rangsangan kreatif dalam masyarakat modern (Ras, 1985:3). Perjalanan sastra Jawa modern sejak lahir pada akhir abad ke 19 hingga sekarang sudah cukup panjang yaitu meliputi sekitar sepuluh dekade (Widati, 2001:1). Proses peralihan dari sastra tradisional menuju tradisi sastra modern disebut dengan masa peralihan atau transisi. Dalam pengertian sastra Jawa, istilah modern mengacu kepada pengertian munculnya kesadaran pengarang untuk menulis karya yang benar-benar baru, dalam bentuk tulis, dan yang mengacu kepada konvensi sastra Barat (Widati, 2001:5). Maka muncullah novel sebagai salah satu sastra Jawa yang dihasilkan dari pengaruh Barat.
Novel merupakan salah satu bagian dari sastra Jawa modern. Akan tetapi, novel dan cerita pendek (cerpen) yang merupakan genre dari hasil pengaruh Barat baru saja masuk ke dalam sastra Jawa. Genre sastra Barat, seperti novel, cerita pendek, esai, atau sajak bebas yang memang dimaksudkan sebagai bacaan pribadi demi manfaat atau kesukaan pribadi, belum lama benar merupakan bagian dari sastra Jawa (Ras, 1985:8). Kenyataannya, genre ini baru dapat timbul ketika sebuah badan penerbit yang dimiliki pemerintah, yaitu Balai Pustaka, telah memberikan rangsangan terhadap penulisan cerita yang dapat dipakai sebagai “bahan bacaan yang bermanfaat bagi rakyat”, serta mengantarkan buku-buku yang dicetaknya itu kepada publik pembaca, yaitu dengan menaruhnya di perpustakaan-perpustakaan sekolah (Ras, 1985:10). Sejak saat itu mulailah bermunculan para penulis novel Jawa. Dapat dikatakan bahwa Balai Pustaka memiliki peran penting dalam perkembangan cerita prosa modern. Novel kesusastraan Jawa yang pertama adalah Serat Riyanto karangan R.B. Sulardi yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1920 (Hutomo, 1975:55). Kemudian beberapa penulis novel Jawa menyusul keberhasilan R.M. Sulardi, sebagai contoh adalah Any Asmara. Ketika sastra Jawa kekurangan pengarang novel (1950-1960), Any Asmara justru melejit dengan berpuluh-puluh novel tentang remaja dan cinta asmara, sehingga ia merajai dunia bacaan sastra Jawa waktu itu (Brata, 1981:57). Selain Any Asmara, nama Suparto Brata muncul sebagai penulis novel yang terbilang produktif pada zaman itu bahkan hingga saat ini.
Suparto Brata memulai kariernya sebagai seorang wartawan yang menulis untuk surat kabar dan majalah yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Pada tahun 1958, ia memperoleh hadiah untuk novel terbaik dari Panyebar Semangat dengan bukunya Lara Lapane Kaum Republik Indonesia, sebuah novel yang indah sekali yang mengupas psikologi sekelompok manusia yang terlibat dalam satu peristiwa dalam perjuangan kemerdekaan. Caranya mengolah bahasa, dialog-dialog dan gaya penuturannya yang hidup, imajinasi, dan kemampuannya membangun plot yang bagus membuatnya menjadi penulis novel Jawa terbaik pada zaman itu. Ia juga sangat produktif (Ras, 1985:25). Majalah mingguan Panyebar Semangat merupakan saluran penting untuk penerbitan karya sastra sebelum Perang. Majalah ini terbit pertama kali pada tanggal 2 September 1933. Selain Panyebar Semangat, sarana lain yang dahulu digunakan oleh para sastrawan sebagai penyalur bakatnya adalah majalah Jayabaya. Majalah ini pertama kali terbit di Kediri tanggal 1 Desember 1945 kemudian pindah ke Surabaya. Kedua majalah ini dapat digunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan dan perkembangan kesusastraan Jawa modern (Hutomo, 1990:7). Akan tetapi penerbitan karya-karya sastra tersebut tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah diterbitkan melalui kedua majalah Panyebar Semangat dan Jayabaya, karya-karya tersebut dikumpulkan dan diterbitkan lagi oleh Balai Pustaka (Hutomo, 1990:8). Demikian pula dengan karya sastra karangan Suparto Brata.
Suparto Brata menulis novel dengan berbagai tema. Tema novel-novel Suparto Brata dapat digolongkan menjadi tiga golongan. Golongan pertama adalah novel-novel bertendens cinta, contohnya: Katresnan Kang Angker, Asmarani, Sanja Sangu Terbela, dll. Golongan kedua adalah novel-novel yang bertemakan perjuangan, misal: Lara Lapane Kaum Republik, Kadurakan Ing Kidul Dringu, Kaduk Wani, Kena Pulut, Nopember Abang, Dom Sumuruping Banyu, dll. Golongan ketiga adalah novel-novel yang bertemakan perjuangan atas kebenaran dan keadilan. Tema ini dijalin oleh pengarang dalam bentuk cerita detektif, misal: Tanpa Tlacak, Tretes Tintrim, Emprit Abuntut Bedug, Jaring Kala Mangga, Garuda Putih, dll (Hutomo, 1975:63-64). Jemini sebuah judul novel karya Suparto Brata yang terbit tahun 2012 akan menjadi objek penelitian ini. Novel dipilih sebagai bahan kajian bukan tanpa alasan. Alasan pertama, novel Jemini sebagai objek penelitian memiliki unsur pembentuk cerita yang lengkap. Kedua, karena susunan unsur pembentuk cerita saling berhubungan dan menentukan sehingga karya sastra ini menarik untuk dikaji. Dalam novel Jemini ini diceritakan orang-orang zaman dahulu ketika menjadi anggota serdadu KNIL (Koninklijke Nederlands Indiёsche Leger) atau tentara kolonial Belanda yang hingga kini biasa disebut tentara kompeni. Anggota prajurit kompeni tersebut adalah orang-orang Jawa yang hidup di desa dan tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Mereka nantinya akan tinggal di tangsi. Tangsi adalah asrama tentara atau polisi dan bisa juga berarti penjara (KBBI, 2005:528). Jemini adalah salah satu anak yang lahir dan
dibesarkan di tangsi tersebut. Meskipun pada masa kecil Jemini dikenal nakal dan suka membangkang, namun setelah dewasa semua berubah. Ia tumbuh menjadi perempuan cantik yang sangat disegani masyarakat. Akan tetapi, mulai saat itu Jemini mengalami banyak konflik. Konflik dan penderitaan tersebut datang silih berganti. Dengan hati yang sabar dan tabah Jemini menjalani kisah hidup yang rumit tersebut karena hanya satu yang diimpikan Jemini, ia ingin mendapatkan kebahagiaan dan cinta abadi. Meskipun seorang perempuan hanya akan dipilih, bukan memilih, ia ingin mendapatkan seorang lelaki yang benar-benar mencintainya. Cerita yang disajikan pada novel ini dikemas dengan menarik. Tema yang diangkat dalam novel Jemini ini juga sudah umum digunakan, yaitu tentang kawin paksa. Para penulis tetap menggunakan tema yang telah lazim: perselisihan antara generasi tua dan generasi muda, baik karena pandangan yang berbeda mengenai pemilihan teman hidup maupun karier pilihan anaknya; selanjutnya akibat-akibat menyedihkan dari kawin paksa, beristri dua, sifat manja karena salah asuhan, atau kesukaan berjudi; penderitaan yang disebabkan oleh terjadinya musibah, retaknya keluarga, atau karena dibesarkan sebagai anak yatim piatu; pengalaman selama hidup terasing dari tempat kelahiran, baik karena disengaja maupun terpaksa, dan, akhirnya tentang kejahatan dan pembongkarannya (Ras, 1985:16). Meskipun bahasa yang digunakan sedikit rumit, namun alur cerita novel Jemini mudah diikuti dan dipahami. Cerita novel Jemini ini menggambarkan sikap bangsa Jawa pada
zaman
penjajahan
Belanda.
Orang-orang
Jawa
yang
kurang
berpendidikan, miskin harta, dan dijadikan prajurit bayaran kemudian hidupnya dimanfaatkan oleh pemerintah Belanda. Nasib yang mujur atau tidak tergantung dari perjuangan hidup masing-masing. Tidak seharusnya bergantung dengan keadaan masyarakat lainnya dan pemerintah penjajah Belanda. Cerita tersebut dapat dijadikan pelajaran bagi kehidupan di zaman sekarang. Di dalam novel Jemini ini banyak permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh tokoh utama, yaitu Jemini. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan ditekankan pada penguraian struktur cerita serta amanat yang terkandung dalam novel sehingga dapat bermanfaat bagi pembacanya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah fakta-fakta cerita dan sarana-sarana sastra di dalam novel Jemini karya Suparto Brata? 2. Apa saja amanat yang muncul di dalam novel Jemini karya Suparto Brata?
1.3 Tujuan Penelitian Setiap penelitian memiliki sebuah tujuan. Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, antara lain :
1. Tujuan Praktis Penelitian ini bertujuan mempermudah pembaca dalam memahami isi cerita dengan menggunakan analisis struktur sehingga memperjelas keseluruhan ceritanya. 2. Tujuan Teoritis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
melengkapi
penelitian-penelitian
sebelumnya dan bermanfaat bagi perkembangan kesusastraan Jawa modern, khususnya novel dengan meneliti dan menganalisis unsurunsurnya. 3. Mengungkapkan amanat pesan yang terkandung di dalam novel tersebut.
1.4 Tinjauan Pustaka Jemini merupakan salah satu judul novel karya Suparto Brata yang terbit di tahun 2012. Hal ini menunjukkan kemungkinan apabila belum pernah ditemukan penelitian dengan objek yang sama. Begitu pula pada lingkup Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada belum ditemukan penelitian mengenai novel Jemini. Akan tetapi untuk penggunaan teori Struktural sudah cukup sering dilakukan pada penelitian-penelitian terdahulu. Banyak jenis karya sastra yang dapat dijadikan sebagai objek penelitian dan dikaji dengan menggunakan berbagai teori. Novel merupakan contoh jenis karya sastra tersebut. Namun selain novel, cerita bersambung juga dapat menjadi objek kajian dengan menggunakan teori Struktural. Penelitian berjudul “Analisis Struktur dan Amanat Cerita Bersambung ‘Warisan’ karya
MG. Widhy Pratiwi” tahun 2001 karya Ardi Radiyanto dari jurusan Sastra Nusantara merupakan salah satu contohnya. Penyajian dan pembahasan dalam skripsi ini lengkap dan jelas. Tema dalam cerbung Warisan ini adalah kebimbangan hati seseorang dalam melaksanakan pesan terakhir orangtuanya. Tokoh utama pada novel yaitu Darji dan Nurmi. Penentuan tokoh utama pada novel berdasarkan pada peran tokoh tersebut dan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita. Amanat yang terkandung adalah berhati-hatilah dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan takhayul. Skripsi karya Idham dari Jurusan Sastra Indonesia tahun 2002 yang mengangkat judul “Fakta Cerita dan Sarana Sastra Novel Saman Karya Ayu Utami” membahas tentang fakta cerita dan sarana sastra yang terdapat dalam novel tersebut. Sarana sastra tersebut antara lain: plot, tokoh, latar, pusat pengisahan, gaya bahasa dan nada, simbolisme, serta ironi yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Plot yang terjadi pada novel tidak beraturan, namun meski demikian kaitan hubungannya logis. Klimaks dari cerita novel Saman adalah peristiwa penyerangan rig oleh masyarakat Talangatas, peristiwa pembakaran rumah warga Lubukrantau oleh PTALM, dan peristiwa demonstrasi buruh di Medan. Sarana sastra yang dijelaskan cukup menditel dan jelas karena disajikan bab per bab. Penelitian yang berupa skripsi dari Jurusan Sastra Nusantara dengan judul “Analisis Tema dan Fakta Cerita Novel Hera Heru Karya Agus Suprihono” tahun 2004 karya Feby Ardini Dian P.R membahas mengenai isi keseluruhan
novel dari segi struktur. Judul Hera Heru mencerminkan cerita di dalam novel,
yaitu
percintaan
Srimarni
dan
Sasongko,
dimana
Srimarni
dilambangkan dengan kata Hera (nama seorang gadis) dan Sasongko dilambangkan dengan kata Heru (nama seorang pria). Amanat yang terkandung di dalam cerita ada dua, yaitu jangan terlalu percaya dengan suatu hal apabila belum tahu kebenarannya dan janganlah suka melarang orang lain jatuh cinta. Penelitian yang masih sama mengangkat tema mengenai fakta cerita juga dilakukan oleh Sulardjo Wibowo dengan judul “Analisis Tema dan Fakta Cerita Cerpen Perkutut Akalung Barleyan Karya Hardjana HP” tahun 2007. Dalam skripsi ini dijelaskan tentang amanat yang terkandung pada cerita, yaitu tidak selamanya mitos itu benar. Pada cerita dijelaskan bahwa perkutut itu bukanlah pembawa berkah, namun justru pembawa bencana. Cerita Perkutut Akalung Barleyan adalah sebuah karya sastra yang bersifat fiksi dan memuat nilai-nilai budaya di dalamnya. Penelitian yang masih menggunakan Teori Struktural juga dilakukan oleh Apri Rohayatun dari Jurusan Sastra Nusantara tahun 2012 dengan judul “Analisis Struktural Novel Sinta Karya Sunarno Sisworahardjo”. Skripsi ini membahas tentang keseluruhan unsur intrinsik novel Sinta. Pembahasan mengenai novel Sinta yang menjadi objek kajian disajikan secara jelas dengan menggunakan teori Struktural. Amanat yang terkandung juga dipaparkan di dalam skripsi ini. Sinopsis cerita dan ulasan tentang pengarang novel Sinta dibahas tersendiri pada bab II.
Meskipun nantinya penelitian ini akan sama, yaitu meninjau dari segi Struktural sebuah novel, namun jika dilihat dari objeknya menunjukkan keaslian. Maksudnya, novel yang digunakan sebagai objek penelitian ini belum pernah digunakan pada penelitian terdahulu. Dengan demikian, tujuan dibuatnya sebuah tinjauan pustaka telah tercapai, yaitu menunjukkan keaslian dari sebuah penelitian. 1.5 Landasan Teori Pengkajian sebuah karya sastra tidak mungkin dapat dilakukan tanpa adanya sebuah teori. Teori digunakan untuk menganalisis/mengkaji sebuah objek penelitian. Teori yang akan digunakan untuk menganalisis/mengkaji novel Jemini karya Suparto Brata adalah teori Struktural. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra merupakan rangkaian cerita yang di dalamnya terdapat banyak unsur pembangun. Unsur tersebut terbagi menjadi unsur intrinsik dan ekstrinsik yang kemudian membentuk sebuah struktur cerita. Makna dari istilah struktur adalah kaitan-kaitan tetap antara kelompokkelompok gejala. Kaitan-kaitan tersebut diadakan oleh seorang peneliti berdasarkan observasinya (Luxemburg, 1984:36). Analisis struktural karya sastra yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1995:37). Penelitian ini menggunakan teori dan analisis Struktural guna menampilkan seluruh unsur cerita dan pokok pikiran di dalam sebuah novel. Teori ini menunjukkan adanya hubungan anatar unsur yang membangun
sebuah cerita. Dengan demikian, pada dasarnya analisis Struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan (Nurgiyantoro, 1995:37). Secara prinsipnya analisis Struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semenditel, dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135). Penelitian ini menggunakan teori fiksi dan analisis Struktural. Pengertian struktur pada pokoknya berarti bahwa sebuah karya atau peristiwa di dalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan karena ada relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan antara bagian dan keseluruhan (Luxemburg, 1984:38). Karya sastra terdiri dari unsur-unsur pembentuk cerita yang meliputi faktafakta cerita dan sarana-sarana sastra. Fakta-fakta cerita antara lain: karakter, alur, latar, dan tema. Sedangkan sarana-sarana sastra meliputi judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi. Untuk memahami dan menikmatinya harus dilakukan analisis terhadap bagian-bagian tersebut (Stanton, 2007:13).
1.6 Metode Penelitian Metode penelitian adalah langkah-langkah atau proses yang dilakukan pada sebuah penelitian sebelum akhirnya disajikan dalam bentuk laporan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Setiap analisis yang dilakukan kemudian dijelaskan secara mendetail serta penyajian penelitian ini adalah dalam
bentuk deskripsi. Dalam proses penulisan penelitian ini ada tiga tahap yang dilakukan, yaitu :
Pengumpulan data Pada proses ini termasuk dalam proses studi pustaka. Langkah ini dilakukan dengan cara mencari buku-buku novel Jawa baru yang sekiranya belum pernah menjadi objek penelitian. Namun jika ternyata sudah pernah dijadikan objek penelitian, maka hal yang dilakukan adalah mencari model teori lain sebagai alat untuk menganalisis.
Analisis data Proses analisis yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh unsur pada objek penelitian, yaitu novel Jemini. Unsur tersebut meliputi fakta-fakta cerita dan sarana-sarana sastra. Setelah itu dilakukan analisis amanat yang muncul pada novel tersebut.
Penyajian data Penyajian data merupakan langkah terakhir yang dilakukan. Proses ini dilakukan dengan menyajikan data dalam bentuk deskripsi. Penyajian data dalam bentuk deskripsi dilakukan dengan cara menjawab seluruh rumusan masalah yang muncul kemudian disusul dengan pembuatan laporan penelitian.
Berdasarkan tiga tahap di atas, maka langkah-langkah penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Menentukan objek penelitian, yaitu karya sastra berupa novel. 2. Mengumpulkan data-data primer yaitu novel Jemini yang dibaca secara berulang-ulang. Serta mengumpulkan data sekunder, yaitu buku-buku pendukung data primer. 3. Merumuskan masalah yang muncul. 4. Menentukan objek formal penelitian serta teori yang akan digunakan, yaitu teori Struktural. 5. Menganalisis data, yaitu novel Jemini karya Suparto Brata. 6. Menyusun laporan hasil penelitian. 7. Menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
1.7 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian adalah kerangka penyajian penelitian. Urut-urutan penyajian laporan penelitian adalah sebagai berikut : Pada Bab I yang merupakan Pendahuluan berisi tujuh sub bab, yaitu: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Penyajian. Pada Bab II berisi sinopsis cerita novel Jemini. Pada Bab III berisi analisis dengan menggunakan teori Struktural pada novel Jemini, yaitu tema dan fakta-fakta cerita yang meliputi: karakter, alur, dan latar.
Pada Bab IV berisi sarana-sarana sastra dan amanat yang terkandung di dalam novel Jemini. Sarana-sarana sastra meliputi judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, dan ironi. Amanat yang muncul dikuatkan dengan fakta-fakta cerita yang ada di dalam novel Jemini karya Suparto Brata. Pada Bab V yang berupa Penutup berisi kesimpulan serta kritik dan saran mengenai isi cerita di dalam novel Jemini. Dalam kesimpulan berisi rangkuman dari Bab I sampai Bab IV yang disusun dan disajikan. Skripsi ini ditulis dan disusun berdasarkan buku Pedoman Penulisan Skripsi Program Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2013.