BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat penting peranannya dalam pembangunan ekonomi Indonesia, tidak hanya di Indonesia, dibanyak negara industri, perbankan sangat dibutuhkan terutama dalam pembiayaan suatu kegiatan yang berhubungan dengan uang (Permono, 2000). Peranan perbankan sangat penting terutama dalam menghadapi era pasar bebas dan globalisasi yaitu sebagai perantara antara sektor defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development, namun dalam hal ini masih dibebankan pada bank-bank milik pemerintah (Dedy, 2003). Bank memiliki fungsi menarik dana dari dan menyalurkannya kepada masyarakat. Oleh karena itu, bank harus memiliki kinerja yang baik dari semua aktivitas usahanya. Sebagai lembaga intermediasi, dunia perbankan harus bertindak rasional. Selain itu, efisiensi merupakan salah satu kata kunci yang harus selalu diperhatikan. Wilson dan Wheelock (2006), menyatakan bahwa masalah efisiensi perbankan sangat penting saat ini, maupun di masa mendatang, karena antara lain: (1) kompetisi yang bertambah ketat; (2) permasalahan yang timbul sebagai akibat berkurangnya sumber daya; (3) meningkatnya standar kepuasan nasabah. Diantara begitu banyak perbankan, kehadiran Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang menyediakan produk keuangan yang serupa dengan Bank Umum, ternyata memiliki penetrasi yang lebih baik dibandingkan dengan perbankan lain,
1
khususnya untuk Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Kunci keberhasilan BPR dalam pemberian pelayanan kepada UMK antara lain adalah lokasi BPR yang dekat dengan masyarakat yang membutuhkan, prosedur pelayanan yang sederhana, dan lebih mengutamakan pendekatan personal dengan masyarakat. Perkembangan BPR, khususnya di wilayah eks Karesidenan Pekalongan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, yang ditunjukkan dengan perkembangan aset, DPK dan kredit yang terus menunjukkan peningkatan pertumbuhan selama 2010-2012. Namun demikian, terdapat perkembangan yang perlu dicermati terkait dengan efisiensi BPR. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur efisiensi bank adalah rasio BOPO. Semakin rendah rasio BOPO, menunjukkan bahwa bank tersebut sudah melakukan efisiensi dalam mengeluarkan biaya-biaya operasionalnya. Rasio BOPO BPR di wilayah eks Karesidenan Pekalongan dalam kurun waktu 3 tahun ini masih cenderung tinggi. Walaupun di bawah angka 85 persen, namun rata-rata rasio BOPO industri BPR pada 2010-2012 masih tergolong tinggi (di atas 80 persen), yang masing-masing tercatat sebesar 97,15 persen, 85,98 persen, dan 81,16 persen. Relatif tingginya cost of fund BPR berdampak pada tingginya suku bunga kredit BPR dibandingkan bank umum. Selama periode waktu 3 tahun, rata-rata suku bunga kredit BPR sebesar 28,97 persen, sedangkan bank umum sebesar 12,53 persen.
2
Tabel 1.1. Jumlah BPR dengan Rasio BOPO di Bawah 80 Persen Tahun
Jml BPR dg BOPO >80%
Total BPR
Persentase Jml BPR dg BOPO >80%
2010
24
31
77,42%
2011
21
31
67,75%
2012
17
31
54,83%
Sumber: SIMWAS BI Tegal, 2012
Tabel 1.1. menunjukkan selama periode 3 tahun, BPR yang memiliki rasio di atas 80 persen masih lebih dari separuh jumlah BPR yang ada (di atas 50 persen). Masih rendahnya efisiensi bank tersebut menandakan banyak biaya operasional bank yang harus ditekan untuk meningkatkan efisiensi kinerja BPR tersebut. Oleh sebab itu, perlu ditelaah lebih lanjut sejauh mana tingkat efisiensi BPR dan faktor apa saja yang mempengaruhinya sebagai pemilihan langkah lebih lanjut.
1.2 Perumusan Masalah Saat ini, indikator yang biasa dipakai untuk mengukur efisiensi perbankan adalah dengan menggunakan rasio BOPO. Rasio BOPO seringkali digunakan karena
kemudahan
perhitungan
dan
penggunaannya.
Namun
demikian,
pengukuran efisiensi dengan menggunakan rasio BOPO saja terkadang tidak dapat menggambarkan kondisi bank yang sebenarnya, sehingga perlu alternatif lain dalam pengukuran efisiensi BPR. Dengan demikian, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Apakah Bank Perkreditan Rakyat di eks Karesidenan Pekalongan sudah menjalankan operasinya secara efisien?
3
2.
Bagaimanakah melihat serta mengetahui keefisiensian BPR yang beroperasi di eks Karesidenan Pekalongan?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut. 1. Mengukur dan menganalisis efisiensi Bank Perkreditan Rakyat di eks Karesidenan Pekalongan berdasarkan status badan usaha, 2. Menganalisis faktor-faktor dalam efisiensi BPR dan menentukan langkahlangkah yang diperlukan untuk efisiensi BPR.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adaalah sebagai berikut. 1. Bagi KPw Bank Indonesia Tegal dan atau OJK dapat mengetahui tingkat efisiensi BPR di wilayah kerjanya untuk melakukan pembinaan yang tepat dan menerapkan strategi pengawasan yang tepat saat bank terus menerus tidak efisien. 2. Bagi Bank Perkreditan Rakyat dapat mengetahui upaya-upaya yang harus dilakukan agar dapat menetapkan strategi usahanya di waktu yang akan datang dengan mengetahui posisi tingkat efisiensi usahanya dibandingkan dengan efisiensi bank pesaing dalam satu kelompok bank.
1.5 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
4
Laporan Publikasi 31 BPR Konvensional di eks Karesidenan Pekalongan tahun 2010-2012
Target dan Langkah Perbaikan Efisiensi Perbankan
Output: Kredit, Laba Input: Aktiva Tetap, Dana Pihak Ketiga, Biaya Personalia, Biaya Bunga
Analisis Efisiensi dengan DEA
Analisis Input dan Output Slack
Analisis Data Panel (faktorfaktor yang memengaruhi efisiensi bank)
Grafik 1.1 Kerangka Pemikiran
1.6 Sistematika Penelitian Untuk mempermudah pemahaman terhadap penelitian ini, laporan akan disusun dalam sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan yang berisi
mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka, berisi mengenai dasar teori, definisi dan referensi penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya, serta gambaran umum BPR di eks Karesidenan Pekalongan. Bab III Metode Penelitian, membahas mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, variabel serta data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Pembahasan, berisi tentang pembahasan mengenai hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran, yang memuat kesimpulan dari hasil penelitian dan saran atau rekomendasi kebijakan bagi pihakpihak pemangku kepentingan.
5