1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika ialah suatu ilmu yang berkaitan dengan penalaran atau berfikir logis. Menurut James dan James (1976) mengatakan bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri” [tersedia pada http://blog.math.uny.ac.id/idarufaidah/2010/01/02/ pengertian-matematika/]. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, termasuk di dalamnya ialah aritmatika atau berhitung, seperti melakukan jual beli barang, menukar uang, dan masih banyak lagi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ruseffendi (1988: 74) yang menyatakan bahwa “berhitung itu penting untuk kehidupan praktis sehari-hari maupun keperluan melanjutkan sekolah, dan hal tersebut didasarkan pada dua aspek yakni aspek sosial dan matematis”. Susilowati, I. (2009:2) mengemukakan bahwa “Aspek sosial adalah kemampuan menggunakan berhitung untuk keperluan di dalam bermasyarakat, serta aspek matematis yaitu mengerjakan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dalam berhitung”. Kemampuan matematika dasar, akan mempermudah manusia dalam memecahkan kesulitan dan permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. Meskipun matematika sangat penting bagi kehidupan manusia, namun
2
tidak sedikit orang yang menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit. Pelajaran matematika terasa sulit bagi anak pada umumnya, begitu pula bagi anak tunarungu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Abdurrahman (2003: 252) “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa”. Tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar Kurikulum Pendidikan Dasar (1994: 70) dalam Nugroho, A (2006: 30) ialah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. 2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. 3. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sesuai alat dalam kehidupan sehari-hari.
Anak tunarungu ialah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang diakibatkan karena ketidakberfungsian sebagian/ seluruh indera pendengaran. Keterbatasannya menyebabkan anak tunarungu mengalami kesulitan dalam menerima informasi yang datang sehingga menyebabkan minimnya pemahaman anak tunarungu terhadap materi pelajaran, termasuk pada pelajaran matematika mengenai operasi berhitung perkalian. Perkalian merupakan bagian dari operasi hitung dalam matematika yang diberikan/ dipelajari di tingkat sekolah dasar. Sebelum anak-anak mempelajari operasi hitung perkalian, maka mereka harus mempelajari/ menguasai operasi penjumlahan dan pengurangan terlebih dahulu.
3
Hasil observasi awal, terlihat bahwa anak tunarungu sering melakukan kesalahan dalam melakukan proses perkalian, hasil penyimpanan terkadang bukan dijumlahkan tetapi di kalikan, dan juga kekeliruan dalam meletakkan hasil dari perkalian. Demikian juga saat belajar matematika yaitu melakukan operasi perkalian anak tunarungu sering mengalami rasa putus asa, kurang percaya diri dan cepat bosan apabila mengalami kesulitan atau tidak mampu mengerjakan soal matematika dengan benar. Rasa putus asa, kurang percaya diri dan cepat bosan tersebut ditunjukan dengan sikap siswa yang terlihat sudah malas mengerjakan dan malah mengobrol dengan teman-temannya, dan juga siswa terlihat selalu ingin meminta bantuan pada guru. Selama ini metode/cara yang sering digunakan oleh guru dalam melakukan operasi perkalian yaitu dengan cara bersusun ke bawah. Sesuai dengan kenyataannya, banyak sekali siswa tunarungu yang masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan/ mengerjakan operasi perkalian, khususnya pada perkalian puluhan dengan puluhan dan ratusan dengan ratusan (perkalian yang mendekati bilangan 100). Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh cara dan pendekatan dalam pembelajaran yang tidak sesuai dengan hasil yang ingin dicapai. Dengan demikian, maka stimulus yang diberikan harus berupa strategi kemudahan dalam menghitung perkalian, sehingga anak dapat merespon secara positif dan mengerjakannya dengan mudah. Padahal dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), bahwa anak tunarungu kelas D4 seharusnya sudah mampu melakukan operasi
4
perkalian yang lebih sulit, perkalian yang hasilnya lebih dari tiga angka yaitu perkalian puluhan dengan puluhan dan perkalian ratusan dengan ratusan. Dengan demikian, diperlukan peran aktif guru dan juga metode pembelajaran yang sesuai dan dapat meningkatkan kemampuan anak. Metode tersebut harus mudah, cepat dan menyenangkan (berupa strategi kemudahan) agar mudah dipahami dan anak dapat merespon secara positif. Menurut Sanjaya, W (2006:145), “metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”. Sekarang ini banyak sekali metode-metode yang bermunculan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung perkalian, diantaranya: polamatika (cara berhitung dengan menggunakan pola bilangan, diperlukan kolom Bantu yang dinamakan kolom polamatika), metris (metode horizontal menggunakan symbol pagar), jari matika (teknik berhitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari), mathemagics. Mathemagics merupakan suatu metode atau cara baru dalam matematika, dimana dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian (perkalian antara bilangan-bilangan yang mendekati bilangan 100) menggunakan referensi 100 dan juga strategi tertentu. Penggunaan mathemagics ini sangat mudah, cepat dan menyenangkan dalam melakukan operasi perkalian yang mendekati bilangan 100 (perkalian bilangan 90-110) antara puluhan dengan puluhan dan ratusan dengan ratusan. Penggunaan mathemagics ini sangat cepat, sederhana dan menggunakan strategi-strategi kemudahan dalam melakukan operasi perkalian, dimana setiap bilangannya tidak
5
usah
dikalikan
dengan
bilangan
lainnya.
Sehingga
diharapkan
dapat
mempermudah siswa dalam melakukan operasi hitung perkalian yang mendekati bilangan 100 antara perkalian puluhan dengan puluhan dan perkalian ratusan dengan ratusan. Dengan penggunaan mathemagics ini diharapkan anak tidak akan merasa putus asa dan cepat bosan dalam melakukan operasi hitung perkalian, karena dalam penggunaan mathemagics ini materi yang diberikan menggunakan caracara yang disederhanakan atau strategi kemudahan, cepat dan menyenangkan sehingga mudah dipahami oleh anak dan anak tidak akan merasa bosan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian yang bermaksud untuk membuktikan apakah penggunaan mathemagics dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung perkalian pada anak tunarungu.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka banyak cara untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung perkalian anak tunarungu, diantaranya : 1. Cara mengajar guru, apakah cara-cara yang dilakukan guru sudah baik atau belum dalam menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya hasil belajar yang memuaskan. Cara mengajar guru sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar dan juga terhadap hasil yang dapat dicapai oleh siswa. 2. Sarana dan prasarana yang menunjang. Dalam meningkatkan hasil belajar siswa, diperlukan sarana dan prasarana yang menunjang, seperti media
6
pembelajaran/ alat peraga yang dapat mempermudah siswa dalam menerima penjelesan dari guru dan juga mempermudah siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Penggunaan mathemagics ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung perkalian, khususnya pada perkalian bilangan-bilangan yang mendekati bilangan 100 (perkalian antara bilangan puluhan dengan puluhan dan ratusan dengan ratusan).
C. Batasan Masalah Berdasarkan
identifikasi
masalah
maka
banyak
faktor
yang
dapat
mempengaruhi kemampuan siswa tunarungu dalam melakukan operasi perkalian, adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah: “Penggunaan
mathemagics
sebagai
metode
hitung
untuk
meningkatkan
kemampuan operasi hitung perkalian pada anak tunarungu, khususnya pada perkalian yang mendekati bilangan 100”.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, dapat dikemukakan permasalahan pokok yang menjadi dasar perumusan masalah penelitian yaitu “Apakah penggunaan mathemagics dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung perkalian pada anak tunarungu di SLB-B Negeri Cicendo ?”
7
E. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. “Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono, 2008: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan mathemagics. “Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2008: 39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan operasi hitung perkalian.
1. Definisi Konsep Variabel a. Mathemagiccs Mathemagics ditujukan untuk anak usia 4 tahun ke atas. Mathemagics adalah suatu metode pembelajaran matematika dengan menggunakan cara mudah, dan sederhana, sehingga akan memudahkan anak dalam melakukan operasi hitung dasar aritmatika (operasi hitung perkalian). Dengan demikian, maka akan tertanam suatu kesan awal bahwa matematika itu mudah dan menyenangkan.
b. Operasi hitung perkalian Berhitung dalam istilah matematika disebut aritmatika. Perkalian merupakan operasi dasar aritmatika utama yang seharusnya dipelajari oleh siswa setelah mereka mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan.
8
Perkalian merupakan operasi penjumlahan secara berulang dengan angka yang sama.
2. Definisi Operasional Variabel a. Mathemagics Mathemagics merupakan suatu metode yang dapat memudahkan sisiwa dalam melakukan operasi hitung perkalian. Penggunaan mathemagics ini sangat menyenangkan dan sederhana dalam operasi hitungan perkalian, khususnya pada perkalian yang mendekati bilangan 100 (bilangan 90-110) yaitu perkalian antara bilangan puluhan dengan puluhan dan perkalian antara bilangan ratusan dengan ratusan. Penggunaan mathemagics ini sangat berbeda dengan cara bersusun ke bawah, dimana dalam melakukan operasi hitung perkalian bilangan beberapa digit, setiap bilangannya tidak usah dikalikan dengan bilangan lainnya. Mathemagics ini dalam melakukan operasi hitung perkalian yang dekat dengan bilangan 100, menggunakan referensi yaitu angka 100 sebagai referensinya dan juga menggunakan strategi tertentu yang memudahkan anak dalam menyelesaikan soal mengenai perkalian. Adapun contoh dalam melakukan operasi hitung perkalian dengan menggunakan mathemagics: 1. Cara mengerjakan operasi perkalian puluhan dengan puluhan:
Kita memilih 100 sebagai basis terdekat.
Lalu tentukan berapa kurangnya bilangan-bilangan puluhan tersebut dari 100 (100 dikurangi bilangan puluhan tersebut).
9
Setelah itu lakukan pengurangan secara menyilang, yaitu bilangan puluhan tersebut dikurangi hasil dari pengurangan sebelumnya (100 dikurangi bilangan puluhan), lakukan pada salah satu saja.
Kemudian kalikan dengan 100
Kemudian kalikan hasil pengurangan 100 dikurangi bilangan puluhanpuluhan
tersebut
(bukan
pengurangan
menyilang).
Kemudian
tambahkan pada hasil pengurangan menyilang yang telah dikalikan 100. -
2. Cara mengerjakan operasi perkalian ratusan dengan ratusan :
Kita memilih 100 sebagai basis terdekat
Lalu tentukan berapa lebihnya bilangan-bilangan ratusan tersebut dari 100.
Setelah itu lakukan penjumlahan secara menyilang (ratusan tersebut ditambah dengan hasil lebihnya dari 100 tadi) dan lakukan pada salah satu saja.
Kemudian hasilnya kalikan dengan 100.
Kemudian kalikan hasil lebihnya bilangan-bilangan ratusan tersebut dari 100 (bukan pengurangan menyilang). Kemudian tambahkan pada hasil penjumlahan menyilang yang telah dikalikan 100.
b. Operasi Hitung perkalian Perkalian adalah konsep matematika utama yang harus dipelajari oleh para siswa setelah mereka mempelajari operasi penambahan dan pengurangan,
10
yang mulai dipelajari pada jenjang sekolah dasar. Perkalian merupakan penjumlahan berulang dengan angka yang sama. Kemampuan perkalian anak dapat terlihat dari pretes (sebelum diberikan perlakuan) dan peningkatannya dapat terlihat dari hasil posttest (setelah diberikan perlakuan). Pada penelitian ini, soal-soal operasi hitung bilangan perkalian yang diberikan ialah soal-soal perkalian yang dekat dengan bilangan 100 (bilangan 90-110) antara bilangan puluhan dengan puluhan dan perkalian antara bilangan ratusan dengan ratusan. Aspek yang diukur dalam kemampuan melakukan operasi hitung perkalian ini adalah mengenai ketepatan. Jadi dalam penelitian ini dilihat apakah ada peningkatan kemampuan siswa dalam ketepatan menjawab soal-soal mengenai operasi hitung perkalian (operasi hitung perkalian antara puluhan dengan puluhan dan ratusan dengan ratusan yang mendekati bilangan 100).
F. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu penelitian yang sedang dilakukan. Menurut Arikunto, S. (2002: 64) “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah “Penggunaan mathemagics dapat meningkatkan
11
kemampuan operasi hitung perkalian pada anak tunarungu di SLB-B Negeri Cicendo”.
G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah penggunaan mathemagics efektif dalam meningkatkan kemampuan operasi hitung perkalian pada anak tunarungu SLB-B Negeri Cicendo.
2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat/kegunaan secara langsung maupun tidak langsung yaitu: a. Bagi guru -
Sebagai bahan masukan dalam memberikan/ menyampaikan materi operasi hitung perkalian melalui penggunaan mathemagics
-
Memperbanyak metode yang sudah ada atau menambah wawasan guru dalam memberikan alternatif lain.
b. Bagi peneliti -
Dapat memberikan konstribusi baru dalam hal mengembangkan metode lapangan.
pengajaran
dengan
menggunakan
mathemagics
di
12
c. Bagi siswa -
Membantu dalam meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan perkalian dan materi pembelajaran menjadi menarik.
-
Dapat mempermudah siswa dalam melakukan operasi hitung perkalian puluhan dengan puluhan dan ratusan dengan ratusan (perkalian bilangan 90-110).