BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap suatu perusahaan yang
berkaitan dengan harga saham. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Investor juga cenderung lebih tertarik menanamkan sahamnya pada perusahaan yang memiliki kinerja baik dalam meningkatkan nilai perusahaan. Naik turunnya harga saham di pasar modal menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan itu sendiri. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 berdampak terhadap pasar modal Indonesia yang tercermin dari terkoreksi turunnya harga saham hingga 40–60 persen dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25 November 2008), yang disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor asing yang membutuhkan likuiditas dan diperparah dengan aksi “ikut-ikutan” dari investor domestik yang ramai-ramai melepas sahamnya. Kondisi tersebut secara harafiah akan mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini juga tercermin dari banyaknya perusahaan yang mengalami penurunan laba sampai dengan mengalami kerugian sehingga menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK). Tabel B.1 Tabel Harga Saham 5 Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014 Nama No Perusahaan
Tahun 2012
2013
2014
Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah 1
2
3 4
Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) Voksel Electric Tbk (VOKS)
6,200
4,400
7,450
6,200
7,025
6,325
270
122
180
150
160
121
1,180
900
1,160
660
800
615
1,390
1,160
1,835
1,595
37,350
25,100
32,300
29,625
Kalbe Farma 1,150 875 Tbk (KLBF) 5 Unilever 26,950 20,100 Indonesia Tbk (UNVR) Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan Tabel B.1 menunjukkan bahwa harga saham tertinggi pada perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk mengalami peningkatan sebesar Rp 1.250 dari harga saham tahun 2012 sebesar Rp 6.200 menjadi sebesar Rp 7.450 pada tahun 2013. Sementara harga saham tertinggi di tahun 2014 terjadi penurunan sebesar Rp 425. Harga saham terendah pada perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk mengalami peningkatan sebesar Rp 1.800 dari harga saham tahun 2012 sebesar Rp 4.400 menjadi sebesar Rp 6.200 tahun 2013. Harga saham terendah ditahun 2014 mengalami peningkatan sebesar Rp 125. Harga saham tertinggi pada perusahaan Prasidha Aneka Niaga Tbk mengalami penurunan secara berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Sementara harga saham terendah pada perusahaan Prasidha Aneka Niaga Tbk mengalami peningkatan sebesar Rp 28 di tahun 2013 dan mengalami penurunan di tahun 2014 sebesar Rp 71 Harga saham tertinggi pada perusahaan Voksel Electric Tbk mengalami penurunan secara berturut – turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Sementara harga saham
terendah pada perusahaan Voksel Electric Tbk juga mengalami penurunan secara berturutturut dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Harga saham tertinggi pada perusahaan Kalbe Farma Tbk mengalami peningkatan sebesar Rp 240 dari harga saham tahun 2012 sebesar Rp 1.150 menjadi sebesar Rp 1.390 pada tahun 2013. Sementara harga saham tertinggi di tahun 2014 terjadi peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp 445. Harga saham terendah pada perusahaan Kalbe Farma Tbk mengalami peningkatan secara berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Harga saham tertinggi pada perusahaan Unilever Indonesia Tbk mengalami peningkatan sebesar Rp 10.400 dari harga saham tahun 2012 sebesar Rp 26.950 menjadi sebesar Rp 37.350 pada tahun 2013. Sementara harga saham tertinggi di tahun 2014 terjadi penurunan sebesar Rp 5.050. Harga saham terendah pada perusahaan Unilever Indonesia Tbk terjadi peningkatan secara berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Nilai perusahaan dapat tercermin dari nilai sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan bahwa nilai perusahaannya juga baik. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti manajer maupun komisaris. Namun, dalam meningkatkan nilai perusahaan akan muncul masalah kepentingan antara agen (manajer) dan prinsipal (pemegang saham). Tidak jarang manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency konflik, hal tersebut terjadi karena manajer lebih
mengutamakan kepentingan pribadinya sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Wien Ika Permanasari, 2010). Adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham inilah yang melatar belakangi perlunya tata kelola perusahaan yang baik. Tata Kelola Perusahaan diharapkan mampu memberikan keseimbangan antara berbagai kepentingan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan secara menyeluruh. Tata Kelola Perusahaan mulai menjadi topik menarik di Indonesia pada tahun 1998 saat Indonesia mengalami krisis. Salah satu penyebab terjadinya krisis di Indonesia adalah lemahnya pengawasan yang dilakukan terhadap direksi perusahaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab dewan komisaris. Mekanisme Tata Kelola Perusahaan terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, komite audit dan dewan direksi. Kebutuhan untuk menerapkan tata kelola perusahaan merupakan bagian penting dalam perusahaan agar dapat menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Selain menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan juga akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori signaling yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan perusahaannya dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaporannya. Perusahaan akan mecoba menyajikan informasi yang lebih lengkap, misalnya dengan menambahkan tentang aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan informasi tanggung jawab sosial perusahaan sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan dengan kinerja lingkungan dan sosial yang baik merupakan sinyal
positif bagi investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut yang kemudian berujung pada peningkatan harga saham. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, nilai perusahaan dapat tercermin dari nilai sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan bahwa nilai perusahaannya juga baik. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat investor percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan namun percaya juga pada prospek perusahaan di masa depan. Perusahaan akan berlomba untuk meningkatkan daya saing di berbagai sektor untuk dapat menarik minat investor untuk berinvestasi. Oleh karena itu, nilai perusahaan menjadi sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Tanggung jawab Sosial Perusahaan merupakan salah satu faktor non keuangan lainnya yang sekarang ini perlu dipertimbangkan oleh perusahaan dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. Tanggung jawab Sosial Perusahaan sering dianggap inti dari etika bisnis, yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban kewajiban ekonomi dan legal (Kusumadilaga, 2010). Pertanggung jawaban sosial perusahaan melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat serta komunitas setempat. Semakin banyak bentuk pertanggung jawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, citra perusahaan juga menjadi meningkat. Investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat karena semakin baiknya citra perusahaan, loyalitas masyarakat semakin tinggi sehingga dalam waktu lama penjualan perusahaan akan membaik dan profitabilitas perusahaan juga meningkat. Apabila perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat. Menurut Ahmad Nurkhin (2009) alasan perusahaan
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan secara sukarela yaitu karena untuk menaati peraturan yang ada, untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam menarik minat investor. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurlela dan Islahudin (2008) menyatakan bahwa dengan adanya praktik CSR yang baik diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh para investor. Dalam penelitian Kusumadilaga (2010) juga meneliti tentang pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating dimana hasil penelitiannya menunjukkan variabel CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan variabel profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan CSR dan nilai perusahaan.
Penelitian
Saraswati dan Basuki (2012) yang berjudul Pengaruh Corporate Governance Pada Hubungan Corporate Social Responsibility Dan Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate social responsibility (CSR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan namun dengan arah negatif. Hasil menjelaskan bahwa perusahaan yang mengungkapkan CSR yang lebih luas justru cenderung menurunkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat meningkat karena adanya peningkatan harga saham perusahaan yang meningkatkan nilai pasar ekuitas perusahaan. Penelitian Suhartati, Warsini dan Nedsal (2011) yang berjudul Pengaruh Pengungkapan Tanggung jawab Sosial Perusahaan dan Praktik Tata Kelola Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun pengungkapan CSR arahnya positif terhadap nilai perusahaan tetapi tidak mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan CSR. Beberapa penelitian juga telah dilakukan untuk mengukur pengaruh mekanisme Tata Kelola Perusahaan terhadap nilai perusahaan dan ditemukan hasil yang beragam. Menurut Suranta dan Machfoedz (2003) kepemilikan manajerial, kepemilikan institusinal dan ukuran
dewan direksi berkorelasi positif terhadap nilai perusahaan. Siallagan dan Machfoedz (2006) menemukan bahwa mekanisme tata kelola perusahaan yang terdiri dari kepemilikan manajerial, dewan komisaris dan komite audit secara statistik berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Black, Jang, Kim (2003) di Korea menemukan bahwa terdapat korelasi positif antara GCG yang di proksikan dengan GCG Score terhadap nilai perusahaan. Lalu hasil penelitian lain didukung oleh Silveira dan Barros (2007) yang meneliti tentang Corporate governance quality and firm value in Brazil dan menemukan bahwa kualitas GCG berkorelasi positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Berbeda lagi dengan penelitian Che Haat, Rahman, dan Mahenthiran (2008) yang menyimpulkan antara independensi dewan komisaris, cross-directorship dewan, kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Yuniasih dan Wirakusuma (2007) juga menunjukkan bahwa mekanisme GCG yang diproksi kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh Amri dan Untara (2011) menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian-penelitian sebelumnya yang telah diuraikan tersebut menunjukkan adanya ketidak konsistenan hasil penelitian. Dilihat dari teori-teori yang dapat menjelaskan mengenai Tata Kelola Perusahaan dan Tanggung jawab Sosial Perusahaan, jika perusahaan menerapkan sistem Tata Kelola Perusahaan yang baik dan mengungkapkan Tanggung jawab Sosial Perusahaan sesuai dengan kewajibannya diharapkan kinerja tersebut akan meningkat menjadi lebih baik. Meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham perusahaan yang merupakan indikator dari nilai perusahaan.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah Tanggung jawab Sosial Perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2.
Apakah Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
3.
Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
4.
Apakah Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
5.
Apakah Komite Audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
6.
Apakah Dewan Direksi berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang rumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian ini
adalah: 1.
Untuk mengetahui pengaruh Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap nilai perusahaan.
2.
Untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap nilai perusahaan.
3.
Untuk mengetahui pengeruh Kepemilikan Institusional terhadap nilai perusahaan.
4.
Untuk mengetahui pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap nilai perusahaan.
5.
Untuk mengetahui pengaruh Komite Audit terhadap nilai perusahaan.
6.
Untuk mengetahui pengaruh Dewan Direksi terhadap nilai perusahaan.
1.4
Kegunaan Penelitian Terdapat dua kegunaan hasil penelitian ini yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan
praktis. 1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dihapkan memberi kontribusi untuk pengembangan teori akuntansi positif dan menambah bukti empiris untuk pengembangan akuntansi positif.
2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan investasi.
1.5
Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan
yang lain dan disusun secara terperinci serta sistematis untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari masing-masing bab skripsi ini, dapat dilihat dalam sistematika penulisan berikut: Bab I
: Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II
: Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Pada bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang relevan sebagai acuan, yaitu teori stakeholder, teori legitimasi dan teori keagenan dan landasan memecahkan permasalahan penelitian, pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan skripsi ini, serta rumusan hipotesis.
Bab III
: Metode Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi dan definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan. Bab IV
: Pembahasan Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum tentang ruang lingkup penelitian, yaitu Bursa Efek Indonesia, deskripsi variabel penelitian dan pembahasan, hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V
: Simpulan dan Saran Kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya merupakan isi dari bab ini, disamping itu disertakan pula beberapa saran yang dibuat untuk peneliti selanjutnya.