1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Hakikatnya, menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi seluruh umat manusia di muka bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat At-Taubah (9) ayat 122:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Ayat diatas merupakan salah satu ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang kewajiban manusia menuntut ilmu. Bahkan pada saat akan pergi ke medan perang, tidak semua mukminin yang wajib ikut berperang membela agama, tetapi ada utusan dari tiap-tiap golongan yang tidak ikut berperang untuk menuntut ilmu. Karena dengan menuntut ilmu, manusia dapat menggunakan akalnya dengan baik. Dengan akallah, manusia dapat belajar mengubah tingkah laku menjadi lebih baik dan dapat membedakan sesuatu
2
yang baik ataupun buruk. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Az-zumar ayat 9:
”….Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. 1 Belajar di sekolah dan perguruan tinggi merupakan salah satu usaha manusia untuk meperoleh ilmu. Tidak hanya ilmu akhirat, namun juga ilmu dunia. Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu dunia yang kehadirannya sangat bermanfaat bagi berbagai aspek dan memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan dalam bidang Ilmu dan Teknologi (IPTEK). Proses pemerolehan ilmu kimia ini didapatkan dari proses pembelajaran.
Proses
pembelajaran
kimia
ternyata
membutuhkan
pemahaman dan ketelitian yang tinggi, karena pelajaran kimia selain berupa teori yang bersifat hafalan dan pemahaman, juga bersifat abstrak dan dianggap oleh siswa merupakan materi yang relatif baru dan belum pernah diperolehnya ketika di SD dan ketika di SMP hanya mempelajari pengenalan dasar ilmu kimia saja. Rendahnya hasil belajar siswa di SMA PGRI Pekanbaru berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu guru kimia, ibu Selfia Wardani, S.Pd.,
1
Zainal Asril, Micro Teaching, Raja Grafindo Persada, Padang, 2010, hlm. 19
3
terutama pada pokok bahasan Termokimia kelas XI IPA tahun 2012/2013 disebabkan oleh beberapa aspek, diantaranya yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang materi kimia, sehingga siswa tidak mengerti bagaimana cara menyelesaikan soal terutama perhitungan kimia, dan siswa cenderung pasif. Disamping itu, sebab lainnya adalah hanya sebagian siswa yang mampu menyelesaikan atau mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru dan hasil latihan serta ulangan kimia siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), yaitu dibawah 75. Hanya 6 dari 36 siswa atau 17% siswa yang nilai ulangan pada pokok bahasan Termokimia diatas nilai KKM.2 Oleh karena itu dibutuhkan suatu inovasi baru dalam proses pembelajaran. Diantaranya memvariasikan metode pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran kimia tersebut. Jika penerapan model atau strategi tidak sesuai dengan materi maka akan membuat siswa semakin kebingungan dan proses pembelajaran tidak berjalan dengan lancar. Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu.3 Guru mempunyai tugas dan peran yang sangat menentukan terutama dalam memberikan bimbingan dan bukan lagi bertugas sebagai transfer of knowledge (mentransfer pengetahuan) kepada siswanya.
2
Selfia Wardani, Wawancara, Pekanbaru, 20 April 2013 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm. 40-41
3
4
Model pembelajaran merupakan hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan seorang guru. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bingkai atau bungkus
dari
penerapan
suatu
pendekatan,
metode,
dan
teknik
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang rangkaian kegiatannya dilakukan oleh siswa dalam suatu kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, ada 4 unsur penting dalam Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK), yaitu adanya peserta dalam kelompok; adanya aturan kelompok; adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan adanya tujuan yang harus dicapai.4 Model
pembelajaran
Numbered
Heads
Together
(NHT)
dikembangkan oleh Spencer Kagan. Model ini merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar melalui kelompok yang diawali dengan pemberian nomor yang berbeda pada kelompok. Kelebihan model pembelajaran ini yaitu semua siswa dituntut dan harus siap untuk menjelaskan hasil kerja kelompok mereka kepada guru dan semua kelompok. Selain itu ada tanggung jawab semua anggota terhadap kelompoknya.
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007, hlm. 239
5
Anita Lie menyatakan model pembelajaran Numbered Heads Together memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu juga mendorong siswa meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan untuk setiap mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.5 Jadi, model pembelajaran kooperatif NHT ini juga dapat digunakan untuk mata pelajaran kimia yang bersifat hitungan dan konsep. Martilis telah melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Pokok Bahasan Minyak Bumi Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darussakinah Batu Bersurat Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar.” Hasil belajar siswa mengalami peningkataan sebesar 22,8 %. 6 Selain itu, Isnayanti Rahmasari juga melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Pokok Bahasan Hidrokarbon di Kelas X SMA Negeri Kampar Timur Kabupaten Kampar” pada penelitian ini juga dinyatakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 21,4 %.7
5
Anita Lie, Cooperatif Learning, Jakarta, Bumi Aksara, 2004, hlm. 59 Martilis, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Pokok Bahasan Minyak Bumi Kelas XI Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darussakinah Batu Bersurat Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Uin Suska Riau, Pekanbaru, 2012. 7 Isnayanti Rahmasari, Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Pokok Bahasan Hidrokarbon di Kelas X SMA Negeri Kampar Timur Kabupaten Kampar, UIN Suska Riau, Pekanbaru, 2012. 6
6
Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan di atas, peneliti melakukan penelitian dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Termokimia di Kelas XI IPA SMA PGRI Pekanbaru. B.
Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis perlu menegaskan beberapa istilah yang terdapat pada judul. 1.
Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.8
2.
Numbered Heads Together (NHT) merupakan model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini juga mendorong siswa meningkatkan semangat kerjasama mereka.9
3.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 10 Hasil belajar yang peneliti maksud adalah aspek kognitif siswa.
8
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 54 9 Anita Lie, Loc.Cit. 10 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 22
7
4.
Termokimia adalah ilmu yang membahas tentang kalor reaksi yang menyertai reaksi kimia.11
C.
Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat mengindentifikasikan masalah sebagai berikut: a. Tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran kimia masih rendah, karena siswa masih banyak kurang mengerti bagaimana penyelesaian soal kimia. b. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. c. Hanya sebagian siswa yang mampu menyelesaikan atau mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. d. Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) belum pernah di lakukan di kelas XI IPA SMA PGRI pada pokok bahasan Termokimia. 2. Batasan Masalah Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti jika dibandingkan dengan luasnya ruang lingkup permasalahan yang ada pada penelitian ini, maka berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada : a. Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) b. Tujuan penerapan model ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
11
Syukri, Kimia Dasar 1, Penerbit ITB, Bandung, 1999, hlm. 84
8
c. Pokok bahasan yang diteliti adalah Termokimia d. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA PGRI Pekanbaru. 3. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah: a. Apakah penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Termokimia di kelas XI IPA SMA PGRI Pekanbaru? b. Jika terjadi peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT), seberapa besarkah peningkatannya? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Termokimia di kelas XI IPA SMA PGRI Pekanbaru. b. Untuk mengetahui kategori peningkatan hasil belajar siswa menurut klasifikasi N-Gain setelah mengikuti pembelajaran dengan model Numbered Heads Together (NHT). 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi setiap pelaku yang terlibat dalam proses pembelajaran seperti:
9
a. Siswa dapat menerima pengalaman belajar yang bervariasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran kimia. b. Guru dapat menjadikan informasi untuk menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan proses belajar-mengajar khususnya pada pokok bahasan Termokimia. c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran pada waktuwaktu yang akan datang. d. Akademis penelitian ini akan dapat memperkaya dan manambah pengalaman untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran kimia. e. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan menjadi pedoman bagi peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran di masa yang akan datang.