BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Fungsi bank syariah tidak hanya dalam aspek investasi dana masyarakat
(Machmud dan Rukmana, 2010). Undang – undang Nomor 21 Tahun 2008 pasal 4 menjelaskan bahwa bank syariah dapat berperan sebagai fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul maal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat, sedangkan untuk dana yang berasal dari uang wakaf, bank syariah dapat menyalurkannya melalui pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif). Bank syariah yang menjadi lembaga intermediasi atau penghubung antara pemilik dana dengan pihak pengguna dana, mempunyai posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pihak – pihak yang berkaitan dengan bank syariah mulai dari pemilik, masyarakat, pengguna jasa, maupun Otoritas Jasa Keuangan yang berfungsi sebagai pengawas, memiliki kepentingan terhadap kondisi keuangan maupun non keuangan bank syariah. Kondisi kesehatan bank syariah tersebut dapat digunakan oleh pihak terkait sebagai informasi dalam bentuk kehati – hatian dan pengambilan keputusan (Amirillah, 2010). Kesehatan dan pertumbuhan perbankan dapat dihitung dengan mengukur tingkat efisiensinya (Heri dan Sugianto, 2011). Elvira (2012) mendefinisikan efisiensi sebagai cara mengelola input tertentu dengan mengalokasikan faktor – faktor produksi, sehingga mendapatkan output yang maksimal. Jadi suatu
2
perusahaan dapat dikatakan efisien jika dapat menggunakan input seminimal mungkin untuk mendapatkan output yang sama, atau dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih banyak. Ali dan Ascarya (2010) membagi efisiensi menjadi tiga, yakni efisiensi teknik, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi atau gabuangan dari keduanya. Perbankan dinilai efisien alokatif ketika perbankan dapat mengalokasikan input dengan maksimum (Muljawan, Hafidz, dan Astuti, 2014), sedangkan efisiensi ekonomi yakni efisiensi dalam perbankan yang meminimalkan biaya (Jagwani, 2012). Aspek efisiensi dalam perbankan syariah sangat penting bagi masyarakat karena bank secara efisien teknik akan menggunakan input biaya tenaga kerja dan minumum aktiva untuk mendapatkan output yang maksimal berupa pengembalian kepada masyarakat. Bank yang efisien akan terjamin pendapatannya, sehingga dampaknya terjamin pula dana simpanan dari masyarakat. Hal ini berarti bahwa untuk membantu masyarakat dalam pengambilan keputusan investasi, dapat dilakukan dengan penilaian kinerja perbankan syariah, salah satunya dengan uji efisiensi perbankan syariah (Elvira, 2012). Salah satu metode pengujian efisiensi adalah dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Pamungkas, 2015). Metode DEA memiliki keunggulan jika dibandingkan alat uji efisiensi lainnya. Sarjono (2008) menjelaskan kelebihan DEA sebagai alat pengukuran efisiensi karena konsepnya yang berbeda dibanding dengan alat ukur lainnya, yakni yang pertama bahwa DEA hanya menghitung efisiensi teknik bukan ekonomi, sehingga nilai yang digunakan hanyalah nilai absolut dari suatu variabel. Kelebihan yang kedua
3
karena nilai efisiensi yang dibandingkan bersifat relatif diantara unit yang diperbandingkan. Beberapa penelitian mengenai uji efisiensi telah dilakukan. Seperti uji efisiensi pada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) MMU dan UGT Sidogiri dengan pendekatan Two Stage Data Envelopment Analysis yang dilakukan oleh Ali dan Ascarya (2010) dengan variabel input beban bagi hasil, biaya personalia, dan beban umum dan administrasi. Kemudian variabel outputnya Dana Pihak Ketiga (DPK), jumlah pembiayaan yang disalurkan, pendapatan laba usaha, dan pendapatan operasional lain-lain. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa BMT MMU dan UGT Sidogiri belum efisien secara teknik, meski nilai efisiensinya cenderung naik. Selain itu, Firdaus dan Nadratuzzaman (2013) juga melakukan penelitian mengenai efisiensi dengan obyek penelitian sepuluh BUS di Indonesia selama Kuartal II Tahun 2010 sampai Kuartal IV Tahun 2012. Metode yang digunakanpun menggunakan Data Envelopment Analysis dengan variabel input dalam penelitian tersebut meliputi dana pihak ketiga atau DPK, total aset, dan biaya tenaga kerja. Sementara itu, variabel output yang digunakan adalah pembiayaan dan pendapatan operasional. Hasil dari penelitian tersebut diketahui bahwa secara umum tingkat efisiensi sepuluh BUS ini telah efisien, namun jika secara individu maka Bank Muamalat memiliki tingkat efisiensi yang paling tinggi dan Bank Victoria Syariah yang paling rendah. Dari penelitian terdahulu, diketahui beberapa research gap seperti variabel input biaya personalia, biaya umum dan biaya dministrasi yang efisien (Firdaus dan Nadratuzzaman, 2013), namun penelitian yang dilakukan
4
Pamungkas (2015) tentang analisis efisiensi perbankan syariah di Indonesia dengan obyek perbankan syariah di Indonesia yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 menghasilkan bahwa biaya tenaga kerja inefisien. Sedangkan biaya personalia, beban umum dan administrasi, serta biaya tenaga kerja termasuk dalam biaya operasional perbankan. Selain itu dalam penelitian Ali dan Ascarya (2010) variabel input ukuran bank syariah yang diproksikan dengan total aset sudah efisien, namun pada penelitian Pamungkas (2015) inefisien. Adapun variabel output pembiayaan juga sudah efisien (Firdaus dan Nadratuzzaman, 2013), namun Pamungkas (2015) dan Ali dan Ascarya (2010) menjelaskan bahwa variabel pembiayaan inefisien. Selain adanya research gap, diketahui pula adanya research problem berupa perbedaan konsistensi dalam variabel inputoutput, variabel dana pihak ketiga diperlakukan sebagai variabel input pada penelitian Firdaus dan Nadratuzzaman (2013), sedangkan pada penelitian Muljawan, Hafidz, dan Astuti (2014) dan Ali dan Ascarya (2010) diperlakukan sebagai variabel output. Penulis menambahkan variabel output Non Performing Finance (NPF) dan rate of return dalam penelitian ini. Sejauh pengetahuan penulis, kedua variabel output tersebut belum pernah diuji dalam pengujian efisiensi perbankan syariah. Selain itu, untuk membedakan dengan penelitian terdahulu, penulis juga menambahkan variabel independen Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Net Income Margin (NIM) sebagai bentuk kinerja keuangan. Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
5
Syariah, CAR digunakan sebagai bentuk dari rasio permodalan dan NIM sebagai bentuk dari rasio rentabilitas. Dendawijaya (2005) menjelaskan bahwa dengan nilai minimum CAR pada peringkat 1 sebesar 8%, dapat digunakan bank syariah untuk membiayai kegiatan operasionalnya, sehingga menghasilkan profitabilitas yang tinggi bagi perbankan syariah. Munawir (2001) juga menjelaskan bahwa efisiensi perbankan dapat dicapai dengan didapatnya maksimal output ekonomi berupa profitabilitas, sehingga menjamin perbankan syariah tidak akan mengalami kesulitan keuangan maupun dalam pemberian pembiayaan kepada masyarakat. Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 dijelaskan bahwa NIM merupakan rasio perbandingan antara pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil dengan rata – rata aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bersih. Taswan (2010) menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai NIM maka akan meningkatkan pendapatan bersih atas aktiva bersih yang dikelola oleh bank, sehingga masalah yang timbul dalam perbankan semakin kecil dan akan meningkatkan efisiensi perbankan. Variabel independen yang ketiga adalah Karakter Dewan Pengawas Syariah (Karakter DPS), dimana variabel ini merupakan proksi dari efektivitas pengawasan syariah di perbankan syariah. Rahman dan Bukair (2013) dalam penelitiannya yang dilakukan di Malaysia, melakukan penilaian dari DPS dengan beberapa kriteria, yakni adanya DPS, jumlah DPS, persilangan anggota DPS, kualifikasi doktoral yang dimiliki anggota DPS, dan reputasi baik yang dimiliki anggota DPS. Dari model penilaian DPS tersebut, penulis kemudian merumuskan
6
suatu variabel independen, yakni Karakter DPS. Sejauh pengetahuan penulis, Karakter DPS sebagai bentuk dari efektivitas pengawasan syariah belum pernah dijadikan variabel independen terhadap efisiensi perbankan syariah, baik penelitian yang dilakukan di Malaysia maupun di Indonesia. Berdasarkan research gap dan reseach problem di atas, maka penulis mengambil judul penelitian ini “PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN SYARIAH TERHADAP EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH INDONESIA”. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut: 1. Apakah faktor Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia? 2. Apakah faktor Net Income Margin (NIM) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia? 3. Apakah faktor Karakter Dewan Pengawas Syariah (Karakter DPS) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini sebgai berikut: 1. Untuk mengetahui faktor Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam mempengaruhi tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia. 2. Untuk
mengetahui
faktor
Net
Income
Margin
(NIM)
mempengaruhi tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia.
dalam
7
3. Untuk mengetahui faktor Karakter Dewan Pengawas Syariah (Karakter DPS) dalam mempengaruhi tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia. 1.4
Batasan Penelitian Beberapa batasan permasalahan yang menentukan asumsi dan mendasari
analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia (tidak termasuk Bank Pembiayaan Rakyar Syariah (BPRS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), karena memperhatikan total aset dari setiap BUS yang relatif sama jika dibandingkan dengan BPRS dan UUS yang nilai total asetnya jauh lebih kecil). 2. Penelitian ini hanya terbatas pada periode 2010 sampai 2014. 1.5
Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan referensi kepada seluruh pihak yang bersangkutan. Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya: 1. Bagi perusahaan perbankan, dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha diwaktu yang akan datang. 2. Bagi pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia dan Jasa Otoritas Keuangan, penilaian efisiensi perbankan dapat digunakan untuk menetapkan dan menerapkan strategi pengawasan yang tepat pada bank yang bersangkutan.
8
3. Bagi masyarakat, dengan mengetahui efisiensi perbankan maka akan meningkatkan perasaan tenang dan aman dalam menempatkan dananya di perbankan, karena yakin bank akan mengelola dana tersebut dengan baik. 4. Bagi investor, dapat dijadikan informasi dalam pengambilan kepususan investasi. 1.6
Sistematika Pembahasan Skripsi ini terbagi atas lima bab, dengan penjelasan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II: KAJIAN PUSTAKA Bab ini menyajikan tinjauan teori yang termasuk teori dasar yang sesuai dengan permasalahan pada penelitian ini. Bab ini juga berisi telaah penelitian terdahulu dan hipotesis penelitian. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini berisis populasi dan sampel, sumber data dan teknik pengumpulan data, definisi dan pengukuran variabel penelitian, dan metode analisis data. BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi temuan penelitian dan pembahasan tentang hasil penelitian BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan kesimpulan, dampak, batasan penelitian, dan saran yang mungkin dapat diterapkan pada penelitian dimasa yang akan datang.