BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Air merupakan sumber daya yang bersifat terbatas dan berharga serta memiliki kedudukan sangat penting dalam menjaga keberlanjutan kehidupan manusia. Air sangat dibutuhkan dalam segenap aspek kehidupan manusia. Fungsi air sangat penting bagi kesehatan dan sangat diperlukan buat produksi makanan, pertumbuhan ekonomi dan mendukung lingkungan. Air tidak hanya digunakan dalam rumah tangga, industri dan pertanian tetapi juga digunakan untuk energi, transportasi dan rekreasi. Seiring perkembangan wilayah berikut dinamika perubahan didalamnya ternyata
memunculkan
permasalahan
dalam
pemenuhan
kebutuhan
air.
Pertambahan jumlah penduduk, perkembangan ekonomi dan perubahan kebijakan perdagangan menjadi faktor utama meningkatnya permintaan dan kebutuhan akan air. Stockholm International Water Institute (2001) menyebutkan bahwa penggunaan air meningkat lebih dari dua kali rata-rata peningkatan jumlah penduduk dunia sepanjang abad ini. Diperkirakan pada tahun 2025, sepertiga penduduk dunia akan berada pada negara-negara yang mengalami tekanan air dan mayoritas negara-negara itu adalah negara yang sedang berkembang. Sementara di sisi yang lain, akibat aktivitas manusia di bidang ekonomi, industri dan rumah tangga yang menghasilkan limbah menyebabkan terjadinya pencemaran pada sumber-sumber air. Sehingga sumber-sumber air yang berupa 1
2
air permukaan (sungai, sumur, waduk/embung) dan air tanah mengalami pencemaran baik secara fisik, kimiawi maupun biologis. Hal ini berakibat terjadinya kelangkaan air bersih di beberapa wilayah. Terkait fungsi air dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, seperti untuk minum, mandi dan sarana sanitasi maka kebutuhannya tidak hanya fokus pada kuantitas tetapi juga kualitas. Sehingga segenap upaya harus dilakukan untuk memperoleh air dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memenuhi kelayakan. Semua upaya tersebut bertujuan untuk memastikan ketercukupan air yang berkualitas dapat dinikmati oleh seluruh orang, baik saat ini maupun masa yang akan datang. Selain itu, upaya untuk tetap menjaga keberlangsungan pasokan air yang berkualitas juga berguna untuk menjaga kelestarian ekosistem. Jika ditinjau dari perspektif wilayah kota dan desa maka upaya penyediaan air bersih juga memberikan perbedaan dalam hal kuantitas dan kualitas. Data BPS (2000) menunjukkan tingkat pelayanan air bersih di perkotaan mencapai 51,7 persen sedangkan di perdesaan tingkat pelayanan air bersih baru mencapai 5 persen. Kondisi ini menggambarkan kecenderungan penyediaan air bersih lebih mengutamakan kawasan perkotaan daripada perdesaan. Akibatnya sering terjadi krisis air bersih di wilayah perdesaan dan menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakatnya. Kondisi kritis ini bukan saja karena keterbatasan jumlah air bersih tetapi juga dikarenakan kualitas air yang dibawah standar baku mutu air. Masalah keterbatasan tidak selalu terjadi karena jumlah air bersih sedikit tetapi bisa juga karena kesulitan masyarakat desa dalam mengakses air bersih disebabkan jarak
3
sumber air bersih relatif jauh dari permukiman. Permasalahan pelayanan air bersih di kawasan perdesaan pada umumnya banyak disebabkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini tercermin dari lokasi tempat pengambilan air bersih (sumur gali dan sumur pompa) yang berdekatan dengan jamban, cubluk atau WC, dan kurangnya kepedulian terhadap kualitas air. Akibatnya banyak penduduk desa yang terpaksa mengkonsumsi air dari sumber air yang dekat namun dengan kualitas yang kurang layak. Tentunya hal ini akan berdampak pada kondisi kesehatan penduduk desa yaitu timbulnya kejadian penyakit yang disebabkan konsumsi air yang tidak layak (water borne disease) seperti tipus, kolera dan diare. Selanjutnya kondisi ini akan berimbas terhadap tingkat produktivitas penduduk yang rendah dan berpeluang menurunkan tingkat kesejahteraan mereka. Pemerintah Kabupaten Kotabaru menyadari pentingnya memberikan pelayanan air bersih dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang layak bagi penduduk perdesaan. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan salah satu wewenang pemerintah daerah adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan wajib berupa pelayanan dasar yaitu pada sektor pekerjaan umum dan penataan ruang yang mana sektor air bersih menjadi komponen di dalamnya. Upaya ini telah dilakukan sejak lama dengan berbagai bentuk program atau kegiatan dan variasi pembiayaannya. Beberapa program atau kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan air bersih perdesaan di Kabupaten Kotabaru dapat dilihat ada tabel 1.1 berikut:
4
Tabel 1.1. Program/Kegiatan Pemerintah Terkait Penyediaan Air Bersih Perdesaan di Kabupaten Kotabaru No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Program Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) Program Pembangunan Infrasturktur Perdesaan (PPIP) Kegiatan Pembangunan Jaringan Air Minum/Air Bersih Program Pengembangan Kinerja Air Minum dan Air Limbah Gerakan Pembangunan Rakyat Saijaan (Gapura Saijaan) Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Gerakan Pembangunan Desa (Gerbangdes)
Sumber Dana APBN-APBDMasyarakat APBN-APBDMasyarakat APBD APBN-APBD APBD APBD APBD
Sumber : Dokumen APBD Kabupaten Kotabaru (2014) Berdasarkan pengamatan penulis mengenai pelaksanaan programprogram tersebut, jika ditinjau dari segi pelaksanaannya maka bisa dikategorikan dalam 2(dua) kelompok, yaitu: (1) pelaksanaan berbasis korporasi, yaitu melalui PDAM/IKK PDAM; dan (2) pelaksanaan berbasis masyarakat, yaitu melalui program PAMSIMAS, PPIP, Gapura Saijaan, PPK dan Gerbangdes. Sedangkan menurut lokasi program terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu: (1) lokasi program yang pelayanan air bersihnya oleh IKK PDAM; dan (2) lokasi program yang pelayanan air bersihnya oleh kelompok swakelola masyarakat. Gambaran sementara atas hasil pelaksanaan beberapa program atau kegiatan tersebut di atas ternyata masih belum mampu memberikan pelayanan air bersih yang maksimal bagi masyarakat desa. PDAM Kotabaru (2015) telah merilis capaian cakupan pelayanan PDAM di beberapa daerah operasional mereka yang tersaji dalam tabel berikut:
5
Tabel 1.2. Cakupan Pelayanan PDAM/IKK di Kabupaten Kotabaru No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama PDAM/IKK PDAM Kotabaru IKK Serongga IKK Sungai Kupang IKK Sengayam IKK Bakau
Cakupan Pelayanan (%) 44,92 12,21 16,04 12,52 5,54
Keterangan Perkotaan Perdesaan Perdesaan Perdesaan Perdesaan
Sumber : SIMSPAM PDAM (2015) Kemudian hasil monitoring Konsultan Penasehat Manjemen Pusat (Central Management Advisory Consultant) Program PAMSIMAS (2015) yang telah melakukan uji petik terhadap 77 desa Program PAMSIMAS selama kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 menyebutkan bahwa baru 54% penduduk desa yang memiliki akses air bersih yang layak. Kemudian dari aspek fungsional sarana air bersih, diperoleh informasi 63% sarana air bersih baru berfungsi sebagian, 32% berfungsi baik dan 5% tidak berfungsi. Statistik pelaksanaan program seperti di atas tentunya bukanlah gambaran yang diharapkan semua pihak mengingat masih banyak masyarakat desa yang belum tersentuh pelayanan air bersih. Dimungkinkan penyebabnya adalah tingkat fungsional sarana air bersih masih rendah dan tidak berkelanjutan, pengelolaan yang kurang optimal dan kondisi lingkungan yang menurun mengakibatkan berkurangnya potensi air bersih. Permasalahan lain yang menyebabkan pelaksanaan program atau kegiatan penyediaan air bersih perdesaan di Kabupaten Kotabaru belum maksimal dikarenakan pemerintah setempat belum pernah melakukan evaluasi program atau kegiatan secara menyeluruh (komprehensif). Evaluasi yang selama ini dilakukan hanya bersifat formatif, berkisar pada pencapaian target keluaran (output) dan
6
realisasi anggaran program. Akibat belum adanya evaluasi pasca program ini menyebabkan
pemerintah
belum
dapat
memetakan
permasalahan
yang
menghambat keberhasilan program air bersih perdesaan. Ketiadaan informasi hasil evaluasi menyebabkan pemerintah kesulitan merumuskan strategi untuk menuntaskan permasalahan program air bersih perdesaan. Selain itu juga ketiadaan evaluasi ini menyebabkan pemerintah tidak bisa memberikan informasi tentang pengaruh program air bersih perdesaan dalam
peningkatan aspek
kehidupan masyarakat desa khususnya aspek sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang kondisi program air bersih perdesaan yang ada di Kabupaten Kotabaru, maka penulis memandang perlu dilakukan evaluasi program air bersih perdesaan yang lebih luas cakupannya dan lebih bersifat sumatif. Artinya bahwa evaluasi yang akan dilakukan meninjau hasil program air bersih perdesaan pada 2(dua) jenis lokasi layanan air bersih, yaitu layanan PDAM dan layanan kelompok swakelola masyarakat dengan berdasarkan pada beberapa kriteria evaluasi yang telah dirumuskan oleh beberapa pakar. Selain itu dengan adanya evaluasi ini dapat memberikan gambaran sejauh mana layanan air bersih oleh kelompok swakelola masyarakat dapat mengimbangi layanan air bersih PDAM yang telah ada terlebih dahulu.
1.2.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan gambaran
permasalahan program air bersih perdesaan
seperti dijelaskan sebelumnya maka dirumuskan masalah penelitian yang tertuang dalam dua pertanyaan penelitian (research questions) berikut:
7
1.
Bagaimana perbandingan hasil evaluasi program air bersih perdesaan di lokasi layanan air bersih PDAM dan lokasi layanan kelompok swakelola masyarakat?
2.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi hasil evaluasi program air bersih perdesaan di lokasi layanan air bersih PDAM dan lokasi layanan kelompok swakelola masyarakat?
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan: 1.
Membandingkan hasil evaluasi program air bersih perdesaan pada lokasi layanan air bersih PDAM dan lokasi layanan kelompok swakelola masyarakat di Kabupaten Kotabaru.
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil evaluasi program air bersih perdesaan di lokasi layanan air bersih PDAM dan lokasi layanan kelompok swakelola masyarakat di Kabupaten Kotabaru.
1.4. 1.
Secara teoritis, hasil
Manfaat Penelitian penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
perbendaharaan informasi keilmuan khususnya dalam kajian program air bersih perdesaan. 2.
Memberikan gambaran capaian program air bersih perdesaan oleh kelompok swakelola masyarakat dengan membandingkannya terhadap capaian program air bersih oleh PDAM.
8
3.
Menjadi bahan masukan bagi pemerintah kabupaten khususnya pemerintah desa dalam menyusun strategi pelaksanaan program air bersih perdesaan yang lebih baik dan berorientasi pada manfaat di masa depan.
1.5.
Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai program air bersih terkait dengan evaluasi atau penilaian hasil pelaksanaannya telah dilakukan beberapa peneliti sebelumnya, dengan teknik, pendekatan, fokus dan lokasi yang beragam. Antiningsih (2013) melakukan penelitian tentang Program PAMSIMAS yang dilaksanakan di Desa Kragan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dengan fokus pada tingkat efektivitas program dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Peneliti ini melakukan penelitian dengan pendekatan deduktif dan metode analisis kuantitatif. Yuliani (2014) meneliti tentang pengukuran kinerja pelayanan air bersih berbasis masyarakat di Tugurejo Kota Semarang dengan fokus pada aspek operasional, keuangan, administrasi dan kepuasan pelanggan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deduktif dan metode analisis campuran kuantitatif dan kualitatif. Afriadi (2012) melakukan penelitian tentang program PAMSIMAS di Kecamatan Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan fokus pada pengukuran dan perbandingan tingkat partisipasi di desa yang menerima hibah insentif desa dan yang tidak menerima. Pendekatan metode ini secara deduktif dengan metode analisis kuantitatif. Putri (2013) meneliti tentang pengelolaan air bersih di Dusun Prayan dan Ngelosari Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul dengan fokus pada strategi pengelolaan dan dampak keruangan yang timbul akibat
9
pengelolaan air bersih. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan metode analisis kualitatif. Nugrahini (2013) meneliti tentang program PAMSIMAS di Desa Halubau dan Jimamun Kabupaten Balangan dengan fokus penelitian menentukan faktor-faktor adopsi inovasi yang mempengaruhi perubahan pola hidup bersih dan sehat masyarakat. Pendekatan penelitian ini adalah deduktif dengan analisis menggunakan metode kuantitatif. Saniti (2012) melakukan penelitian tentang sistem penyediaan air bersih berkelanjutan di wilayah pesisir Muara Angke. Fokus penelitian adalah mencari urutan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan air bersih berkelanjutan dan urutan prioritas alternatif sistem penyediaan air bersih berkelanjutan yang bisa diterapkan di pesisir Muara Angke. Pendekatan penelitian ini secara deduktif dengan metode analisis kuantitatif. Masduqi (2010) melakukan penelitian tentang sistem penyediaan air bersih perdesaan dengan fokus pada keberlanjutan sistem perpipaan air bersih perdesaan yang dilakukan di desa-desa dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Jawa Timur. Pendekatan penelitian melalui studi kasus dengan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil tinjauan (review) beberapa penelitian di atas maka peneliti mengindikasikan adanya beberapa hal yang menjadi pembeda antara penelitian-penelitian di atas dengan penelitian ini. Terkait obyek penelitian, peneliti melakukan penelitian pada program air bersih perdesaan yang dijalankan pada kelompok desa yang layanan air bersihnya dilakukan oleh PDAM dan kelompok swakelola masyarakat. Fokus penelitian yang pertama adalah
10
membandingkan hasil evaluasi program air bersih perdesaan berdasarkan 5 (lima) kriteria yaitu responsivitas masyarakat, efektivitas, kecukupan, dampak dan keberlanjutan program. Kemudian fokus kedua adalah mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi hasil evaluasi program air bersih perdesaan yang diterapkan pada kedua lokasi layanan. Penelitian ini dilakukan secara deduktif dengan analisis gabungan kuantitatif dan kualitatif (mixed methods research). Analisis kuantitatif dengan metode statistik deskriptif dan inferensial. Sedangkan analisis kualitatif dengan teknik reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
1.6.
Sistematika Penulisan
Hasil penelitian tentang evaluasi program air bersih perdesaan ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I.
PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan memuat latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka memuat kajian yang berkaitan dengan sistem infrastruktur
perdesaan,
infrastruktur
air
bersih
infrastruktur perdesaan,
air
bersih,
evaluasi
pelayanan
program
pembangunan perdesaan serta landasan teori dalam penelitian.
dan
11
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN Bab metodologi penelitian membahas tentang jenis dan pendekatann penelitian, lokasi penelitian, variabel dan indikator penelitian, unit analisis, populasi dan sampel penelitian, metode koleksi data dan metode analisis data.
BAB IV.
GAMBARAN UMUM Bab ini menggambarkan letak lokasi penelitian, batas administrasi wilayah, topografi wilayah penelitian, kependudukan dan deskripsi program air bersih perdesaan di lokasi penelitian.
BAB V.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini memuat temuan penelitian di lapangan berkaitan hasil evaluasi program air bersih perdesaan di lokasi layanan PDAM dan kelompok swakelola masyarakat berdasarkan kriteria responsivitas, efektivitas, kecukupan, dampak dan keberlanjutan.
BAB VI.
Bab ini menyajikan kesimpulan dari penelitian dan rekomedasi yang diperlukan.