BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Persero merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dan merupakan satu-satunya perusahaan yang mengoperasikan angkutan kereta api penumpang dan barang di Indonesia. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 69 tahun 1998 menyebutkan bahwa moda transportasi kereta api memiliki karakteristik dan keunggulan khusus. Beberapa keunggulan dari kereta api adalah kemampuannya dalam mengangkut baik penumpang maupun barang secara massal, hemat energi, hemat dalam penggunaan ruang, memiliki faktor keamanan yang tinggi, tingkat pencemaran yang rendah, serta lebih efisien untuk angkutan jarak jauh. Perbandingan konsumsi bahan bakar pada kendaraan bermotor disajikan pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Jenis
Konsumsi bahan
Kapasitas
Kebutuhan bahan
kendaraan
bakar
penumpang
bakar
Sepeda motor
40 km/L
2 orang
0,03 L/orang
Mobil
12 km/L
6 orang
0,02 L/orang
Bus
0,5 L/km
40 orang
0,0125 L/orang
Kereta Api
40 L/km
1500 orang
0,002 L/orang
Pesawat
3 L/km
500 orang
0,08 L/orang
Kapal
10 L/km
1500 orang
0,006 L/orang
Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang diminati masyarakat. Sejak tahun 2011, jumlah penumpang kereta api di Indonesia terus mengalami kenaikan. Jumlah penumpang kereta api di Indonesia tahun 2015 sebanyak 325 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2016).
1
2
Jumlah Penumpang (dalam ribu orang)
350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun
Gambar 1.1 Jumlah Penumpang Kereta Api (Badan Pusat Statistik, 2016)
Di Indonesia sendiri, industri kereta api dikelola secara monopoli oleh PT KAI, namun persaingan tetap terjadi yaitu antara kereta api dengan moda transportasi lain seperti pesawat, bus, kapal, dll. Berdasarkan laporan tahunan PT KAI tahun 2014, diketahui bahwa total pendapatan perusahaan sebesar Rp 10,5 trilliun atau naik sebesar 21,8% dari pendapatan tahun 2013 sebesar Rp 8,6 trilliun. Laba komprehensif juga meningkat sebesar Rp 949 miliar dari tahun lalu sebesar Rp 561 milliar (Laporan Tahunan PT KAI, 2014). Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro menargetkan pendapatan perusahaan pada tahun 2016 meningkat sebanyak Rp 20 trilliun atau meningkat sebesar 48,18% dibandingkan dengan pendapatan tahun 2015 sebesar R 13,5 triliun (Sinaga, 2016). Sejalan dengan target pendapatan yang dicanangkan, PT KAI harus melakukan upaya agar target tersebut dapat terealisasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan manajemen pendapatan pada PT KAI. Manajemen pendapatan (revenue management) atau yang dikenal juga dengan istilah yield management merupakan suatu konsep yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan. Revenue management merupakan kebijakan pengelolaan permintaan dalam melakukan estimasi dan menggolongkan permintaan untuk menentukan harga dan kontrol
3
kapasitas yang tepat, serta seluruh sistem yang yang dibutuhkan untuk membuat kebijakan tersebut (Talluri dan van Ryzin, 2004). Pada awalnya revenue management diterapkan pada industri penerbangan. Maskapai penerbangan menerapkan harga yang berbeda-beda pada satu kelas penerbangan yang sama untuk meningkatkan pendapatan. Revenue management dapat diaplikasikan pada industri produk/jasa yang memiliki karakteristik perishable. Suatu produk/jasa dikatakan perishable jika produk tersebut tidak memiliki nilai sisa setelah melewati waktu tertentu. Selain pada industri penerbangan, revenue management dapat diterapkan pada industri perhotelan, entertainment and sport event, casino, perkapalan, dan kereta api. Armstrong et al (2010) menyatakan bahwa revenue management pada industri kereta api penumpang biasa disebut dengan Railroad Passenger Revenue Management (RPRM). Pada industri kereta api cocok untuk diterapkan revenue management dikarenakan beberapa kondisi seperti, permintaan kursi yang bersifat tidak pasti, fleksibilitas penumpang, dan kapasitas kursi yang tetap (Sakura dkk, 2015). Telah banyak dilakukan penelitian mengenai revenue management pada industri kereta api. You (2008) mempelajari bagaimana menentukan alokasi kursi penumpang untuk sistem booking pada kereta api. Pada penelitian tersebut diasumsikan terdapat 2 segmen penumpang yaitu full fare dan discount fare. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk memaksimalkan pendapatan dengan menentukan batasan pemesanan untuk semua jenis tiket, sehingga pendapatan industri kereta api tersebut dapat maksimal. Sakura dkk (2015) melakukan penelitian mengenai model kebijakan pengelolaan persediaan kursi penumpang kereta api secara dinamis untuk memaksimalkan pendapatan. Pada penelitian tersebut dilakukan simulasi dengan beberapa skenario. Dengan kebijakan pembatalan pemesanan tiket kereta api dan melakukan penambahan kapasitas pada masing-masing gerbong kereta dapat menaikkan pendapatan perusahaan apabila diterapkan pada skenario 50% kapasitas kursi penumpang dialokasikan pada tujuan Surabaya-Jakarta, sedangkan sisanya merupakan tujuan pada stasiun antara (Sakura, 2015).
4
Objek penelitian ini adalah 4 kereta api penumpang dari Yogyakarta dan Solo menuju Jakarta. Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai alokasi kursi penumpang masing-masing kelas dan strategi penetapan harga yang optimal dengan pendekatan revenue management. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan saran kepada PT KAI dalam menentukan strategi kebijakan yang terbaik sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pada sub bab 1.1 maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana menentukan alokasi kursi masing-masing subclass dan harga optimal untuk meningkatkan pendapatan pada penjualan tiket kereta api tersebut.
1.3
Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi dan batasan pada penelitian ini dibuat agar penelitian fokus
terhadap masalah yang akan diselesaikan. Berikut ini merupakan asumsi dan batasan pada penelitian ini. 1. Pembatalan (cancelation) tiket dan preferensi penumpang terhadap harga (customer valuation) tidak dipertimbangkan dalam penelitian ini. 2. Data yang digunakan untuk membangun model permintaan merupakan data penjualan pada bulan April-Juni 2016. 3. Biaya marjinal diasumsikan sebagai harga tiket sub-class terendah (J).
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut ini. 1. Menentukan alokasi kursi penumpang masing-masing sub-class untuk kereta api penumpang Argo Lawu, Argo Dwipangga, Taksaka Pagi, dan Taksaka Malam. 2. Mengembangkan model permintaan deterministik pada penjualan tiket kereta api tersebut.
5
3. Menentukan harga optimal masing-masing sub-class pada kereta tersebut dengan pendekatan revenue management. 1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menentukan alokasi kursi penumpang dan
harga optimal untuk masing-masing sub-class dalam penjualan tiket kereta api Argo Lawu, Argo Dwipangga, Taksaka Pagi, dan Taksaka Malam.