BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kunci dalam melakukan pengasuhan anak. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa baik buruknya, atau berhasil tidaknya pengasuhan yang dilakukan orangtua kepada anak yang menjadi syarat awalnya adalah komunikasi. Sayangnya masih banyak orangtua yang tidak mengetahui bagaimana tehnik komunikasi yang tepat dengan anak, khususnya anak usia dini. Dalam kenyataannya, para orangtua masih menggunakan gaya komunikasi negatif
yaitu
membandingkan,
memerintah,
menyalahkan,
mengancam,
menasehati
meremehkan, atau
mencap/melabel,
ceramah,
membohongi,
menghibur, mengkritik, menyindir dan menganalisa. Selain itu para orangtua juga terkadang masih menggunakan tehnik mengabaikan dan menyakiti secara fisik. Hal ini yang memebuat anak merasa tidak diterima atau tidak dicintai oleh orangtua. Karena dengan gaya pengasuhan tersebut yang akan di tangkap dan di rekam sebagai pesan oleh anak bukan isi pesan (Arifah, 2010:53-67). Hal ini sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di masyarakat khususnya di Kecamatan Gondanglegi bahwa orangtua seringkali melakukan gaya komunikasi negatif dalam kesehariannya seperti mengancam pada waktu anak bersikap tidak sesuai dengan apa yang diinginkan orangtua, memberi label pada anak ketika anak tidak mendengarkan apa yang dperintahkan orangtua, meremehkan kemampuan anak serta membandingkan-bandingkan kemampuan anak yang mungkin maksudnya adalah untuk memotivasi anak agar menjadi
1
seperti yang dikehendaki orangtua namun isi pesan yang ditangkap anak menjadi berbeda yaitu anak merasa bahwa orangtua tidak menginginkan mereka. Menurut Djamarah (2004:3) mengatakan bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh anak kemungkinan dikarenakan orangtua tidak menerapkan pola dan cara komunikasi secara tepat. Untuk itu komunikasi yang baik harus dibiasakan sejak anak terlahir kedunia, karena anak kecil peka terhadap pengajaran-pengajaran yang diberikan kepada mereka. Anak akan merekam dengan baik dan pada akhirnya perilaku dari hasil komunikasi itu akan terlihat saat mereka sudah besar nanti. Kebanyakan orangtua mengandalkan tehnik komunikasi satu arah, anak terkesan sebagai penerima informasi saja, satu-satunya umpan balik yang diharapkan hanyalah perilaku yang diharapkan sesuai dengan permintaan verbal orangtua. Tentu saja tehnik seperti itu tidak hanya menyulitkan anak tetapi juga orangtua tersebut. Anak memiliki segudang potensi menakjubkan tidak mungkin jika kita sebagai orangtua sama sekali tidak mendengarkan apa yang ingin anak katakan dan apa yang anak rasakan. Penelitian yang dilakukan oleh Jack Canfield (dalam Amelia, 2011) tentang komentar positif dan negatif orangtua dalam sehari. Hasilnya cukup mencengangkan yaitu setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif atau bersifat mendukung. Jadi komentar negatif enam kali lebih banyak dari pada komentar positif. Menurut
Hovland,
Janis dan Kelley
(Muhammad,
2007:2)
ilmu
komunikasi adalah upaya sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Bahkan dalam
2
definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi menurut Hovland (Muhammad, 2007:2) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain, akan tetapi seseorang dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif. Menurut Pratikno (2000:65) komunikasi orangtua dan anak adalah suatu proses hubungan antara orangtua (ayah dan ibu) dan anak yang merupakan jalinan yang mampu memberi rasa aman bagi anak melalui suatu hubungan yang memungkinkan keduanya
untuk
saling
berkomunikasi sehingga
adanya
keterbukaan, percaya diri dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang ada. Semua itu diperlukan pola komunikasi yang tepat antara orangtua dan anak. Peranan anggota keluarga dalam menciptakan suasana keluarga kuat sekali, artinya masing-masing pribadi diharapkan tahu peranannya di dalam keluarga. Keluarga merupakan suatu sistem yaitu suatu kesatuan yang dibentuk oleh bagian-bagian yang saling berhubungan satu dengan yang lain, terutama komunikasi interaksional yang dilakukan orang tua dalam mengasuh anaknya. Karena semua orangtua ingin memiliki anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan mereka. Maslow (dalam Wiryanto, 2004:22) menyatakan bahwa kepribadian anak sebenarnya terbentuk dan berkembang melalui proses komunikasi, oleh karena itu diperlukan komunikasi antar pribadi efektif yang mampu menciptakan suasana yang akrab, saling pengertian, keterbukaan, dan kedekatan antara orangtua serta anak. Komunikasi yang tepat dapat membentuk kepribadian positif yang akan tercermin melalui perilaku positif meliputi mandiri, disiplin, kreatif, terbuka, percaya diri, dan bertanggung jawab.
3
Untuk mencegah dampak yang ditimbulkan dari komunikasi negatif yang dilakukan orangtua maka para orangtua perlu diberi keterampilan khususnya komunikasi dengan anak usia dini melalui pelatihan. Menurut Bavolek (Trunzo, 2006) menyatakan bahwa pendidikan bagi orangtua dapat dipercaya sebagai strategi preventif yang utama dalam menurunkan tindakan yang merugikan bagi anak. Meningkatkan keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui pelatihan. Gordon pada tahun 1976, merintis sebuah program pelatihan yaitu Parent Effectiveness Training (PET) yang kemudian diterjemahkan dan di kenal di Indonesia, Menjadi Orangtua Efektif (MOE). Program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilannya sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak serta mengembangkan hubungan yang empatik dalam keluarga sehingga anak-anak dapat berkembang baik secara fisik maupun psikologis secara mandiri dan bertanggungjawab. Dalam program MOE ini, para orangtua dilatih untuk mampu menerima kondisi anak tanpa syarat, bahasa penerimaan, mendengar secara aktif ketika anak-anak mengalami masalah, menerapkan “pesan aku”, menerapkan “metode anti kalah” dan cara untuk mencegah timbulnya konflik dengan mengubah diri sendiri. Program ini telah terbukti efektif di beberapa negara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wood dan Davidson (2003) dalam studi yang berjudul Helping Families Cope : A Fresh look at Parent Effectiveness Training diketahui bahwa program pelatihan ini efektif untuk mengurangi perilaku negatif pada anak. Selain itu, Wood (2003) juga melakukan penelitian dengan judul How We Talk to
4
Our Children : An Evaluation of Parent Effectiveness Training of Emotional competence menunjukkan bahwa PET ini efektif dalam mengambangkan kompetensi emosional anak. Dari penjelasan diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana peran pelatihan menjadi orangtua efektif (MOE) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dengan anak usia dini.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Pelatihan Menjadi Orangtua Efektif (MOE) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dengan anak usia dini?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelatihan Menjadi Orangtua Efektif (MOE) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dengan anak usia dini
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu bagi: 1. Orangtua, dengan tujuan agar pemahaman dan pengetahuan tentang Menjadi Orangtua Efektif (MOE) dapat meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dengan anak usia dini sehingga komunikasi orangtua dan anak terjalin hubungan yang empatik.
5
2. Peneliti bidang psikologi khususnya pengasuhan anak untuk dapat mengaplikasikan Menjadi Orangtua Efektif (MOE) sebagai alternatif meningkatkan keterampilan komunikasi orangtua dan memecahkan permasalah komunikasi orangtua dengan anak.
6