BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh perusahaan untuk
menunjukkan kepada investor tentang bagaimana keadaan perusahaannya.Laporan keuangan membutuhkan opini auditor untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan, selain menilai kewajaran laporan keuangan, auditor juga melakukan penilaian terhadap kelangsungan usaha perusahaan (selanjutnya dalam skripsi ini disebut dengan opini audit going concern).Perusahaan dengan kondisi ekonomi yang memburuk dan dapat mempengaruhi kelangsungan usahanya perlu melakukan penyusunan rencanarencana manajemen. Rencana-rencana tersebut menggambarkan tindakan apa saja yang dilakukan oleh manajemen untuk mengatasi masalah going concern dan ini yang akan menjadi dasar auditor untuk melakukan penilaian selanjutnya. Standar Akuntansi (SA) 705 menyebutkan bahwa seorang auditor harus memodifikasi opininya dalam laporan auditor ketika auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material, atau auditor tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk meyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.
Perusahaan yang mengalami masalah mengenai kelangsungan usahanya dan oleh
auditor
menyimpulkan
bahwa
manajemen
tidak
mencantumkan
pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangannya, maka auditor harus menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar. Auditor harus menyatakan dalam laporan auditor bahwa terdapat suatu ketidakpastian material yang menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Opini tidak wajar diberiakan oleh auditor jika laporan keuangan telah disusun berdasarkan basis kelangsungan usaha, namun menurut pertimbangan auditor, penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam laporan keuangan oleh manajemen adalah tidak tepat (SA 570). Opini
auditgoing
concerndikeluarkan
oleh
auditor
karena
auditor
menyangsikan kelangsungan usaha perusahaan tersebut (Sutedja, 2010). Kesangsian atas kelangsungan usaha perusahaan ini dapat terjadi pada semua jenis perusahaan, begitu pula dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Opini audit going concern yang diterima oleh perusahaan yang terdaftar di BEI dapat disebabkan karena banyak faktor, salah satunya seperti kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan (financial distress), adanya perkara hukum yang dihadapi perusahaan, perusahaan menerima opini audit going concernpada tahun sebelumnya, dan ketika perusahaan melakukan pergantian auditor (auditor switching). Pada tahun 2014 terdapat 401 perusahaan yang terdaftar di BEI dan 46 diantaranya menerima opini auditgoing concern, 22 perusahaan diantaranya
menerima opini audit going concern karena faktor non keuangan yaitu saat perusahaan melakukanauditor switching. Auditor switching merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien.Cameran et al. (2009) menyatakan bahwa pergatian auditor (auditor switching) yang dilakukan oleh perusahaan merupakan suatu solusi potensial yang diambil untuk mengatasi kemungkinan masalah menurunnya kualitas audit yang disebabkan oleh masa auditor yang panjang. Pemerintah Indonesia mengatur kewajiban mengenai pergantian akuntan publik maupun KAP dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik” pada pasal 2, sebagai perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002. Peraturan tersebut membahas mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan mengenai pergantian auditor ini kemudian disempurnakan kembali dengan dikeluarkannya Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang“Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan adalah pertama, pemberian jasa umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh Seorang Akuntan Publik 3 (tiga) tahun buku berturutturut (pasal 3 ayat 1), kedua, akuntan publik dan kantor akuntan publik dapat
menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama (pasal 3 ayat 2 dan 3). Adanya kewajiban rotasi inilah yang menyebabkan perusahaan untuk melakukan auditor switching. Namun, perusahaan mengganti auditor bukan karena regulasi yang berlaku,tetapi adafaktor-faktor lain yang dapat menyebabkan perusahaan mengganti auditornya diluar regulasi yang berlaku. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergantian auditor di antaranya adanya perubahan manajemen, ketidaksepakatan antara klien dan auditor, ketidakpuasan atas audit fee (Woo dan Koh, 2001; Tate, 2006; Ismail et al. 2008; Chadegani et al. 2011), leverage dan oportunitas manipulasi income (Woo dan Koh, 2001), qualified opinion (Hudaib dan Cook, 2005; Carcello dan Neal, 2003; Calderon and Ofobike, 2008; Svanberg dan Ohman, 2014), financial distress (Naseer et al. 2006; Chadegani et al. 2011), upaya untuk mendapatkan kualitas audit yang lebih baik (Chadegani et al. 2011), risiko finansial perusahaan (Nasser et al. 2006) dan pertumbuhan perusahaan (Nasser et al. 2006). Halim (2008:95) auditor switching dapat terjadi karena ketidakpuasan terhadap KAP lama, ketidaksesuaian biaya, kualitas audit, ketidaksepakatan akuntansi, reputasi auditor dan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan. Kesulitan keuangan (financial distress) merupakan suatu kondisi dimana arus kas opersasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban lancarnya (Ross et al., 2002). Kondisi financial distress pada suatau perusahaan menyebabkan perusahaan mengalami arus kas negatif, rasio keuangan yang buruk
dan gagal bayar pada perjanjian hutang. Financial distress pada akhirnya akan mengarah
pada kebangkrutan perusahaan sehingga
kelangsungan usaha
perusahaan diragukan. Dengan adanya keraguan perusahaan untuk dapat melanjutkan kelangsungan usahanya, maka auditor dapat memberikan opini going concern. Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan financial distress auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern. Kesulitan keuangan financial distressdapat dialami oleh semua perusahaan, walaupun perusahaan tersebut merupakan sebuah perusahaan yang besar. Kondisi keuangan ini menjadi perhatian bagi banyak pihak, tidak hanya manajemen perusahaan saja, karena kelangsungan usaha dan kondisi keuangan perusahaan menentukan
kemakmuran
berbagai
pihak
yang
memiliki
kepentingan
(stakeholder), seperti diantaranya adalah para investor, kreditor, dan pihak lainnya. Jika kondisi kesulitan keuangan (financial distress) ini dapat diprediksi lebih dini, maka pihak manajemen perusahaan bisa melakukan tindakan-tindakan yang bisa digunakan untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan. Financial distress dapat timbul karena adanya pengaruh dari dalam perusahaan sendiri (internal) dan dari luar perusahaan (eksternal). Damodara (2001) dalam Agusti (2012) menyatakan faktor penyebab financial distress dari dalam perusahaan seperti kesulitan arus kas, besarnya jumlah hutang, dan kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun.
Sedangkan, faktor eksternalnya dapat berupa kebijakan pemerintah yang dapat menambah beban perusahaan, kebijakan suku bunga yang meningkat sehingga menyebabkan meningkatnya beban bunga yang ditanggung perusahaan. Penelitian sebelumnya mengenai auditor switching dan financial distress terhadap opini auditgoing concernmenunjukkan hasil yang tidak konsisten. Kumalawati (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa adanya pergantian auditor mengindikasi penerimaan opini qualified dari auditor baru. Susanto (2009) mengungkapkan dalam penelitiannya pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap pemberian opini auditgoing concern.Awie (2014) menemukan variabel pergantian auditor berpengaruh signifikan tehadap penerimaan opini audit going concern.Lennox (2000) dalam Chen et al. (2005) berpendapat bahwa perusahaan yang melakukan pergantian auditor (auditor switching) menurunkan kemungkinan mendapat opini audit yang tidak diinginkan.Diyanti (2010) dalam penelitiannya menemukan pergantian auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini auditgoingconcern. Kurangnya independensi dari auditor lama menyebabkan perusahaan melakukan pergantian auditor untuk mendapat opini audityang menjelaskan mengenai kelangsungan usahanya. Santosa dan Wedari (2007) menemukan dalam penelitiannya financial distress berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, semakin kondisi perusahaan terganggu maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Mc Keown et al. (1991) menemukan bahwa auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Astuti (2012) dan Januarti (2008) yang menemukan bahwa financial distress tidak berpengaruh pada opini audit going concern, fenomena tidak dikeluarkannya opini audit going concern pada perusahaan yang berada pada kondisi financial distress dapat disebabkan karena auditor takut untuk mengeluarkan opini audit going concern, hal ini dipercaya akan menambah buruknya keadaan perusahaan karena para investor akan menarik dananya (Venuti, 2007). Berdasarkan uraian di atas dan adanya ketidak konsistenan pada hasil-hasil penelitian sebelumnya maka dari itu perlu diteliti kembali mengenai pengaruh auditor switching dan financial distress pada opini audit going concern.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian inisebagai berikut. 1) Apakah auditor switching berpengaruh pada penerbitan opini yang menjelaskan going concern perusahaan? 2) Apakahfinancial distress berpengaruh pada penerbitan opini yang menejelaskan going concern perusahaan?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian inisebagai berikut. 1) Untuk mengetahui pengaruh auditor switching pada opini audit going concern. 2) Untuk mengetahui pengaruh financial distress pada opini audit going concern.
1.4
Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, adapun kegunaan dari penelitian inisebagai
berikut. 1) KegunaanTeoritis Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan teori di bidang akuntansi khususnya auditing dan dapat menjadikan refrensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya sehingga dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai opini audit going concern. 2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusipraktis dan bermanfaat bagi para investor dan kreditor dalam pengambilan suatu keputusan investasi yang diharapkan dan laporan keuangan yang dapat dijamin keandalannya dengan adanya opini audit going concern.
1.5
Sistematika Penulisan Pembahasan secara keseluruhan untuk skripsi ini terdiri dari lima bab yang
merupakan satu kesatuan yang utuh dan antar bab memiliki hubungan yang erat dengan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I
:
Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan penelitian.
Bab II
:
Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang berkaitan dengan
variabel
penelitian,
memaparkan
hasil
penelitian
sebelumnya yang relevan yang dapat mendukung penelitian serta merumuskan hipotesis penelitian. Bab III :
Metode Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai desain penelitian, objek penelitian, indentifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.
Bab IV :
Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum perusahaan, deskripsi variabel penelitian, hasil pengujian asumsi klasik, hasil analisis regresi linear berganda dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V
:
Simpulan dan Saran Bab ini menyampaikan simpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisis serta menyampaikan saran-saran sesuai dengan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian.