BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Peningkatan kebutuhan akan lahan akan digunakan untuk kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.Indonesia yang merupakan negara agraris, kebutuhan utama akan lahan pada umumnya untuk dijadikan areal pertanian (Fandeli, 1985). Untuk menjadikan areal pertanian, perlu dilakukan pembukaan tanah (land clearing) terlebih dahulu dari lahan yang masih perawan (virgin land) yang umumnya masih berupa hutan, kemudian menyiapkannya dan mereklamasinya sebagai tanah pertanian yang siap pakai (Kartasapoetra,1989). Kegiatan pertanian di Indonesia dapat digolongkan ke dalam sistem pertanian lahan basah dan sistem pertanian lahan kering. Sistem pertanian lahan basah yaitu berupa kegiatan persawahan yang umumya dilakukan di Pulau Jawa yang bertopografi datar dan tanahnya subur. Selain di Jawa, sebagian wilayah Pulau Sumatera juga menerapkan sistem pertanian lahan basah. Adapunsistem pertanian lahan kering berupa kegiatan perladangan, kebun, hutan rakyat dan lain- lain umumnya dilakukan di luar Pulau Jawa (Awang, 2003). Kerusakan sumberdaya alam hutan yang terjadi saat ini telah menyebabkan terganggunya keseimbangan Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti sering terjadinya erosi, banjir, kekeringan, pendangkalan sungai dan waduk serta saluran irigasi. Perubahan penutupan lahan yang begitu cepat yang terjadi saat ini
1
2
merupakan indikasi adanya tekanan yang besar terhadap sumberdaya alam oleh aktivitas manusia. Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dipandang sebagai sistem alami yang menjadi tempat berlangsungnya proses-proses biofisik hidrologis maupun kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat yang kompleks. Proses-proses biofisik hidrologis DAS merupakan proses alami sebagai bagian dari suatu daur hidrologi atau yang dikenal sebagai siklus air. Adapun kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat merupakan bentuk intervensi manusia terhadap sistem alami DAS, seperti pengembangan lahan kawasan budidaya. Hal ini tidak lepas dari semakin meningkatnya tuntutan atas sumberdaya alam (air, tanah dan hutan) yang disebabkan karena
meningkatnya pertumbuhan penduduk sehingga
membawa akibat pada perubahan kondisi tata air DAS (Susanto,S. 2012). Karakteristik lahan berbeda-beda sehingga masing- masing lahan memiliki kemampuan
yang
berbeda.
Kesalahan dalam pengelolaan
lahan dapat
menimbulkan kerusakan lahan itu sendiri dan lebih lanjut dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Selama berabad-abad, ekosistem telah mendukung kelangsungan kehidupan manusia. Pemulihan dan perlindungan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan jaminan terbaik bagi peningkatan kesejahteraan sebagian besar penduduk. Di banyak negara, terdapat banyak kelompok masyarakat yang secara sosial-ekonomi kurang beruntung dan menggantungkan diri secara langsung pada sumberdaya alam demi kehidupan sehari- hari mereka (Susanto,S. 2012).
3
Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali mengarah pada kondisi yang kurang diinginkan yaitu peningkatan erosi dan sedimentasi, penurunan produktivitas lahan dan percepatan degradasi lahan. Hasil akhir perubahan ini tidak hanya berdampak nyata secara biofisik berupa peningkatan luas lahan kritis dan penurunan daya dukung lahan namun juga secara sosial ekonomi menyebabkan masyarakat menjadi semakin kehilangan kemampuan untuk berusaha di lahannya (Asdak,2010). Degradasi lingkungan dan sumberdaya alam dengan berbagai dampak bencana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari akumulasi kerusakan hutan, lahan, erosi dan degradasi ekosistem DAS sebagai daerah tangkapan air. Menurut hasil interpretasi Badan Planologi Kehutanan, tahun 2003 kerusakan hutan dan lahan di Indonesia baik di dalam dan di luar kawasan hutan mencapai 56 juta ha dengan laju degradasi sebesar 1,6 juta ha per tahun. Sampai dengan tahun 2002 pihak Departemen Kehutanan telah melakukan reboisasi seluas 50.000-70.000 ha per tahun dan penghijauan seluas 400.000-500.000 ha per tahun (Wibowo,2004 dalam Awang, 2005). Penambahan jumlah lahan kritis di Nusa Tenggara Timur (NTT) sampai dengan tahun 2004 telah mencapai 2.109.496 ha atau 44,55% dari luas wilayah daratan NTT yang mencapai 47.349,9 km2 , dengan rincian di dalam kawasan hutan 661.680 ha dan di luar kawasan hutan 1.447.816 ha, laju degradasi mencapai 15.613 ha/th. Degradasi lahan Timor Barat dapat dilihat dari meningkatnya lahan kritis pada wilayah DAS Benain Noelmina, dalam 22 tahun
4
terakhir terjadi peningkatan lahan kritis pada DAS Benanain sebesar 255.960 ha dengan rata-rata 11.635 ha/tahun, sedangkan pada DAS Noelmina mencapai 50.603 ha dengan rata-rata sebesar 2.300 ha/tahun(Njurumana, G. ND, 2010)
1.2 Perumusan Masalah Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya serta tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah dapat menyebakan erosi dan penurunan produktivitas lahan di suatuwilayah DAS. Lebih lanjut lagi dapat menyebabkan lahan kritis. DAS Nunkurus adalah salah satu DAS yang terletak di Kabupaten Kupang, Provinsi NTT. Secara umum DAS ini memiliki tipe iklim DE yaitu sedang-agak kering. Akan tetapi bukan berarti bahwa di wilayah DAS Nunkurus bebas dari bahaya erosi. Intensitas hujan yang tinggi terjadi pada saat hujan dan faktor kelerengan akan meningkatkan resiko dan bahaya erosi. Hal ini didukung
lagi
dengan
praktek-praktek
pengolahan
tanah
yang
tidak
memperhatikan kaidah-kaidah konservasi. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: 1.
Bagaimana tingkat erosi di DAS Nunkurus?
2.
Bagaimana kondisi kemampuan lahan di DAS Nunkurus dan apakah penggunaan lahan
yang ada telah sesuai dengan kemampuan
lahannya? 3.
Bagaimana pola penggunaan lahan optimal di DAS Nunkurus ditinjau dari tingkat erosi dan kemampuan lahannya?
5
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mengetahui tingkat erosi dan bahaya erosi di DAS Nunkurus dan melakukan pendugaan tingkat erosi yang diperbolehkan.
2.
Melakukan klasifikasi kemampuan lahan di DAS Nunkurus.
3.
Memberikan gambaran dan rekomendasi secara umum arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan di DAS Nunkurus
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1.
Aspek IPTEK: Untuk
mendapatkan data dan informasi yang
interdisipliner dalam rangka pengembangan wilayah. 2.
Aspek Lingkungan: Sebagai dasar dalam rehabilitasi DAS
3.
Aspek Pembangunan Wilayah: Sebagai dasar pembangunan sektoral dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
1.5 Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian baik berupa tesis maupun disertasi yang telah dilakukan sebelumnya yang sama ataupun yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan. Akan tetapi, lokasi penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
6
Beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan seb elumnya dapat dilihat pada tabelberikut ini. Tabel 1.1 Beberapa Penelitian Lain yang Terkait dengan Erosi dan Kemampuan Lahan No
Peneliti
Tahun
Judul
Metode
Hasil
1.
Simanungkalit
Tesis 2004
Evaluasi Kemampuan Penelitian Lahan Dan Tingkat menggunakan metode Bahaya Erosi Untuk survey dan teknik Prioritas Konservasi stratified purposive Tanah di Sub DAS sampling Batang Toru Tapanuli Metode Matching Utara Sumatra Utara untuk menentukan kelas kemampuan lahan Pendekatan satuan lahan sebagai unit analisis
Klasifikasi kemampuan lahan daerah penelitian Tingkat bahaya erosi daerah penelitian Prioritas konservasi tanah di daerah penelitian Alternatif bentuk konservasi tanah di daerah penelitian
2.
La Ode Restele
Tesis 2004
Tingkat Bahaya Erosi Metode deskriptif, Daerah Aliran Sungai pengambilan data Tinalah Kabupaten sampel dengan Kulonprogo Daerah metode purposive Istimewa Yogyakarta random sampling
Peta tingkat bahaya erosi dan evaluasi bahaya erosi
Pendekatan satuan lahan menggunakan metode USLE
3.
Rusdiatmoko
Skripsi 2004
Evaluasi kemampuan Penelitian dilakukan lahan dengan dengan pendekatan menggunakan LES satuan lahan (Automatic Land Pengambilan sampel Evaluation System) dilakukan dengan dan SIG (Sistem metode stratified Informasi Geografis) purposive sampling di Kecamatan Ngawen Klasifikasi Kabupaten Gunung kemampuan lahan Kidul dengan metode matching dengan menggunakan program ALES
Satuan lahan wilayah penelitian Klasifikasi kemampuan lahan wilayah penelitian sampai dengan tingkat sub kelas Rekomendasi penggunaan lahan berdasarkan aspek kemampuan lahan
7
4.
Senawi
Disertasi 2007
Pemodelan Spasial Pemodelan spasial Ekologis Untuk ekologis bentanglahan Optimalisasi menggunakan Penggunaan Lahan pendekatan genesis DAS (Kasus di DAS geomorfologi Solo hulu) bentuklahan, arahan fungsi kawasan,kemampuan lahan, perhitungan erosi (USLE), perhitungan neraca air dan optimalisasi penggunaan lahan melalui pemodelan kuantitatif dengan linear programming menggunakan program QSB+
Penggunaan lahan aktual terbukti banyak yang tidak sesuai dengan karakteristik dan potensi biogeofisik DAS Lahan hutan terbukti memiliki kemampuan pengendalian tata air dan erosi tanah paling baik dibanding penggunaan lahan yang lain Kebutuhan luas hutan optimal setiap DAS tidak sama tergantung genesis geomorfologi bentuk lahan, kepekaan tanah,kemiringan lahan dan komposisi penggunaan lahan yang lain.
5.
Ismail
Tesis 2007
Kajian Lahan Kritis Metode deskriptif, Dengan Pendekatan pengambilan data Analisis Kemampuan sampel dengan Lahan Menggunakan metode purposive SIG dan Software random sampling LCLP di DAS Opak, Pendekatan satuan Yogyakarta lahan
Klasifikasi kemampuan lahan dan tingkat kekritisan lahan Arahan konservasi tanah di daerah penelitian
6.
Sulthani Aziz
Tesis 2007
Evaluasi Kemampuan Metode deskriptif, Lahan Dan Pendugaan pengambilan data Erosi Untuk Arahan sampel menggunakan Fungsi Penggunaan metode purposive Lahan Wilayah Sub random sampling, DAS Juwet dan Sub aplikasi model LCLP DAS Dondong Kab. dan pendekatan Gunung kidul Provinsi satuan medan sebagai DIY unit analisis dalam penentuan kemampuan lahan dan laju erosi (USLE)
Klasifikasi kemampuan lahan dan laju erosi aktual daerah penelitian Arahan penggunaan lahan optimal dengan mempertimbangkan kemampuan lahan dan laju erosi potensial dimana kebun atau perkebunan dengan kerapatan yang tinggi harus mendominasi Penggunaan lahan di kedua wilayah tersebut
8
7.
Dwi Yuli Tesis Widyatmoko 2010
Evaluasi Kemampuan Metode penelitian Lahan, Analisis bersifat deskriptif dan Neraca Air Dan Erosi pengambilan sampel Tanah Untuk Arahan dilakukan secara Penggunaan Lahan purposive random Optimal di Sub DAS sampling Sumani Sumatra Barat Unit analisis didekati dengan satuan lahan
Klasifikasi kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan Arahan penggunaan lahan optimal dengan tujuan untuk konservasi tanah dan air
8.
Sri Widarsih
Tesis 2012
Pendugaan erosi, Penelitian bersifat kemampuan lahan dan kualitatif dan kekritisan lahan untuk deskriptif Rehabilitasi Sub DAS Pengambilan sampel Tinalah, DAS Progo secara purposive random sampling Satuan analisis melalui pendekatan satuan lahan
Kalsifikasi tingkat bahaya erosi dan kemampuan lahan Informasi kesesuaian penggunaan lahan dan kemampuan lahan Arahan rehabilitasi sub DAS tinalah
9.
Joko Susilo
Tesis 2012
Arahan Penggunaan Metode penelitian Lahan Berdasarkan bersifat deskriptif Aspek Erosi Tanah, Satuan analisis berupa Kemampuan Lahan satuan lahan Dan Tekanan Penduduk di Sub DAS Cipeles Hulu DAS Cimanuk
Klasifikasi tingkat bahay erosi Informasi mengenai kesesuaian penggunaan lahan terhadap kelas kemampuan lahannya Rumusan arahan Penggunaan lahan
10.
Arif Rahman Tesis Salam 2012
Analisis Erosi Dan Penelitian bersifat Kemampuan Lahan kualitatif dan Untuk Arahan deskriptif Penggunaan Lahan Pengambilan sampel Wilayah Sub DAS secara stratified Cicajur-Cipeujeuh random sampling DAS Cimannuk, Satuan analisis berupa Kabupaten Garut, satuan lahan Jawa Barat
Diperoleh informasi mengenai laju erosi actual dan erosi yang diperbolehkan Klasifikasi kesesuaian kelas kemampuan lahan dan penggunaan lahan Arahan Penggunaan lahan yang optimal
9
12.
Defritus Aldrin Punuf
Tesis 2012
Aplikasi Penginderaan Interpretasi citra Jauh Dan Sistem penginderaan jauh baik Informasi Geografis secara manual maupun Untuk Pemetaan dengan transformasi Kerentanan Banjir digital, (Kasus DAS Nunkurus Analisis spasial Kabupaten Kupang dengan Sistem Nusa Tenggara Timur) Informasi Geografi (SIG) Analisis kerentanan banjir dilakukan dengan identifikasi parameter penentunya, seperti analisis karakteristik hujan dan analisis karakteristik fisik DAS.
Besarnya Koefiien Limpasan permukaan masingmasing tempat di daerah penelitian Pemodelan spasial kerentanan bajir di daerah penelitian