BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling dasar manusia. Kecemasan adalah reaksi normal terhadap situasi tertentu . Semua orang pernah mengalami kecemasan dalam berbagai tingkatan. Respon kecemasan dapat bervariasi sesuai tingkat keparahan mereka, dari kecemasan ringan sampai panik (Curtis, 2009). Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan dan memperhatikan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Kaplan & Saddock, 2010). Kecemasan dapat menyebabkan seseorang tidak mampu mengerjakan tugastugas yang dihadapi. Kecemasan cenderung menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya persepsi waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti peristiwa. Distorsi ini dapat mengganggu proses pembelajaran dengan menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat, dan mengganggu kemampuan menghubungkan satu hal dengan hal lain yaitu sebagai asosiasi (Kaplan & Saddock, 2010). Terdapat tiga komponen kecemasan yaitu kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen kognitif melibatkan konsentrasi buruk, hambatan berfikir yang terjadi selama aktivitas yang mungkin dapat mengganggu kinerja akibat kecemasan (misalnya masalah dalam mengingat suatu hal, kesulitan dalam membaca dan memahami pertanyaan). Komponen afektif mencakup rasa gelisah, tegang, dan
1
2
waspada. Komponen perilaku termasuk fokus belajar yang buruk, menghindari dan menunda pekerjaan(Akinsola & Nwajei, 2013). Banyak siswa mengalami kecemasan ketika menghadapi tugas-tugas akademik yang sulit. Kecemasan sosial juga dapat mempengaruhi kinerja akademik siswa. Jika siswa memiliki kecemasan sosial siswa akan merasa tidak nyaman berada dikelas dan dapat menyebabkan kecemasan akademik (Dobson, 2012). Tes dan ujian pada semua tahap pendidikan , terutama di tingkat pendidikan tinggi dianggap sebagai alat yang penting dan kuat untuk pengambilan keputusan dalam masyarakat kompetitif
dalam menentukan prestasi , keterampilan dan
kemampuan (Dobson, 2012). Telah ditemukan bahwa siswa secara konsisten menganggap ujian sebagai sumber kecemasan dan situasi yang dilanda ketidakpastian dalam menunjukkan prestasi siswa yang sebenarnya. Perasaan cemas selama menghadapi ujian dapat menghambat kinerja, sehingga kecemasan yang lebih tinggi menyebabkan penurunan prestasi belajar siswa( Rana & Mahmood, 2010). Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menentukan hubungan antara kecemasan dan prestasi . Dalam sebuah studi, Rana & Mahmood (2010) meneliti hubungan antara kecemasan dan prestasi akademik, dan menemukan hubungan negatif antara kecemasan dan prestasi. Hasilnya juga menemukan bahwa faktor kognitif ( hambatan berfikir ) memberikan kontribusi lebih pada kecemasan daripada faktor afektif ( emosional ) . Farooqi , Ghanl , & Spielberger (2012) dalam penelitian perbedaan gender dalam tes kecemasan dan prestasi akademis, menemukan bahwa mahasiswa kedokteran wanita memiliki tingkat kecemasan
3
yang lebih tinggi daripada mahasiswa kedokteran pria. Penelitian ini juga menyatakan hubungan negatif antara kecemasan dan tes prestasi akademik. Keterampilan klinis adalah salah satu prosedur yang digunakan dalam pendidikan kesehatan yang dilakukan dalam situasi yang meniru situasi klinis untuk belajar keterampilan teknis dan kompetensi yang dibutuhkan dalam bidang kesehatan sebelum kontak langsung dengan pasien (Widyandana & Rahmawaty, 2008). Ujian Skill merupakan bagian dari sistem penilaian. Tujuan ujian skill yaitu menilai kompetensi dan ketrampilan klinis mahasiswa secara objektif dan terstruktur. Ujian skill terdiri dari serangkaian simulasi pasien yang melibatkan anamnesis, pemeriksaan fisik, konseling atau manajemen pasien. Hal ini biasanya diamati dan dinilai langsung oleh penguji. Ujian skill ini terdiri dari beberapa stase, masing-masing sekitar 5-10 menit panjangnya (Simunovic & Grkovic, 2012). Ujian skill di Fakultas Kedokteran UMM memiliki potensi menimbulkan kecemasan bagi mahasiswa. Dengan kecemasan yang dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan dalam berpikir mahasiswa untuk mengerjakan soalsoal di setiap stase ujian skill sehingga berpengaruh pada prestasi. 1.2 Rumusan Masalah Adakah hubungan antara kondisi cemas dengan nilai ujian skill yang dicapai mahasiswa wanita FK-UMM angkatan 2011?
4
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara kondisi cemas dengan nilai ujian skill yang dicapai mahasiswa wanita FK-UMM angkatan 2011.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa wanita FK-UMM angkatan 2011 sebelum ujian skill 2. Mengetahui nilai rata-rata ujian skill mahasiswa wanita 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1.4.1
Akademis
1. Dapat mengetahui kondisi cemas saat menghadapi ujian skill dengan prestasi yang didapat mahasiswa wanita FK UMM angkatan 2011. 2. Memberikan informasi kondisi cemas saat menghadapi ujian skill dengan prestasi yang didapat mahasiswa FK UMM angkatan 2011 sehingga diharapkan pihak akademik bisa mengkondisikan agar situasi ujian tidak terlalu mencemaskan. 3. Mengetahui warning sign kecemasan, sehingga meminimalisasi faktor resiko cemas selama menghadapi ujian skill. 4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
5
1.4.2
Masyarakat 1. Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat selingkup fakultas dan upaya mengurangi kecemasan sebelum menghadapi ujian skill sehingga memperlancar saat proses ujian skill.