BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tidak ada manusia yang sempurna, artinya semua orang pernah mengalami situasi
sulit. Ada beberapa orang yang sebenarnya memiliki
kemampuan dan pengetahuan standar, tetapi sangat gampang memperoleh pekerjaan, bahkan beberapa kali pindah tempat kerja. Sementara, beberapa orang lainnya yang memiliki kemampuan hebat dan IPK yang tinggi, tak jarang usahanya kandas sampai ditahap tes wawancara kerja. Tahap seleksi wawancara merupakan tahapan yang harus dilewati pencari kerja sebelum mendapatkan pekerjaan, hal ini sangat penting karena interviewer akan menilai dan mengambil segala informasi yang dibutuhkan tentang calon karyawan secara langsung. Tahap wawancara tidak akan melihat seberapa bagus IPK dan pengetahuan calon karyawan, tetapi lebih memperhatikan kesiapan calon karyawan dalam hal menjual kekuatan diri dan meyakinkan para interviewer. Tujuan wawancara kerja adalah untuk menilai sisi psikologis, perilaku, kepemimpinan, komitmen, kejujuran, tanggung jawab, dan segudang nilai kebaikan yang masuk dalam penilaian perusahaan (Dirgantoro dan Pratono, 2012:iii). Fase ini merupakan tahapan yang sangat menentukan. Jadi, jangan pernah meremehkan tes wawancara kerja. Seorang calon karyawan akan dipanggil sebuah perusahaan untuk menjalani sesi wawancara kerja, itu menunjukkan bahwa calon karyawan untuk sementara dianggap masuk kedalam kriteria perusahaan tersebut. Dengan kata lain Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
calon karyawan dianggap memiliki kualitas diri yang baik dimata perusahaan. Itu berarti, calon karyawan tersebut juga telah menyisihkan puluhan bahkan ratusan pesaing yang merebutkan sebuah pekerjaan. Selangkah lagi, calon karyawan akan mendapatkan pekerjaan, dan umumnya tes wawancara kerja merupakan tahapan terakhir yang harus dihadapi oleh para pencari kerja. Banyak peserta yang gagal dalam tahap wawancara. Lalu, apa susahnya menjalani tahap wawancara? Terkadang ada pertanyaan yang menjebak yang membuat peserta tes kehilangan poin dan harus pulang dengan tangan hampa. Jadi, langkah terbaik adalah menyiapkan diri kita dengan berlatih menjawab segala kemungkinan pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Perlu diingat, setiap jawaban yang kita berikan konsekuensinya akan
melahirkan sebuah
pertanyaan lanjutan. Jadi, usahakan menjawab dengan jawaban berani, tepat dan jujur. Pewawancara sangat cermat dan akan segera tahu bila jawaban kita dibuatbuat dan bohong agar penilaian kita baik. Jika kita lakukan dan mereka menyadarinya, otomatis kita akan kehilangan poin dan usaha kita memperoleh sebuah pekerjaan akan kandas begitu saja. Wawancara kerja adalah bagian terpenting ketika seseorang akan memasuki dunia kerja. Pewawancara merupakan sarana dari perusahaan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari calon karyawan, yaitu kepribadian calon karyawan, latarbelakang keluarga, pendidikan dan sebagainya. Bagi calon karyawan, wawancara berarti kesempatan untuk mempromosikan diri. Berkas lamaran dan persyaratan yang diajukan oleh pelamar kerja akan diproses lebih lanjut dalam wawancara kerja. Proses ini tentu saja dapat berlangsung lama atau sebentar. Tes wawancara kerja umumnya adalah proses final untuk memutuskan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
apakah anda akan diangkat sebagai karyawan atau tidak. Namun, bukan soal waktu yang menentukan berhasil atau tidaknya wawancara tersebut, melainkan pemahaman calon karyawan akan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pewawancara sehingga bisa memberi jawaban yang tepat. Bagi beberapa orang, wawancara kerja mungkin adalah momok yang menakutkan. Kecemasan atau ketakutan yang muncul sebelum atau pada saat wawancara itu memang wajar. Apalagi jika seseorang belum memiliki pengalaman kerja atau baru pertama kali melamar pekerjaan. Sebenarnya orang yang berulang kali melamar pekerjaan pun bisa mengalami hal yang sama. Mungkin perbedaannya adalah ia bisa mengelola emosi sehingga pengendalian dirinya lebih terjaga. Hal itu dikarenakan ia sudah terlatih menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan pewawancara. Pengendalian diri dan pengelolaan emosi memang sangat penting dalam mengikuti wawancara kerja. Oleh karena itu, masalah utama yang selalu dihadapi oleh sebagian besar calon karyawan atau pegawai dalam wawancara kerja adalah kepercayaan diri. Philips (Apollo, 2007:17) menyebut kecemasan komunikasi dengan istilah reticence , yaitu ketidakmampuan individu untuk mengikuti diskusi secara aktif, mengembangkan percakapan, menjawab pertanyaan yang diajukan di kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi karena adanya ketidakmampuan dalam menyusun kata-kata dan ketidakmampuan menyampaikan pesan
secara
sempurna,
meskipun
sudah
(www.psikologi-unissula/article/88579). Siapapun
dipersiapkan tidak
sebelumnya
menyangkal
kalau
kepercayaan diri itu penting, apalagi ketika bertatatap muka dengan orang yang belum dikenal. Kepercayaan diri terkadang luntur lalu berubah menjadi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
kegugupan sehingga seseorang tidak fokus menjawab pertanyaan yang diajukan atau mendengarkan instruksi yang diberikan. Akibatnya adalah calon karyawan mengalami kegagalan. Namun, apakah kepercayaan diri saja sudah cukup untuk berhasil melewati tes wawancara? Tidak. Masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan umum dan kejadian masa kini, wawasan, keterampilan, pengetahuan tentang perusahaan yang dituju, bentuk usaha perusahaan tersebut, serta pengetahuan tentang pekerjaan yang dilamar. Selain kepercayaan diri dan pengetahuan mengenai perusahaan dan pekerjaan yang dilamar, sebaiknya calon karyawan juga memiliki sikap mental positif. Sikap mental ini erat kaitannya dengan pembentukan kepercayaan diri. Namun, Harus diingat bahwa rasa percaya diri yang berlebihan akan menimbulkan persepsi negatif dari pewawancara, Karena ia akan menganggap calon karyawan adalah orang yang arogan dan sulit diatur. Oleh karena itu, sikap mental ini tidak hanya berkisar pada rasa percaya diri, tetapi juga hubungan dengan orang lain. Kecemasan dan ketidakpastian yang dialami calon karyawan berpengaruh terhadap interaksi komunikasi antarpribadi calon karyawan dan pewawancara. Dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (2001:80), De Vito mengungkapkan bahwa kecemasan berkomunikasi merujuk pada rasa malu, keengganan berkomunikasi, ketakutan berbicara didepan umum, dan sikap pendiam dalam interaksi komunikasi.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kecemasan ini jika tidak dapat diatasi, maka akan mengalami peningkatan. Menurut Spilberger (Triantoro & Nofrans 2009:53) bentuk kecemasan berkomunikasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Kecemasan berkomunikasi yang muncul dalam diri seseorang ( trait anxiety). Yaitu
kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa
terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarya tidak bahaya. Kecemasan dalam kategori ini lebih disebabkan karena kepribadian individu tersebut memang mempunyai potensi cemas dibandingkan individu lain. Keadaan cemas ini muncul tanpa memperhatikan situasi khusus. 2. Kecemasan yang timbul karena situasi sosial yang menyebabkan seseorang tidak mampu menyampaikan pesannya secara jelas (state anxiety). Yaitu keadaan dan kondisi emosional sementara pada diri seseorang yanaga ditandai dengan perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan dengan sadar serta bersifat subjektif. Keadaan takut akan terlihat jelas, khusus untuk situasi komunikasi tertentu. Devito mencontohkan individu yang merasa takut saat berbicara di depan umum tetapi tidak saat komunikasi diadik, atau individu yang merasakan kecemasan berkomunikasi saat proses wawancara namun tidak ada kecemasan saat berbicara di depan umum, Kecemasan yang timbul karena situasi sosial ini sangatlah umum keadaan ini dialami banyak orang saat berada dalam situasi tertentu. Kecemasan yang semakin meningkat dapat menghambat komunikasi antarpribadi antara pewawancara dan calon karyawan, pewawancara dapat saja Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
mengurangi poin kita atau malah mereka salah paham dikarenakan sikap dan ucapan kita yang semakin kaku atau mengawur. Hal inilah yang menjadi latar belakang untuk melakukan penelitian tentang “Kecemasan Berkomunikasi Antarpribadi Dalam Menjalani Tes Wawancara Kerja”. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengalaman mereka dalam tes wawancara, apakah calon karyawan merasa antusias, cemas dalam tahap perkenalan, maupun tahapan untuk mengetahui personal calon karyawan, dan apakah tingkat kecemasan mereka meningkat atau menurun selama proses wawancara? 2. Bagaimanakah
komunikasi antarpribadi pewawancara dan calon
karyawan dalam tes wawancara kerja? 3. Faktor-faktor apakah yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya kecemasan calon karyawan dalam pengalaman mereka menghadapi tes wawancara, dan bagaimana mereka mengatasinya.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1.3 PEMBATASAN MASALAH Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan studi deskriptif sebagai metode riset peneliti. 2. Yang menjadi perhatian peneliti adalah kecemasan berkomunikasi dan cara mengatasinya selama menjalani tes wawancara. 3. Penelitian terbatas pada calon karyawan yang pernah mengikuti lowongan pekerjaan melalui PJK USU dan sudah menjalani tes wawancara kerja minimal 2 kali di Kota Medan. 4. Penelitian berlangsung sejak Maret hingga selesai.
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bertujuan untuk memahami kecemasan calon karyawan dalam pengalaman interaksi komunikasi mereka dengan pewawancara dalam tes wawancara kerja. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan interaksi komunikasi antarpribadi calon karyawan dan pewawancara dalam tes wawancara kerja.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3. Penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang berpotensi menjadi penyebab kecemasan mereka dalam pengalaman tes wawancara kerja dan bagaimana mereka mengatasinya. 1.4.2. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian kualitatif dalam bidang ilmu komunikasi 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya khasanah penelitian tentang komunikasi antarpribadi sebagai bagian dari ilmu komunikasi. 3. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bersama dalam memahami konteks komunikasi antarpribadi dalam tes wawancara kerja.
1.5 KERANGKA TEORI 1.5.1. Komunikasi Antarpribadi Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat bekerja, organisasi sosial, dan lain sebagainya. Semua ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan di dalam lingkungan, komunikasi, frekuensi pertemuan, jenis relasi mutu dari interaksi-interaksi di antara mereka tetapi juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan diantara mereka satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Menurut Lasswell dalam bukunya “The Structure and function of Communication
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
in Society”. Cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: who, says what, in which channel, to whom, with what effect (Rakhmat, 2002:2 ). Ciri khas komunikasi interpersonal ini ialah sifatnya dua arah atau timbal balik (two ways traffic communications). Di dalam komunikasi interpersonal, komunikator dan komunikan saling berganti fungsi. Menurut Joseph A. Devito, ciri komunikasi antarpribadi yang efektif adalah keterbukaan, (openness), empati (emphaty), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness), kesetaraan (equality). (Liliweri,1991:13). 1.5.2 Communication Apprehension Tingkat kecemasan ataupun ketakutan individu yang berkaitan dengan komunikasi yang sedang atau yang akan dilakukan dengan orang lain dinamakan dengan Communication apprehension (Devito, 2001:80). Communication apprhension merupakan perilaku yang biasa dan normal karena setiap individu mengalaminya, namun tidak semua individu dapat mengatasi hal ini sehingga dapat menggangu komunikasi individu tersebut dengan orang lain. Petterson dan Ritts dalam penelitiannya mengemukakan beberapa parameter yang menunjukkan komunikator mengalami kecemasan sosial dan komunikasi. Menurut mereka kecemasan sosial dan komunikasi, memiliki aspek fisik, aspek tingkah laku, serta aspek kognitif.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Joseph
A.
Devito
(Devito:81-82)
menuliskan
faktor-faktor
yang
meningkatkan kecemasan berkomunikasi, antara lain: 1. Degree of Evaluation 2. Subordinate Status 3. Degree of Consciousness 4. Degree of unpredictability 5. Degree of dissimiliarty 6. Prior success and failures 7. Lack of communication skill and experience Terkait dengan pemikiran negatif, Patterson dan Rits mengemukakan: “ Negative thinking can lead to anxious self-perceptions that keeps a person from considering all of the information and cues in the environment.” (Pemikiran negatif menyebabkan seseorang menjadi terlalu khawatir dengan dirinya sendiri sehinnga ia harus memperhitungkan segala informasi dan gejala yang muncul dari lingkungan sekitarnya). Hal ini menyebabkan proses dan pengolahan informasi yang normal terganggu yang pada akhirnya mendorong seseorang untuk menarik diri dari lingkungannya. (Morissan, 2010:9) 1.5.3. Teori Pengurangan Ketidakpastian ( Uncertainly Reduction Theory) Teori ini pertama sekali dekembangkan oleh Berger dan Calabrese pada tahun 1975. Tujuan Berger dan Calabrese dalam membangun teori ini adalah untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian antara orang-orang yang baru saling mengenal yang terlibat dalam percakapan. Teori pengurangan ketidakpastian membahas proses dasar bagaimana Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
kita memperoleh pengetahun mengenai orang lain melalui interaksi komunikasi, dalam (Morissan, 2010:86) Berger dan Calabrese menuliskan tujuh aksioma ketidak pastian, yakni: 1. Ketidakpastian tinggi, mendorong komunikasi verbal 2. Pernyataan nonverbal rendah, ketidakpastian tinggi 3. Ketidakpastian tinggi mendorong pencarian informasi rendah 4. Ketidakpastian tinggi, keakraban komunikasi rendah 5. Ketidakpastian tinggi, resiprositas tinggi 6. Kesamaan mengurangi ketidakpastian 7. Ketidakpastian tinggi, kesukaan rendah (Morrisan, 2010:93)
1.6 KERANGKA KONSEP Burhan Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. ( Bungin 2001:73 ) Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian ( Nawawi, 1995:40 ).
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Maka model teoritis dari kerangka konsep yang akan deteliti adalah: Gambar .1.1: Model teoritis
Menghimpun data mengenai pengalaman informan pada saat wawancara kerja
Menganalisis kecemasan informan pada saat wawancara kerja
Mendeskripsikan interaksi yang terjadi saat wawancara kerja
Sumber: Peneliti, 2012
1.7. Operasionalisasi Konsep Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka konsep operasional tersebut dijadikan acuan untuk memecahkan masalah. Agar konsep operasional tersebut dapat membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, maka dioperasionalkan sebagai berikut: Tabel 1.1: Operasional konsep
Konsep Operasional Komunikasi
Antarpribadi
Operasionalisasi Konsep calon 1.Komunikasi antarpribadi yang efektif
karyawan dan pewawancara a. Keterbukaan (Openness) b. Empati (Empathy) -
Turut merasakan perasaan orang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
lain - Terlibat aktif melalui ekspresi wajah dan gerak c. Dukungan (Supportiveness) -
Situasi
yang
mendukung
terbuka
untuk
berlangsungnya
komunikasi efektif. d. Rasa positif (Positiveness) - Penilaian positif komunikator pada komunikan - Sikap positif karena suasana yang menyenangkan e. Kesamaan (Equality) - Memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokrasi -
Mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pendapat.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Faktor
Pengaruh
dan
Eksplorasi 1. Uncertainty Reduction Theory
Komunikasi Antarpribadi a. ketidakpastian tinggi, mendorong komunikasi verbal b. pernyataan nonverbal rendah, ketidakpastian tinggi c. ketidakpastian tinggi mendorong pencarian informasi rendah d. ketidakpastian tinggi, keakraban komunikasi rendah e. ketidakpastian tinggi, resiprositas tinggi f. kesamaan mengurangi ketidakpastian g.ketidakpastian
tinggi,
kesukaan
rendah 2. Communication Apprehension a. Parameter kecemasan berkomunikasi - Aspek fisik
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
- Aspek tingkah laku - Aspek kognitif b. Faktor - faktor yang meningkatkan kecemasan berkomunikasi - Degree of Evaluation - Subordinate status - Degree of conspicuousness - Degree of unpredictability - Degree of dissimilarity - Prior success and failures - Lack of communication skills and experience
Sumber: Peneliti, 2012
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1.8 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara mengukur variabel-variabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. (Singarimbun,1995:46) Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Komunikasi antarpribadi calon karyawan dan pewawancara a. Keterbukaan (Openess) Keterbukaan calon karyawan terhadap pewawancara sebagai seseorang yang akan mengujinya, serta keterbukaan untuk saling memberikan informasi yang membantu sebagai tahapan tes terakhir untuk mendapat pekerjaan. b. Empati ( Emphaty) Sikap menerima atau tidak menerima dalam membentuk konsep diri yang positif dan meningkatkan motivasi diri calon karyawan. c. Dukungan (Supporttiveness) Perhatian dan mau mendengarkan keterangan dari calon pewawancara. d. Rasa Positif ( Positiveness ) Perasaan dan pikiran positif serta optimis akan kemampuan calon karyawan sendiri.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
e. Kesamaan (Equality) Sama-sama saling pengertian dan saling respek dalam memberi dan menjawab pertanyaan. 2. Faktor pengaruh dan eksplorasi komunikasi antarpribadi a. Uncertainly Reduction Theory -
Ketidakpastian tinggi, mendorong peningkatan komunikasi verbal. Ketidakpastian
tinggi
pada
tahap
perkenalan,
mendorong
peningkatan komunikasi verbal antara calon karyawan dan pewawancara. Dua orang yang tidak saling kenal perlu berbicara lebih banyak agar dapat lebih akrab, terbuka. -
Pernyataan nonverbal rendah, ketidakpastian tinggi Pada tahap awal interaksi komunikasi antarpribadi dalam tes wawancara, ketika pernyataan nonverbal rendah, maka tingkat ketidakpastian meningkat. Meraka perlu melakukan kontak mata yang lebih bersahabat dan lebih lama.
-
Ketidakpastian tinggi mendorong pencarian informasi rendah Ketidakpastian yang tinggi pada pewawancara maka akan meningkatkan upaya untuk mencari informasi dari calon karyawan.
-
Ketidakpastian tinggi, keakraban inti komunikasi rendah Tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam hubungan wawacara menyebabkan turunnya tingkat keintiman isi komunikasi. Tingkat keakraban yang tinggi ditandai dengan keterbukaan para pihak untuk mengungkapkan informasi mengenai dirinya.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
-
Ketidakpastian tinggi, resiprositas tinggi Semakin sedikit informasi yang diberikan oleh calon karyawan maka
pewawancarakan
melakukan
hal
yang
serupa,
dan
sebaliknya. -
Kesamaan mengurangi ketidakpastian dan perbedaan akaan meningkatkan ketidakpastian. Kesamaan
respek
antara
keduanya
akan
mengurangi
ketidakpastian. -
Ketidakpastian tinggi, kesukaan rendah Ketidakpastian yang meningkat antara calon karyawan
dan
pewawancara akan mengurangi perasaan tertarik. b. Communication Apprehension Parameter kecemasan berkomunikasi 1. Aspek fisik Kecemasan berkomunikasi yang terlihat dari fisik individu, seperti denyut jantung, tangan yang dingin karena gugup. 2. Aspek tingkah laku Kecemasan berkomunikasi yang terlihat dari tingkah laku individu seperti penghindaran, perlindungan diri, tidak berani bertatapan mata secara langsung, menunduk. 3. Aspek kognitif Kecemasan berkomunikasi
yang dapat dilihat dari kerangka
berpikir individu seperti terlalu fokus pada diri sendiri, serta timbulnya pemikiran negatif.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang meningkatkan kecemasan berkomunikasi : 1. Degree of Evaluation Semakin tinggi calon karyawan merasa dirinya sedang dievaluasi, maka kecemasan akan semakin meningkat. 2. Subordinate status Saat calon karyawan merasa bahwa pewawancara memiliki pengetahuan dan wibawa yang jauh lebih luas dari calon karyawan maka kecemasan berkomunikasi akan semakin meningkat. 3. Degree of consciuousness Semakin sadar calon karyawan dengan kekurangannya, maka kecemasan komunikasi akan semakin tinggi. 4. Degree of unpredictability Semakin banyak situasi tak terduga, maka semakin tinggi tingkat kecemasan. 5. Degree of similiarity Saat calon karyawan merasakan semakin banyak persamaan maka kecemasan akan berkurang. 6. Prior succes and failures Keberhasilan atau kegagalan calon karyawan di suatu tes wawancara akan berpengaruh terhadap respon calon karyawan pada tes selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
7. Lack of communication skills and experience Kurangnya kemampuan dan pengalaman calon karyawan akan menyebabkan kecemasan berkomunikasi,
terutama jika calon
karyawan tidak berusaha untuk meningkatkan kemampuannya.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara