BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Teknologi merupakan elemen yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan masyarakat. Dia berperan sebagai alat yang diniatkan sebagai perangkat untuk membantu tercapainya tujuan manusia sekaligus memudahkan kerja manusia. Dalam kapasitasnya yang demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa teknologi dan tidak ada masyarakat yang mampu mengembangkan peradaban serta kebudayaannya tanpa teknologi. Namun demikian, teknologi seringkali berkembang dengan cara yang tak terduga. Apa yang pada mulanya diikhtiarkan sebagai pemudah kehidupan manusia acapkali justru menciptakan efek-efek yang tidak diharapkan. Sifat ambigu dan kompleks yang melekat pada teknologi tersebut menunjukkan manifestasinya yang tegas lebih-lebih pada era modern, di mana berbagai teknologi yang lebih canggih, kompleks, dan rumit dikembangkan. Meskipun diakui bahwa penciptaan teknologi modern disertai pula dengan penciptaan rasa nyaman dan tawaran kemudahan yang semakin tinggi, namun serentak dengan itu risiko yang ditimbulkan dari teknologi tetaplah melekat jika bukannya bertambah tinggi. Teknologi telah menjadi elemen yang sedemikian vital
1
dalam sistem kerja masyarakat modern hingga dalam beberapa hal dapat dikatakan bahwa masyarakat modern adalah masyarakat yang bergantung pada teknologi. Meskipun sifat teknologi yang kompleks tersebut telah disadari, sebagian besar pihak tetap percaya dan bersedia untuk menggunakan teknologi sebagai perangkat untuk membantu kehidupan. Pemerintah misalnya, selalu mencanangkan pembangunan dan modernisasi teknologi di daerah-daerah tertinggal dengan harapan bahwa daerah tersebut mampu untuk maju dan mengejar ketinggalannya. Sementara pada sisi warga, sifat mengandalkan teknologi yang sama juga dapat ditemukan. Dalam kehidupan sehari-harinya, sebagian besar warga hampir tidak dapat lepas dari teknologi, mulai dari teknologi listrik, transportasi, sampai telepon genggam. Adapun pada level komunitas atau masyarakat, dapat ditemui berbagai inisiatif kolektif untuk mengenalkan dan menginstalasi teknologi-teknologi yang dirasa bermanfaat demi memajukan kehidupan bersama. Internet adalah salah satu dari teknologi modern yang banyak dirujuk sebagai akselerator kemajuan tersebut. Fenomena ini cukup jamak ditemui di Kota Yogyakarta. Di kota ini, terdapat beberapa kampung yang secara sadar membangun jaringan internet untuk warganya demi perkembangan dan kemajuan kehidupan warga kampung. Kampung semacam ini biasa disebut dengan “kampoeng cyber”. “Kampoeng cyber” pertama yang dirintis di Yogyakarta terletak di RT 36, RW 09, Taman, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Warga setempat menamakan kampung mereka RT 36 Taman “kampoeng cyber”, sebagaimana yang
2
tertulis pada salah satu tembok yang dihiasi mural di kampung tersebut. Meskipun baru dibuka sebagai “kampoeng cyber” pada Juni 2009, sesungguhnya sudah sejak 2008 pembentukan “kampoeng cyber” dicanangkan. Rumah-rumah warga di kampung yang terletak persis di belakang obyek wisata Istana Air Tamansari tersebut sebagian besar terhubung dengan jaringan kabel internet yang berpusat di rumah salah satu warga. Pembangunan jaringan internet tersebut dilakukan secara gotong-royong oleh warga dengan bekerjasama dengan sebuah perusahaan telekomunikasi nasional. Pembangunan “kampoeng cyber” di RT 36 Taman merupakan sebuah fenomena yang menarik. Sebagian besar warga yang tinggal di kampung tersebut adalah masyarakat yang secara status sosial-ekonomi berposisi menengah ke bawah. Rata-rata warga bekerja di sektor informal dan memiliki latar belakang pendidikan dengan tingkat menengah. Rumah-rumah yang ada terkesan padat karena saling berhimpitan. Sebagai sebuah kampung di tengah perkotaan, kehidupan sosial di antara para warga menunjukkan pola yang serupa dengan warga yang tinggal di daerah pedesaan. Keguyuban antarwarga masih terjaga dengan baik yang ditandai dengan rutinnya kegiatan gotong-royong dan kegiatan komunal lain (arisan, siskamling, pengajian, olahraga bersama) yang diselenggarakan secara rutin. Namun ternyata warga yang tinggal di kampung tersebut justru memiliki inisiatif untuk membangun jaringan internet yang terhubung ke sebagian besar rumah warga. Padahal, internet selama ini diasosiasikan sebagai teknologi yang hanya digunakan oleh kelompok menengah ke atas seperti kaum professional, pengusaha, dan mahasiswa. Selain itu, internet juga tergolong sebagai teknologi yang canggih sehingga hanya kalangan tertentu yang
3
mampu mengoperasikannya, yakni mereka yang telah melek dengan komputer dan teknologi informasi terbarukan. Pemasangan jaringan internet di rumah warga RT 36 Taman memang tidak berlangsung secara massal dan serentak. Ide dari pembangunan “kampoeng cyber” dipelopori oleh dua orang, yakni Ketua RT Heri Sutanto dan seorang warga Sasongko Wahyukusumo. Pak Heri adalah pegawai teknologi informasi yang bekerja di salah satu kampus swasta yang ada di Yogyakarta dan Mas Koko, panggilan akrab Sasongko Karena latar belakang pekerjaannya, tidak heran jika mereka mahir menggunakan internet dan pada akhirnya secara bersama-sama bergerak menjadi pelopor pembentukan “kampoeng cyber”, meskipun bukan berarti bahwa hanya mereka berdualah warga yang saat itu bisa menggunakan internet. Wahyukusumo, adalah desainer grafis lepas yang biasa memanfaatkan internet untuk bekerja. Mereka berdua prihatin menghadapi fakta bahwa sebagian besar warga tidak mempunyai akses internet di rumah dan tidak dapat pula menggunakannya. Padahal seandainya warga dapat memanfaatkan internet, beberapa manfaat positif dapat dipetik. Misalnya adalah manfaat ekonomi berupa semakin majunya usaha warga karena mereka dapat mempromosikan produk yang dijualnya di internet. Sebagian warga RT 36 Taman memang berprofesi sebagai pengusaha kecil atau menengah. Terdapat beberapa rumah tangga yang membuka usaha kecil dan menengah (UMKM) dengan menjual berbagai macam produk dan jasa seperti batik, peralatan pancing, sablon, jasa pijat, dan lain-lain. Sosialisasi pun dilakukan oleh Pak Heri dan Mas Koko untuk mengajak dan meyakinkan warga agar memasang jaringan internet. Berbagai manfaat internet dan cara
4
untuk menggunakan internet diberitahukan secara pelan-pelan dan bertahap pada berbagai pertemuan kewargaan. Mulanya hanya ada ada tujuh rumah yang tersambung. Lambat laun semakin banyak rumah tangga yang memutuskan rumahnya untuk dipasangi internet. Kini sebagian besar rumah telah terhubung dengan jaringan internet. Selain itu, di pos ronda yang terletak di ujung kampung juga disediakan satu buah komputer yang dapat digunakan oleh siapa pun untuk mengakses internet secara gratis. RT 36 pun kemudian menjadi termasyhur dengan julukan “kampoeng cyber”, yang menarik kedatangan wistawan, media massa, peneliti, dan pihak-pihak dari luar (mahasiswa, pemerintah daerah) yang ingin belajar. Berdasarkan paparan mengenai gambaran umum dari RT 36 Taman “kampoeng cyber” di atas, dapat dilihat bahwa warga RT 36 Taman mengalami perubahan sosial yang cukup signifikan, yakni perubahan kehidupan sehari-hari dalam komunitas ketetanggaan dari yang sebelumnya tidak mempunyai akses dengan internet menjadi mempunyai akses dengan internet. Bersama dengan perubahan dasar tersebut, muncul pula perubahan lain yang mengiringi berupa peningkatan keterampilan dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet dan komputer. Kemudian, dari peningkatan keterampilan tersebut, warga memperoleh manfaat-manfaat sosial yang sebelumnya tidak pernah mereka bayangkan, seperti semakin dikenalnya kampung dan usaha mereka (bagi yang memiliki tempat usaha), semakin luasnya jaringan mereka, dan semakin mudahnya mereka mengakses informasi terbaru tentang segala macam hal dari seluruh penjuru dunia.
5
Penulis ingin mengkaji mengenai proses yang dijalani oleh komunitas ketetanggaan yang ada di RT 36 Taman dalam menggunakan dan memanfaatkan internet dalam kehidupan sehari-harinya. Bagi penulis, proses ini merupakan hal yang menarik karena di dalamnya dapat dilihat sebuah transformasi radikal yang berlangsung dengan cepat. Sebelum berdirinya kampung internet, sebagian besar warga tidak pernah atau setidaknya tidak mahir menggunakan dan memanfaatkan internet. Namun, dalam waktu yang relatif singkat, mereka dapat diyakinkan mengenai pentingnya akses internet hingga kini akhirnya sebagian besar warga telah tersambung dengan internet. Dalam waktu yang relatif singkat pula, sebagian besar warga dapat mengubah kondisinya dari yang mulanya tidak dapat menggunakan internet menjadi mahir menggunakannya. Untuk mengetahui proses yang dijalani dalam menggunakan dan memanfaatkan
internet
dalam
kehidupan
sehari-hari
tersebut,
penelitian
ini
memanfaatkan teori domestikasi teknologi sebagai kerangka teoretis.
1.2. RUMUSAN MASALAH -
Bagaimana proses domestikasi teknologi yang dilakukan oleh komunitas ketetanggaan di RT 36 Taman Yogyakarta?
6
1.3. TUJUAN PENELITAN -
Mengkaji proses domestikasi teknologi yang dilakukan oleh komunitas ketetanggaan di RT 36 Taman Yogyakarta.
1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Manfaat Teoretis 1) Memberikan kontribusi wawasan dan pengetahuan dalam bidang ilmu sosiologi. 2) Memberikan kontribusi wawasan dan pengetahuan dalam kajian-kajian dalam berbagai bidang ilmu yang berkait dengan penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam suatu komunitas. 1.4.2. Manfaat Praktis 1) Dapat menjadi masukan bagi warga RT 36 Taman Yogyakarta untuk mengembangkan kualitas dari “kampoeng cyber” yang dikelola dan dihidupinya. 2) Bagi warga yang tinggal di tempat lain, dapat menjadi masukan apabila saat ini atau suatu saat memiliki keinginan untuk mengembangkan kampung cyber di wilayahnya 3) Bagi pemerintah, dapat menjadi masukan untuk merumuskan kebijakan, program, dan strategi untuk meningkatkan prasarana teknologi internet di daerah yang menjadi wilayahnya
7