BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Selama kehamilan produksi hormon progesteron dan hormon relaksin
meningkat sehingga menimbulkan efek negatif terhadap integritas struktur jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen sekitar pelvis dan otot dasar panggul melemah. Melemahnya otot dasar panggul dipicu karena menahan isi perut dan bertambah besarnya janin selama kehamilan sehingga otot dasar panggul melorot ke bawah sampai 2,5 cm dari posisi saat nulipara (Baessler, et.al., 2008). Akibat melemahnya otot dasar panggul dan insufisiensi sfingter setelah kehamilan dan persalinan, dimana leher kandung kemih
terulur,
saluran
kandung
kemih
menjadi
inkompeten
sehingga
mengakibatkan inkontinensia urinae tipe stres (Bobak, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bajuadji (2004), pada seluruh wanita yang menjalani persalinan di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo periode Januari sampai Juni 2004, mendapatkan angka kejadian inkontinensia urinae tipe stres sebesar 37,1% terjadi saat kehamilan, 34,1% setelah 6 minggu partus dan 27,75% setelah 3 bulan partus. Faktor multiparitas memegang peranan penting dalam peningkatan kejadian inkontinensia urinae tipe stres yaitu lebih tinggi dibandingkan dengan primiparitas (64,96% : 7,09%). Proporsi inkontinensia urinae setelah 6 minggu partus normal lebih tinggi dibandingkan dengan partus perabdominam (44,44% : 15,5%), demikian pula pasca partus pervaginam dengan
1
2
alat mempunyai proporsi 55% dibandingkan dengan 39,74% pasca partus normal. Hal ini menginformasikan bahwa angka kejadian inkontinensia urinae tipe stres cukup tinggi sehingga memerlukan penanganan yang sungguh-sungguh dan sesuai. Wyman (2003), menyatakan bahwa satu dari tiga wanita akan mengalami inkontinensia urinae selama hidupnya dan lebih 65% wanita ini menyatakan bahwa hal tersebut dimulai saat kehamilan maupun sesudah melahirkan. Patologi inkontinensia urinae tipe stres dimulai dari terjadinya tekanan intra abdominal selama kehamilan, kemudian merusak dasar panggul sebagai konsekuensi dari regangan dan lemahnya otot dan jaringan ikat selama proses melahirkan. Menurut Daneshgari dan Moore (2007), regangan selama partus normal dapat merusak saraf pudendus dan saraf-saraf di pelvis sehingga bersamaan dengan rusaknya otot dan jaringan ikat menyebabkan kontraksi penutupan uretra tidak adekuat, karena tekanan intravesika cenderung melebihi tekanan uretra yang berhubungan dengan aktivitas tubuh seperti tertawa, bersin atau batuk secara tidak sadar urinae keluar, selanjutnya pada saat melakukan hubungan seksual klien merasa tidak nyaman karena harus memakai pembalut akibat urinae yang keluar tanpa bisa ditahan, sedangkan kandung kemih tidak berkontraksi. Nygaard (2004), melaporkan bahwa Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Pantai Pasifik memperkirakan bahwa kebutuhan akan pelayanan bagi perempuan yang mengalami disfungsi otot dasar panggul akan meningkat sampai 45% hingga 30 tahun kedepan. Tingginya angka kejadian inkotinensia urinae menyebabkan perlunya penanganan yang sesuai, karena jika tidak segera
3
ditangani inkontinensia urinae dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti infeksi saluran kemih, infeksi kulit daerah kemaluan, gangguan tidur, dekubitus, dan gejala ruam. Selain itu, masalah psikososial seperti dijauhi keluarga, orang terdekat bahkan orang lain karena berbau pesing, tidak percaya diri dan mudah marah dapat berakibat depresi dan isolasi sosial. Menurut Soetojo (2009), penanganan yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami inkontinensia urinae meliputi kegel exercise, manuver crede, bladder training, toiletting secara terjadwal, kateterisasi, pengobatan dan pembedahan. Purnomo (2003), mengatakan bahwa terapi non operatif yang paling populer untuk mengatasi inkontinensia urinae adalah kegel exercise yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Bobak (2004), mengatakan bahwa kegel exercise sangat bermanfaat untuk menguatkan otot-otot disekitar organ reproduksi dan meningkatkan tonus otot lurik uretra dan periuretra sehingga dapat kembali ke fungsi normal. Apabila dilakukan secara teratur dan berkesinambungan, latihan ini dapat membantu mencegah prolaps uterus dan inkontinensia urinae tipe stres di kemudian hari. Ternyata cukup sulit untuk melakukan kegel exercise karena kebanyakan wanita sangat sulit melakukan kontraksi otot dasar panggul secara selektif dan tanpa menyadari telah melakukan kontraksi bersamaan dengan kontraksi otot adduktor hip, gluteus maksimus, dan abdominal sehingga otot dasar panggul tidak berkontraksi secara optimal seperti yang diharapkan. Maka diperlukan usaha untuk meningkatkan efektivitas kegel exercise dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul sehingga pada penelitian ini dilakukan kombinasi perlakuan.
4
Salah satu kombinasi yang dapat dilakukan adalah dengan biofeedback. Walaupun telah banyak penelitian dilakukan secara internasional terhadap latihan otot dasar panggul, namun fokus utama penelitian dilakukan terhadap wanita usia setengah tua (40 tahun keatas) dan masih sedikit yang dilakukan terhadap inkontenensia urinae tipe stres pasca partus normal. Penelitian ini dilakukan terhadap wanita pasca partus normal untuk menentukan jika latihan otot dasar panggul menggunakan biofeedback akan lebih efektif. Prinsip pemberian biofeedback adalah melatih fungsi dari otot dasar panggul yang melemah atau kontraksi insufisien yang terjadi, dengan perintah kepada klien untuk aktif melakukan kontraksi otot yang dimaksud. Kombinasi biofeedback dan kegel exercise akan mempermudah klien melakukan kontraksi otot dasar panggul secara selektif dan optimal sehingga diharapkan ada umpan balik dan peningkatan pada otot yang dituju. Setelah diberikan intervensi biofeedback dan kegel exercise terapis perlu mengingatkan pasien untuk melakukan latihan di rumah agar tujuan program yang diinginkan lebih optimal. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik meneliti sejauh mana keberhasilan biofeedback dan kegel exercise dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul yang diukur sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan alat perineometer pada inkontinensia urinae tipe stress pasca partus normal. Harapan penulis setelah melakukan penelitian ini agar masalah yang ditimbulkan akibat kelemahan otot dasar panggul dapat teratasi sehingga bebas dari inkontinensia urinae tipe stres, meningkatkan kualitas hidup wanita, hubungan intim suami istri lebih serasi dan gairah kerja meningkat.
5
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut: 1. Apakah kegel exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal? 2. Apakah kombinasi biofeedback dan kegel exercise dapat meningkatkan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal? 3. Apakah kombinasi biofeedback dan kegel exercise lebih baik dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres dibandingkan dengan kegel exercise tunggal pasca partus normal? 1.3
Tujuan penelitian.
1.3.1 Tujuan Umum Untuk membuktikan kombinasi biofeedback dan kegel exercise lebih baik dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.
Membuktikan kegel exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal.
2.
Membuktikan kombinasi biofeedback dan kegel exercise dapat meningkatkan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal.
6
3.
Membuktikan kombinasi biofeedback dan kegel exercise lebih baik dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul dibandingkan dengan kegel exercise tunggal pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis 1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mengidentifikasi dan mengembangkan wawasan mengenai manajemen terapi pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal. 2. Memberi masukan kepada tenaga profesional lainnya di bidang kesehatan yang terkait, bahwa kegel exercise dan biofeedback lebih baik meningkatkan kekuatan otot dasar panggul dibandingkan kegel exercise tunggal pada inkontinensia urinae tipe stres
pasca partus
normal. 1.4.2 Manfaat Praktis Diharapkan dapat membantu memperbaiki penatalaksanaan kegel exercise dengan kombinasi biofeedback akan tercapai program latihan yang lebih baik untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal.