BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Krisis global 2008 memberikan dampak negatif pada berbagai sektor di
Indonesia. Sektor finansial menjadi sektor yang paling parah terkena dampaknya. Dampak ini dapat dilihat dari kurs rupiah yang melemah sepanjang tahun. Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun drastis dan cadangan devisa Indonesia juga semakin berkurang. Hal ini menunjukan kepanikan pasar terhadap krisis seperti banyaknya pemodal asing yang mencari tempat yang lebih aman untuk berinvestasi (Depkominfo, 2008). Bank sebagai perusahaan yang bergerak di sektor finansial mengalami tekanan likuiditas akibat kebijakan pengetatan moneter dan fiskal yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah berdasarkan saran dari International Monetary Fund (IMF) untuk menghadapi krisis global 2008. Tidak hanya bank kecil, bank besar pun ikut merasakan tekanan likuiditas. Sehingga, pemerintah turun tangan dengan memberikan suntikan dana pada beberapa bank (Depkominfo, 2008). Dampak krisis global ini menjadi sorotan dari berbagai pihak seperti para investor, nasabah, civitas akademika dan pihak-pihak lainnya. Sehingga kesadaran manajemen perbankan untuk menyediakan informasi kepada para pihak yang berkepentingan tersebut sangat dibutuhkan. Dalam laporan tahunannya bank tidak
hanya menyajikan pengungkapan wajib saja, namun juga memberikan pengungkapan sukarela atau pengungkapan yang tidak diwajibkan oleh peraturan. Tingkat pengungkapan wajib tidak tergantung pada suatu kondisi karena perusahaan diwajibkan oleh peraturan untuk mengungkapkan dalam kondisi apapun. Berbeda dengan pengungkapan sukarela yang mengungkapkan atau tidaknya diputuskan oleh manajemen sehingga manajemen dapat memutuskan untuk mengungkapkan atau tidak bergantung pada berbagai pertimbangan (Suwardjono, 2005). Sebagai contoh pengungkapan informasi sukarela “Komposisi Aktiva Produktif” diungkapkan oleh Bank BNI pada tahun 2007 (sebelum krisis), kemudian tahun 2008 (saat krisis) tidak diungkapkan. Pada kondisi krisis setiap orang bersikap hati-hati, maka pembaca laporan keuangan akan semakin kritis dengan informasi tersebut. Pembaca laporan khususnya pemegang saham yang melihat Komposisi Aktiva yang buruk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dapat membuat pemegang saham menjual sahamnya sehingga membuat harga saham turun. Hal ini tentu saja tidak diinginkan manajer bank sehingga mereka berusaha menyembunyikan informasi yang berisiko menimbulkan persepsi negatif bagi pemegang saham (Hartono, 2008). Selain itu, deposan-deposan besar telah melarikan uangnya ke negara yang memberikan blanket guarantee atau penjaminan penuh (Depkominfo, 2008). Apabila terus berlanjut hal ini dapat membuat bank gagal sehingga manajer berusaha menyembunyikan informasi yang berisiko mengurangi kepercayaan
deposan-deposan besar karena sebagai deposan besar tentunya mereka selalu mengawasi kondisi bank salah satunya melalui laporan tahunan bank. Peneliti ingin meneliti apakah kondisi krisis mempengaruhi pengungkapan sukarela bank. Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh kondisi krisis terhadap pengungkapan sukarela pernah dilakukan oleh Mia (2011). Mia (2011) meneliti mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (pengungkapan sosial) selama krisis keuangan global. Penelitian dilakukan dengan menganalisa tingkat pengungkapan sebelum dan saat krisis keuangan global pada 48 perusahaan di Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistis kondisi
krisis
tidak
mempengaruhi
secara
signifikan
terhadap
tingkat
pengungkapan sosial perusahaan. Menurut
peneliti,
penyebab
secara
statistis
kondisi
krisis
tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan sosial perusahaan yaitu terletak pada kelompok item pengungkapannya. Kelompok item yang digunakan yaitu pengungkapan sosial. Pengungkapan sosial bukanlah informasi krusial yang dapat memberikan efek negatif bagi perusahaan apabila mengungkapkannya pada kondisi krisis. Kondisi krisis memang dapat mengakibatkan perusahaan kesulitan keuangan, kemudian memutuskan untuk mengurangi
biaya
sosial
perusahaan.
Namun,
pengungkapan
mengenai
pengurangan biaya sosial tidak akan direspon negatif oleh para pembaca laporan, sehingga manajer tidak takut untuk mengungkapkan informasi mengenai kegiatan sosial perusahaan. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti menggunakan
kelompok item yang berisiko menimbulkan persepsi negatif bagi pembaca laporan tahunan. Penelitian ini berfokus pada bank sebagai objek penelitian karena bank merupakan lembaga yang dikenal sebagai risk taking entities (Oorschot 2009). Dalam menjalankan aktivitas operasinya, bank lebih banyak berhubungan dengan risiko jika dibandingkan dengan perusahaan pemanufakturan dan perusahaan lainnya. Alasan lain, bahwa bank merupakan pihak yang paling sensitif terhadap perubahan iklim ekonomi karena sifatnya sebagai sentral kegiatan ekonomi sehingga perubahan iklim ekonomi yaitu kondisi krisis misalnya, meningkatkan risiko bank untuk gagal karena kesulitan likuiditas. Peneliti menduga bahwa informasi biasa pada kondisi normal dapat direspon tidak biasa pada kondisi krisis karena berkurangnya kepercayaan para pengguna informasi. Hal ini membuat manajer enggan untuk mengungkapkan pengungkapan sukarela yang berisiko menimbulkan persepsi negatif bagi pembaca laporan. 1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah tingkat pengungkapan
sukarela mengenai risiko yang dilakukan bank berkurang saat kondisi krisis dibandingkan dengan saat kondisi normal?” 1.3
Tujuan Penelitian Menguji pengaruh kondisi krisis terhadap tingkat pengungkapan sukarela
mengenai risiko yang dilakukan oleh bank. 1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya: a. Bagi pembuat regulasi Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembuat regulasi khususnya regulasi mengenai pengungkapan baik itu IAI, Bank Indonesia maupun Bapepam sebagai bahan pertimbangan dalam membuat atau menentukan regulasi khususnya mengenai pengungkapan saat krisis. Misalnya, dengan menerbitkan
peraturan
baru
mengenai
pengungkapan
yang
wajib
diungkapkan saat krisis. b. Bagi pengguna laporan keuangan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengguna laporan keuangan mengenai bagaimana mereka bersikap ketika menganalisis laporan keuangan saat kondisi krisis. Misalnya, dengan menuntut lebih banyak informasi serta memperhatikan secara spesifik risiko yang dihadapi bank saat krisis. c. Bagi akademisi Penelitian
ini
perkembangan
diharapkan literatur
dapat
menjadi
mengenai
pengaruh
tambahan kondisi
bukti krisis
dalam pada
pengungkapan sukarela mengenai risiko pada bank. Serta dapat digunakan sebagai dasar bagi penelitian berikutnya. 1.5
Sistematika Penulisan
1. Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. 2. Bab 2 merupakan tinjauan pustaka yang berisi teori-teori yang digunakan pada penelitian serta pengembangkan hipotesis. 3. Bab 3 merupakan metoda penelitian yang berisi populasi dan sampel, pengumpulan data, variabel dependen serta pengukuran. 4. Bab 4 berisi analis data dan hasil penelitian. 5. Bab 5 berisi simpulan, keterbatasan dan saran penelitian.