BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Rokok adalah salah satu komoditas tertinggi di Indonesia. Menurut data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2005, pengeluaran rumah tangga untuk rokok menghabiskan jumlah tergolong besar yaitu sebanyak 11,5% jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk urusan pendidikan yang hanya 3,2%, untuk kesehatan 2,3%, dan untuk konsumsi ikan, daging, dan sebagainya sebesar 11% (Setiarti, 2005). Peminatan masyarakat pada rokok bukan hanya pada tingkat usia dewasa, melainkan juga pada usia pelajar atau remaja. Prevalensi perokok di Indonesia meningkat karena jumlah perokok pada usia remaja jauh lebih banyak dibandingkan jumlah perokok yang berhasil berhenti merokok, 70% perokok di Indonesia merokok sebelum usia 19 tahun (Jamal, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sekolah Lanjutan Atas (SLA) Tangerang, remaja perokok lebih didominasi oleh remaja pria di sekolah negeri dan mulai merokok sejak usia 15 – 16 tahun (Eka & Brabender, 2010). Efek dari rokok/tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor (Mu'tadin, 2002). Hal ini dapat terjadi karena salah satu kandungan dari asap rokok yang dihisap adalah Carbon Monoksida (CO). Haemoglobin (Hb) dalam darah mampu berikatan lebih kuat dengan CO di
1
bandingkan dengan Oksigen (O2) (Trim, 2006). Selain itu rokok juga mengandung nikotin. Nikotin tersebut memiliki efek ketagihan karena akan meningkatkan produksi dopamin di otak, namun dalam proses tersebut juga akan meningkatkan kebutuhan terhadap asupan oksigen. Perpaduan kedua zat tersebut akan mengakibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen dan berdampak pada gangguan bahkan kerusakan dari fungsi otak yang diantaranya adalah menangkap dan menyimpan informasi. Vohra (2009) dalam penelitiannya menyatakan 56.75% mahasiswa kurang konsentrasi pada pelajaran dan 41.89% mengalami penurunan memori jangka pendek akibat merokok. Jurnal tersebut menunjukan bahwa merokok dapat menurunkan tingkat konsentrasi mahasiswa. Perilaku merokok pada pelajar di Tangerang didominasi oleh siswa yaitu 77% dibandingkan siswi yang hanya terhitung 14,5% (Eka & Brabender, 2010). Pada usia remaja / pelajar, gangguan daya tangkap akibat dari perilaku merokok akan sangat berpengaruh pada kemampuan berkonsentrasi saat kegiatan pembelajaran. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 7 Tangerang adalah suatu populasi yang didominasi oleh pelajar laki-laki, berada pada suatu lingkungan yang memiliki perilaku merokok cukup tinggi. Hal ini diketahui dari pengamatan langsung peneliti pada lingkungan sekitar SMKN 7 Tangerang tersebut yang berada dalam Perumahan Dasana Indah. Selain itu disekitar lingkungan sekolah juga terdapat banyak warung pinggir jalan yang menyediakan rokok dan memberikan akses bagi para pelajar untuk membelinya. Dari pengamatan dan wawancara singkat pada penjaga
2
warung, diketahui cukup banyak pelajar yang sering membeli rokok baik secara satuan batang maupun satu bungkus. Termasuk pelajar dari SMKN 7 Tangerang. Peneliti juga melakukan
wawancara dengan pihak sekolah dan
beberapa orang siswa sera melakukan pengamatan lingkungan di dalam SMKN 7 Tangerang. Pihak sekolah menyatakan bahwa perilaku merokok yang terjadi di sekolah tersebut cukup tinggi khususnya pada kelas XI dan kelas XII. Hal ini diketahui dari seringnya pihak sekolah menegur siswa yang dipergoki sedang merokok saat istirahat atau sepulang sekolah, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Namun untuk siswa kelas X pihak sekolah menyatakan bahwa sangat sedikit siswanya yang berperilaku merokok, selain hampir tidak pernah adanya teguran yang dilakukan, pihak sekolah juga menyatakan adanya teknik pembinaan baru dari sekolah sebelum masuk dalam kegiatan sekolah yang memungkinkan siswa baru tersebut menghindari perilaku merokok. Hal tersebut juga dinyatakan dari siswa yang telah diwawancarai, siswa tersebut mengatakan bahwa siswa kelas X tidak berani merokok karena dari awal mengikuti kegiatan sekolah diberikan pengawasan lebih ketat dan diberi pembinaan seperti dalam kemilliteran, serta ada sanksi pemberian poin negatif kepada siswa yang ketahuan merokok. Dari hasil pengamatan lingkungan sekolah dapat diketahui pihak sekolah kurang memberikan arahan atau himbauan untuk menjauhi rokok, seperti tidak adanya plang area bebas rokok atau larangan merokok.
3
Berdasarkan Survey lapangan, pada kelas XI jurusan otomotif 3 yang siswanya berjumlah 29 orang di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 7 Tangerang merupakan salah satu SMK Negeri yang memiliki pelajar dengan kebiasaan merokok sebanyak 19 orang siswa (65,52%), terdiri dari 11 siswa (37,9%) dengan perilaku perokok ringan dan 7 siswa (24%) dengan perilaku perokok berat. Hasil pengetesan dengan tes Bourdon yang dilakukan pada kelas tersebut menunjukkan empat siswa pada tingkat konsentrasi rendah, 14 siswa pada tingkat konsentrasi sedang, dan hanya satu orang siswa pada tingkat konsentrasi tinggi. Pada pelajar yang bukan perokok tingkat konsentrasi yang ditemukan yaitu empat siswa pada tingat konsentrasi tinggi, tiga siswa pada tingkat konsentrasi sedang, dan tiga siswa pada tingkat konsentrasi rendah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan perilaku merokok tingkat konsentrasi belajar siswa kelas XI di SMKN 7 Tangerang.
1.2
Perumusan Masalah Perokok pemula pada usia remaja terus meningkat, yaitu hingga 108% di kelompok umur 15-19 tahun pada tahun 2004 (WHO, 2004). Berdasarkan pendataan awal, perilaku merokok siswa kelas XI di SMKN 7 Tangerang mencapai 65,52%. Kandungan dari asap rokok yang dihisap oleh siswa perokok dapat mengurangi asupan O2 ke otak yang terjadi akibat pengikatan CO dari asap rokok yang lebih kuat dengan Hb dibandingkan dengan O2. Konsentrasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan O2 ke otak.
4
Dari pernyataan tersebut dapat dirumuskan suatu masalah penelitian, yaitu: ”Adakah hubungan antara perilaku merokok dengan tingkat konsentrasi belajar ?”
1.3
Pernyataan Tujuan Tujuan umum: Menganalisis hubungan perilaku merokok dengan tingkat konsentrasi belajar siswa di SMKN 7 Tangerang Tujuan khusus: a. Mengidentifikasi perilaku merokok siswa kelas XI di SMKN 7 Tangerang. b. Mengidentifikasi tingkat konsentrasi belajar siswa kelas XI di SMKN 7 Tangerang. c. Mengidentifikasi hubungan perilaku merokok dengan tingkat konsentrasi belajar siswa kelas XI di SMKN 7 Tangerang.
1.4
Kerangka Konsep Kerangka konsep di bawah menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan terikat yang akan diteliti. Variabel bebas yang terkait yaitu perilaku merokok, asupan nutrisi, pola tidur, kebiasaan berolah raga, kebiasaan menonton TV, dan kebiasaan bermain video game (Notoadmodjo, 2010). Variabel terikat yang terkait dengan penelitian ini adalah tingkat konsentrasi belajar siswa. Pada penelitian ini, peneliti akan mengukur perilaku merokok siswa kelas XI SMKN 7 Tangerang terkait dengan intensitas merokok, waktu merokok, dan
5
fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, peneliti
melihat
hubungan perilaku merokok dengan tingkat konsentrasi belajar siswa kelas XI SMKN 7 Tangerang.
Variabel Bebas Perilaku Merokok: 1. Tidak merokok 2. Merokok ringan 3. Merokok berat
Variabel Terikat Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa: 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk
Mengidentifikasi Hubungan
Ada Hubungan
Asupan nutrisi Pola tidur Kebiasaan berolah raga Kebiasaan mononton TV Kebiasaan bermain Video game
Keterangan:
Tidak Ada Hubungan
Kuat
Lemah
: diteliti : tidak diteliti Gambar 1.1 Kerangka Konsep Sumber: Notoadmodjo, 2010
Peneliti tidak meneliti faktor asupan nutrisi, pola tidur, kebiasaan berolah raga, kebiasaan menonton TV, dan kebiasaan bermain video game karena setelah pengambilan
data
awal peneliti
mendapatkan
gambaran
bahwa
dalam
menjalankan perilaku-perilaku tersebut tidak ditemukan masalah yang mungkin berpengaruh pada tingkat konsentrasi belajar dan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran di sekolah.
6
1.5
Pertanyaan Penelitian & Hipotesa Pertanyaan dalam penelitian ini adalah, ”Adakah hubungan antara perilaku merokok siswa dengan tingkat konsentrasi belajarnya ?”. Hipotesa dalam penelitian ini adalah: ada hubungan antara perilaku merokok dengan tingkat konsentrasi belajar. Variabel penelitian: a. Bebas: perilaku merokok siswa. b. Terikat: tingkat konsentrasi belajar siswa. Definisi konseptual dari variable bebas dan variable terikat yang terlibat dalam penelitian adalah: a. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antar lain: berjalan, menulis,
membaca,
menangis,
kuliah,
bekerja
dan
sebagainya (Notoadmodjo, 2010). Perilaku merokok merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisap tembakau serta menimbulkan asap dan dapat dihisap oleh orang di sekitarnya (Levy, 1984 dalam Amelia, 2009) b. Konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian atau pikiran dalam kegiatan pembelajaran baik secara afektif, kognitif, dan psikmotorik yang dalam prosesnya bersifat selektif dan dapat beralih (Djaali, 2007). Definisi operasional dari variable bebas dan variable terikat yang terlibat dalam penelitian ini diterangkan dalam bentuk tabel.
7
Tabel 1.1 Variabel, Cara ukur, Hasil Ukur, dan Skala
Variabel Bebas: Perilaku merokok pada siswa kelas XI SMKN 7 Tangerang.
Terikat: Konsentrasi belajar pada siswa kelas XI SMK Binakarya Mandiri
Definisi Operasional Perilaku merokok adalah aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari yang diukur melalui skala perilaku merokok dengan bentuk skala Likert. Konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kemampuan yang terdapat dalam berbagai bidang studi dan diukur dengan menggunakan alat uji berupa stopwatch, pulpen, dan lembar tes Bourdon
Cara Ukur Diukur dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk skala Likert
Hasil ukur Skala Perilaku merokok Ordinal dibagi menjadi tiga kategori: 1. Perokok berat 2. Perokok ringan. 3. Tidak merokok.
Diukur dengan menggunakan alat uji berupa stopwatch, pulpen, dan lembar tes Bourdon.
Ordinal Tingkat konsentrasi belajar dibagi menjadi tiga kategori: 1. Tinggi. 2. Sedang. 3. Rendah.
Sumber: Modofikasi Widowat, Sakinah, Utami, 2010
1.6
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pemerintah, institusi pendidikan, keperawatan, remaja, dan penelitian lebih lanjut. 1. Institusi pendidikan/ pihak sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan misalnya berupa data yang terkait dengan perilaku merokok serta pengaruhnya terhadap konsentrasi belajar siswa kepada tim pengajar untuk mengembangkan
8
upaya pencegahan perilaku merokok dan peningkatan konsentrasi belajar siswa. 2. Keperawatan a. Sebagai evaluasi diri bahwa perawat adalah role model yang harus memiliki perilaku yang mencerminkan perilaku sehat. b. Memberikan
masukan
dalam
upaya
peningkatan
pelayanan
keperawatan sehingga dapat lebih memahami perilaku sehat
9