BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Endometriosis merupakan suatu keadaaan ditemukannya jaringan
endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri.
kelainan ini
dideskripsikan sejak 1860 dan menjadi salah satu penyakit tersering yang ditemukan dalam penyakit ginekologi, serta menjadi salah satu alasan dilakukannya tindakan histerektomi. 1,2,3,4 Dengan
adanya
berbagai
keluhan
yang
bervariasi,
maka
prevalensi endometriosis sulit untuk diinterpretasikan. Diperkirakan endometriosis muncul pada 5% hingga 10% dari wanita usia reproduktif dan terdapat 25% hingga 35% pasien dengan keluhan infertilitas.2 Metode primer untuk mendiagnosis endometriosis
adalah laparoskopi, dengan
atau tanpa biopsi untuk diagnosa histopatologi (Kennedy, 2005; Marchino, 2005). Menggunakan standar ini, para peneliti telah melaporkan insiden tahunan endometriosis yang terdeteksi secara tindakan bedah yaitu 1,6 kasus per 1000 wanita berusia 15 hingga 49 tahun. Pada wanita tanpa gejala, prevalensi endometriosis bervariasi dari 2% hingga 22%. Pada wanita yang infertil, prevalensinya antara 20% hingga 50%. Diantara pasien dengan keluhan nyeri panggul, 40% hingga 50% merupakan endometriosis.1 Dalam literatur lain disebutkan pula endometriosis terjadi pada 5-15% wanita pre-menopause, dengan lebih dari 50% prevalensi ini
terdapat
pada
pasien
dengan
nyeri
pelvis
kronis
dan
20-50%
prevalensinya pada wanita infertil.4 Saat ini kriteria standar untuk diagnosis endometriosis secara tepat masih sulit ditentukan, hal ini terjadi karena penyakit ini memiliki gambaran klinis dan riwayat penyakit yang tidak spesifik dan bervariasi. Walaupun telah banyak penelitian mengenai endometriosis, namun tetap menjadi
perdebatan.
Dibutuhkan
penelitian
lanjutan
untuk
dapat
memahami dan menegakkan diagnosa endometriosis.2,4 Hubungan antara endometriosis dan nyeri pada pelvis sendiri masih belum jelas. Walaupun penderita endometriosis cenderung untuk merasakan nyeri, terdapat 15% penderita yang ternyata bersifat asimptomatik atau tidak mengalami nyeri. Namun, studi epidemiologi telah banyak mendukung adanya hubungan antara endometriosis dengan dismenorea, dispareunia dan nyeri pelvis kronis. Endometriosis yang menyebabkan nyeri pelvis ini memberikan dampak signifikan terhadap kualitas hidup seseorang. Namun, hingga saat ini mekanisme pasti dari terbentuknya rangsang nyeri tersebut masih belum jelas.4,5 Studi terakhir menunjukkan bahwa pada lesi endometriosis terdapat serabut serabut saraf sensorik dan penanda untuk rangsang nosiseptif. Serabut serabut saraf ini diduga memiliki peran penting dalam pertumbuhan saraf-saraf yang menyebabkan terjadinya nyeri pada penderita
endometriosis
peritoneum,
endometriosis
endometriosis dengan infiltrasi yang dalam.5
ovarium
dan
Protein gene product 9.5 (PGP9.5) adalah sebuah penanda imunohistokimia neural spesifik, yang digunakan untuk melihat kandungan serat saraf yang ada pada suatu jaringan. PGP9.5 dapat mengenali seluruh jenis serat saraf. Penelitian Al-Jefout M dkk, 2007, bahwa hasil biopsi endometrium eutopik pada pasien endometriosis yang dilanjutkan dengan pewarnaan imunohistokimia dengan PGP 9,5 untuk melihat serabut saraf dapat digunakan untuk mendiagnosis atau menyingkirkan endometriosis.5 Penelitian Bokor A dkk, 2009, menyatakan bahwa densitas serabut saraf di endometrium eutopik pasien endometriosis 14 kali lebih tinggi dibanding endometrium pasien normal.6 Penelitian Meibody FA dkk, 2011, menyatakan dari hasil biopsi endometrium eutopik
ditemukan serabut saraf pada seluruh penderita
endometriosis, tapi hanya ditemukan pada 3 orang yang bukan endometriosis.7 Penelitian Liutkeviciene R dkk, 2013, menyatakan bahwa densitas serabut saraf dari hasil biopsi endometrium eutopik yang diwarnai dengan PGP 9,5 memiliki akurasi yang hampir sama dibanding dengan laparoskopi dalam mendiagnosis endometriosis.8 Sementara pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Cetin C dkk, 2013, bahwa tidak ditemukan serabut saraf pada endometrium eutopik penderita endometriosis yang diwarnai dengan PGP 9,5, sehingga tidak bisa digunakan untuk membantu diagnosa endometriosis.9
Newman T.A dkk, 2013, menyebutkan bahwa dari hasil biopsi endometrium eutopik ditemukan ekspresi PGP 9,5 pada endometrium eutopik pasien endometriosis dan pasien non endometriosis.10 Keberhasilan pewarnaan PGP9.5 untuk membandingkan kedua jaringan eutopik endometrium wanita penderita endometriosis dan penderita non endometriosis membuka pertanyaan dan strategi baru untuk penanganan endometriosis. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti melakukan perbandingan serabut saraf pada endometrium eutopik penderita endometriosis dengan penderita non endometriosis dengan pewarnaan dengan PGP9.5.
1.2
Rumusan Masalah Adakah perbedaan serabut saraf pada jaringan endometrium
eutopik wanita dengan endometriosis bila dibandingkan dengan wanita non endometriosis.
1.3.
Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan serabut saraf di eutopik endometrium pada
wanita
endometriosis
dengan
wanita
pewarnaan menggunakan PGP 9.5.
non
endometriosis
dengan
1.4.
Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan serabut saraf di endometrium eutopik pada wanita endometriosis dan pada wanita non endometriosis dengan pewarnaan menggunakan PGP 9.5.
1.4.2 . Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita endometriosis dan non endometriosis berdasarkan paritas dan usia.
2.
Untuk
mengetahui
endometrium
ekspresi
eutopik
serabut
penderita
saraf
pada
endometriosis
eutopik
dan
non
endometriosis.
1.5
Manfaat Penelitian 1.5.1.
Manfaat teoritis Dapat diketahui bagaimana perbandingan serabut saraf pada endometrium eutopik penderita endometriosis dan non endometriosis. Sekaligus diharapkan dapat menjadi dasar pada penelitian selanjutnya terhadap endometriosis.
1.5.2.
Manfaat Metodologis Dapat diketahui bagaimana pemeriksaan pewarnaan dengan PGP 9,5 pada endometrium eutopik dengan pemeriksaan imunohistokimia.
1.5.3.
Manfaat Aplikatif Penelitian ini diharapakan bermanfaat untuk memperoleh data tentang bagaimana perbandingan jaringan saraf pada penderita endometriosis dapat digunakan menjadi landasan pilihan tindakan diagnostik untuk mengetahui adanya endometriosis.