1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, seiring makin banyaknya perusahaan yang go public yang menuntut perusahaan tersebut membuat suatu laporan keuangan dan telah diaudit oleh auditor sebagai pihak yang independen. Maka banyak perusahaan memerlukan jasa audit untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan tersebut guna untuk kepentingan internal maupun eksternal perusahaan yang bersangkutan. Namun kasus kecurangan terhadap laporan keuangan pada suatu perusahaan atau entitas lainnya yang marak terjadi belakangan ini membuat nama seorang auditor bahkan sebuah kantor akuntan publik dipertanyakan kualitasnya. Menurut SFAC No. 8 yang diterbitkan oleh FASB tahun 2010, karakteristik kualitatif informasi dibagi menjadi 2 yaitu : Kualitas utama yang terdiri dari relevance, faithfull dan kualitas pendukung yang terdiri dari comparability, verifiability, timeliness, dan understandaribility. Peraturan BAPEPAM Nomor Kep 36/PM/2003 dan peraturan Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go publik diwajibkan menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan telah diaudit oleh akuntan publik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Seorang akuntan dalam hal ini auditor dalam proses audit memberikan opini dengan judgment yang didasarkan
pada kejadian-kejadian masa lalu,
sekarang, dan yang akan datang. Seorang auditor dalam melakukan tugasnya membuat audit judgment dipengaruhi oleh banyak faktor, baik bersifat teknis ataupun non teknis. Aspek perilaku individu, sebagai salah satu faktor yang banyak mempengaruhi pembuatan audit judgment, sekarang ini semakin banyak menerima perhatian dari para praktisi akuntansi ataupun akademisi. Namun demikian meningkatnya perhatian tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan penelitian dibidang akuntansi perilaku dimana dalam banyak penelitian tidak menjadi fokus utama ( Mayer, 2001 ). Arifuddin et. Al (2002) menyatakan proses audit atas laporan keuangan dilaksanakan oleh auditor melalui empat tahap utama yaitu : Perencanaan, pemahaman, pengujian struktural pengendalian intern serta penerbitan laporan audit. Didalam melaksanakan audit terdapat kemungkinan akan terjadinya suatu gagal audit seperti kasus besar yang terjadi di Amerika Serikat yaitu kasus Enron. Idris (2012) menyatakan kasus Enron tersebut disebabkan karena manajemen Enron telah melakukan window dressing dengan memanipulasi angka-angka laporan keuangan agar kinerjanya terlihat baik. Dalam hal ini, pendapatan dinaikan sebesar US $ 600 juta dan dengan teknik off-balance sheet utang senilai US $ 1,2 milyar disembunyikan. Auditor Enron, Arthur Andersen, juga ikut disalahkan karena kasus gagal audit ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Kasus yang belum lama terjadi yakni skandal keuangan yang terjadi pada Toshiba bulan Juli tahun 2015. Toshiba terbukti melakukan apa yang disebut oleh Komite Investigasi Independen sebagai ‘Pengkhianatan Kepercayaan’. Pasalnya perusahaan berusia 140 tahun itu telah membohongi publik dan investor dengan cara menggelembungkan keuntungan di laporan keuangan. Dan itu dilakukan bukan jumlah kecil dan tidak dalam tempo setahun dua tahun. Tak tanggungtanggung overstated profit 1,2 Miliar US Dollar sejak tahun fiskal 2008! Yang lebih memprihatinkan keadaan tersebut memang direstui oleh petinggi Toshiba sendiri. Laporan resmi dirilis dua bulan setelah komite yang diketuai Koichi Ueda dan beranggotakan beberapa pakar akuntansi Jepang menginvestigasi Toshiba dan sampai pada kesimpulan telah terjadi penyimpangan. Menyentuh unit bisnis personal computer, semikonduktor hingga reaktor nuklir. Esok harinya, 21 Juli 2015, delapan dari 16 petinggi Toshiba yang terlibat skandal akuntansi resmi mengundurkan diri. Termasuk diantaranya Presiden Direktur Hisao Tanaka, Wakil Presdir Norio Sasaki dan Chief Executive Atsutoshi Nishida. Besarnya angka, rentang waktu yang tidak sebentar, juga keterlibatan Top Management memberi gambaran kepada kita betapa kronis dan kompleksnya penyakit dalam tubuh Toshiba. Penyelewengan dilakukan secara berjamaah, sistematis dan cerdas. Sekian lapis sistem kontrol dari mulai divisi akuntansi, keuangan, internal audit, tidak berfungsi sama sekali. Bagaimana akan berfungsi, bahkan oknumnya dari staff senior mereka yang sudah hafal seluk beluk perusahaan. Seiya Shimaoka, seorang internal auditor, mencurigai kecurangan dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
berusaha melaporkan tapi malah dianggap angin lalu oleh atasannya sendiri seperti yang dilansir jurnalis Financial Times. Sedemikian rapi dan cerdasnya hingga tim auditor eksternal sekelas Ernst & Young (EY) tak mampu mencium aroma busuk dari laporan keuangan Toshiba. Belum ada dugaan kantor akuntan itu terlibat dalam skandal. CEO memang tidak menginstruksikan langsung untuk melakukan penyimpangan tetapi memasang pencapaian target yang tinggi. Ini yang membuat karyawan pusing kepala. Apalagi ditambah budaya Toshiba yang kurang baik: tidak bisa melawan atasan. Maksudnya melawan adalah koreksi atas kesalahan manajemen mengambil keputusan. Dalam kasus Toshiba, bawahan tidak bisa mengkoreksi penetapan target oleh CEO yang bahkan tidak realistis dengan kondisi bisnis dan perusahaan. Selain itu, sistem kompensasi karyawan yang dihitung dari kinerja keuangan juga turut andil di dalamnya. Maka muncullah ideide kreatif dari karyawannya untuk mencapai target yang ditetapkan. Celakanya kreatifitas kali ini bukan dalam riset pengembangan atau pemasaran namun dalam hal perlakuan akuntansi. Dibuatlah laporan keuangan dengan profit tinggi padahal tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Guna mempercantik kinerja keuangannya, Toshiba melakukan berbagai cara baik mengakui pendapatan lebih awal atau menunda pengakuan biaya pada periode tertentu namun dengan metode yang menurut investigator tidak sesuai prinsip akuntansi. Seperti kesalahan penggunaan percentage-of-completion untuk pengakuan pendapatan proyek, cashbased ketika pengakuan provisi yang seharusnya dengan metode akrual, memaksa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
supplier menunda penerbitan tagihan meski pekerjaan sudah selesai, dan lain semisalnya. Kasus Toshiba bukanlah yang pertama di Jepang atau dunia. Perusahaan serumpun Olympus lebih dulu tergelincir pada 2011. Apalagi kasus Enron yang dianggap the biggest audit failure in the century karena melibatkan salah satu dari lima KAP terbesar saat itu Arthur Anderson, telah menginspirasi lahirnya aturan baru Sarbanes-Oxley/SOX. Pakar akuntansi dan keuangan dunia sudah sedemikian rinci dan ketatnya mengatur masalah kepatuhan tersebut. Namun tetap saja penyimpangan kerap terjadi. Contoh kasus yang terjadi di Indonesia adalah kasus yang menimpa salah satu akuntan publik yaitu Drs. Hans Burhanuddin Makarao, yang dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena tidak mematuhi Standar Auditing, Standart Profesional Akuntan Publik dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon pada tahun buku 2008, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Keuangan Auditor Independen. Kasus gagal audit menimbulkan dampak yang sangat merugikan di masa depan. Seperti halnya tuntutan hukum, hilangnya profesionalisme, hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas social, Hartanto (2001). Selain itu reputasi auditor dari akuntan publik juga menjadi taruhannya. Pencegahan terhadap gagal audit merupakan kunci utama dalam mempertahankan reputasi. Dalam semua kasus audit, reputasi adalah segalagalanya. Drs Hans Burhanuddin Makarao dengan kasus-kasus seperti PT. Samcon, menunjukkan bahwa merosotnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
reputasi diikuti dengan pindahnya klien ke kantor akuntan publik lain, keluarnya staf dan partner, dan hancurnya jaringan operasional global. Untuk mencegah terjadinya kasus kegagalan audit, auditor dituntut untuk bersikap profesional. Untuk menghindari adanya gagal audit diperlukan adanya judgment yang tepat dari auditor. Dalam PSA No 1 (SA 150) tahun 2011 disebutkan dalam Standar Pekerjaan Lapangan No.1 disebutkan bahwa dalam melakukan pekerjaan, perencaan sebaik-baiknya harus dilakukan. Didalam melaksanakan pekerjaan audit, professional judgment pasti dilakukan pada semua proses audit baik dalam tahap perencanaan maupun supervisi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada seksi 341 dikatakan bahwa ada tidaknya kesangsian auditor terhadap kemampuan suatu usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam satu tahun merupakan dasar terhadap audit judgment mengenai kemampuan suatu usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menurut Idris (2012), dalam setiap proses audit digunakan judgment. Ketepatan judgment auditor akan mempengaruhi kualitas hasil audit dan opini auditor. Menurut Jamilah,dkk (2007) judgment merupakan perilaku pemilihan keputusan. Kejadian-kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan datang merupakan dasar bagi auditor dalam memberikan
judgment.
Menurut
Tielman
(2011),
pertimbangan
yang
mempengaruhi keputusan yang diambil auditor merupakan audit judgment. Dalam pembuatan judgment ini auditor mempunyai kesadaran bahwa suatu pertanggung jawaban merupakan faktor yang cukup penting karena penilaiannya akan ditinjau dan dimintai keterangan. Judgment mengacu pada aspek kognitif dalam proses pengambilan keputusan dan memcerminkan perubahan dalam evaluasi, opini, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
sikap. Audit judgment ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu : etika profesi, pengalaman auditor, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai audit judgment telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Selain menjadi auditor profesional, setiap auditor juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), agar situasi persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Menurut penelitian Nuryanto dan Dewi (2001), tinjauan etika atas pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan moral. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara pemahaman nilai-nilai etika dengan pengambilan keputusan. Semakin auditor memahami kode etik maka keputusan yang diambil akan semakin mendekati kewajaran, adil dan bermoral. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Iriyadi dan Vannywati (2011) yang diperoleh hasil bahwa etika profesi berpengaruh
positif
terhadap
pertimbangan
tingkat
materialitas,
karena
menurutnya dalam proses pengauditan dibutuhkan profesionalisme sekaligus etika profesi agar manajemen biaya yakin akan pendapat yang dinyatakan oleh seorang auditor yang bertugas mengaudit laporan keuangan yang bersangkutan. Sedangkan menurut Desiana (2009) dalam penelitiannya tersebut menyatakan bahwa etika bernilai negatif, sehingga etika profesi tidak memiliki pengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas, dimana pengembangan etika difokuskan pada Moral Reasoning dalam profesi Akuntan (Auditor). Pengalaman seorang auditor dalam pekerjaannya sangat berperan penting dalam meningkatkan keahlian sebagai perluasan pendidikan formal yang telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
diperoleh auditor. Setiap auditor, dalam pekerjaannya memiliki pengalaman yang berbeda, maka cara pandang dan penarikan kesimpulan terhadap pemeriksaan dan opini yang akan diambil akan berbeda pula. Dengan adanya pengalaman kerja, auditor mampu mengurangi pengaruh informasi yang tidak relevan dalam pertimbangan yang akan diambil. Menurut penelitian Amelia (2015), Pengalaman auditor berpengaruh secara parsial terhadap audit judgment. Sehingga semakin banyak dan luas pengalaman yang dimiliki oleh seorang auditor, maka akan mempermudah auditor tersebut dalam menghasilkan audit judgment yang lebih baik. Namun pada penelitian Yudhi Herliansyah dan Meifida (2006) dalam Suci (2013) menunjukan bahwa pengalaman auditor tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Begitu juga halnya dengan banyaknya pengalaman auditor dan porsi tekanan yang diberikan atasan dan klien. Semakin banyaknya pengalaman yang dimiliki auditor semakin berkualitas keputusan pengauditan tersebut. Sedangkan tekanan yang didapat oleh auditor akan memperngaruhi baik atau buruknya kualitas suatu pengauditan. Francis dan Yu (2009) meneliti Kantor Akuntan Publik Big Four. KAP Big Four akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi bagi anggota Securities and Exchange Commision (SEC) berkaitan dengan semakin besarnya pengalaman “in house” dalam mengatur audit dengan menguji sampel 6.568 perusahaan tahun pengamatan di AS antara tahun 2003-2005 dan diaudit oleh 285 KAP Big 4 khusus. Sedangkan hubungan audit judgment antara dan tekanan ketaatan dijelaskan pada penelitian Pritta (2013) yang menyatakan bahwa tekanan ketaatan terhadap audit judgment menunjukan bahwa auditor yang mendapatkan tekanan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
ketaatan yang besar akan memiliki probabilitas untuk memiliki audit judgment yang rendah. Teori ketaatan menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk dari legitimate power. Tekanan ketaatan biasanya dihasilkan oleh auditor senior terhadap auditor junior untuk melakukan kegiatan yang menyimpang dari standar etika dan profesionalisme. Pada keadaan ini, terkadang auditor junior menaati segala perintah dari auditor senior atau atasannya dan mengalami dilema penerappan standar karena adanya unsur pemaksaan sehingga auditor junior memilih jalan yang aman dengan mematuhi perintah atasan dan mengakibatkan ia bersikap tidak independen. Penelitian Lopa (2014) menunjukan pengalaman kerja berpegaruh secara parsial terhadap pertimbangan audit, kondisi ini menunjukkan bahwa setiap pegalaman yang diperoleh oleh auditor akan menjadi pengetahuan yang lebih dan membantu auditor mengambil pertimbangan untuk praktek audit selanjutnya. Seperti pada kasus Enron, masyarakat mempertanyakan suatu kredibilitas dan status dari profesi akuntansi. KAP Andersen yang menjadi tim auditor untuk perusahaan tersebut telah melakukan moral hazard yaitu dengan memalsukan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Dokumendokumen tersebut disembunyikan semenjak kasus Enron mencuat ke permukaan. Meskipun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi pada kasus ini hal tersebut dianggap melanggar hukum dan menyebabkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
kredibilitas Arthur Andersen hancur karena Andersen melanggar kode etik dan profesionalisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan knowingly and recklessly yaitu menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan (deception of information). Jamillah, dkk (2007) Kompleksitas tugas merupakan sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas, daya ingat serta kemampuan untuk mengitegrasikan masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan. Auditor selalu dihadapkan pada tugas tugas yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. James D. Thompson (1967) menyatakan bahwa kompleksitas dalam organisasi akan menimbulkan ketergantungan tugas diantara individu yang ada dalam tiap departemen dan problem koordinasi semakin kuat yang digambarkan sebagai ketergantungan reciprocal, sehingga memerlukan kolaborasi dan mutual adjustment lebih besar melalui anggota tim. Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan, dan rumit (Sanusi & Iskandar, 2007). Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan tingkat
kompleksitas
yang
tinggi
dan
sulit,
sementara
yang
lain
mempersepsikannya sebagai tugas yang mudah (Jimbalvo dan Pratt, 1982). Menurut penelitian Lopa (2014) Kompleksitas tugas berpengaruh secara parsial terhadap pertimbangan audit. Hal ini menunjukan bahwa pada situasi yang kompleks berpengaruh terhadap pertimbangan audit yang diambil oleh auditor dalam menentukan pendapat terhadap hasil auditnya. Sedangkan penelitian Wuri (2013), Kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara parsial terhadap audit judgment, yaitu berbagai kompleks tugas yang dihadapi auditor tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
mempengaruhi audit judgment auditor, karena banyaknya tugas yang harus diselesaikan auditor sudah menjadi tanggung jawab auditor sehingga auditor harus bersikap profesional. Perbedaan-perbedaan hasil penelitian diatas membuat menarik penulis untuk meneliti kembali fenomena-fenomena yang terjadi didalam audit judgment itu sendiri, meskipun tempat dan waktu penelitian diatas berbeda-beda, hal ini yang membuat penulis tertarik meneliti kembali diwilayah Kantor Akuntan Publik di Jakarta Selatan. Atas dasar latar belakang diatas, peneliti mengangkat judul “Pengaruh Etika Profesi, Pengalaman Auditor, Tekanan Ketaatan, Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment” (Studi kasus Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta Selatan). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah etika profesi berpengaruh terhadap audit judgment ? 2. Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment ? 3. Apakah tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment ? 4. Apakah kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment ?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu: 1. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah etika profesi berpengaruh terhadap audit judgment. 2. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah etika pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment. 3. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment. 4. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya adalah : a. Bagi Penulis Dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis dapat memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan terutama yang berkaitan dengan etika profesi, pengalaman auditor, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment. b. Bagi Auditor Memberikan
kontribusi
positif
bagi
auditor
untuk
memberikan
pertimbangan yang lebih baik dan tepat sehingga didapatkan informasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
untuk kemajuan profesi dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor. c. Bagi Pembaca Dapat dijadikan sebagai salah satu bacaan dan ilmu pengetahuan yang berguna untuk semakin memajukan profesi auditor di Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/