BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal di Indonesia semakin hari semakin meningkat.
Pasar modal berperan penting dalam pembangunan ekonomi pada suatu negara seiring dengan perkembangan perusahaan go public. Pasar yang efisien dan efektif membutuhkan informasi yang transparan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor dalam membuat keputusan investasi. Informasi seputar kinerja suatu perusahaan dapat dilihat melalui berbagai media, diantaranya melalui laporan keuangan keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang berguna di dalam membuat keputusan bisnis dan ekonomi (Dogan et al.,2007). Laporan keuangan menjadi sumber informasi yang wajib dipublikasikan dan sebagai sarana pertanggungjawaban terhadap banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham, pemerintah, kreditor, dan lain-lainnya. Informasi yang terdapat pada laporan keuangan mempunyai peran yang penting dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja serta bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan akan bermanfaat bagi pengguna apabila informasi disajikan tepat waktu. Knechel dan Payne (2001) menyatakan nilai informatif suatu laporan keuangan yang telah diaudit akan berkurang secara proporsional seiring
1
makin lama penundaan publikasi laporan keuangan, sejak para pengguna laporan keuangan dapat memperoleh informasi dari sumber substitusi (Bons὚n et al.,2005). Semua perusahaan yang terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan mengumumkan kepada masyarakat. Waktu pelaporan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan go public tidak boleh melebihi dari ketentuan yang dikeluarkan oleh Bapepam. Peraturan mengenai penyampaian laporan keuangan ini telah diperbaharui oleh Bapepam pada tahun 1996, lampiran keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996 dan mulai berlaku pada tanggal 17 Januari 1996. Peraturan ini menyebutkan bahwa perusahaan wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan. Pada tanggal 30 September 2003 Bapepam mengeluarkan peraturan baru untuk memperketat penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan peraturan pasar modal dengan keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan secara berkala yang mulai berlaku untuk laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2003, laporan keuangan harus disampaikan selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan. Peraturan tersebut tidak cukup membuat perusahaan tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan. Beberapa catatan mengungkapkan masih terdapat beberapa emiten yang terlambat dalam penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia hingga tanggal 31 Maret 2015, status penyampaian
2
laporan keuangan auditan yang berakhir per 31 Desember 2014 menyebutkan 52 perusahaan belum menyampaikan laporan keuangan tepat waktu. Keterangan mengenai perusahaan tersebut 13 perusahaan tercatat menyampaikan informasi mengenai keterlambatan penyampaian laporan keuangan sedangkan 39 perusahaan tidak menyampaikan informasi mengenai keterlambatannya. Sebelumnya di tahun 2013, terdapat tiga emiten yang terkena denda atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Sanksi denda dan peringatan tertulis diberikan karena perusahaan tidak menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit untuk laporan keuangan interim serta laporan keuangan per 31 Desember 2011 (Prasongkoputra, 2013). Kendala yang biasanya dihadapi manajemen dalam menghasilkan laporan keuangan yakni harus menyajikan laporan keuangan yang telah diaudit terlebih dahulu oleh akuntan publik sebelum disampaikan ke publik secara tepat waktu. Pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan publik bertujuan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan yang memerlukan waktu yang cukup panjang. Hal ini disebabkan karena terbatasnya jumlah karyawan yang akan melakukan audit, banyaknya transaksi yang harus diaudit, kerumitan dari transaksi, dan pengendalian intern yang kurang baik (Petronila, 2007). Waktu penyelesaian pekerjaan audit yang lama, merupakan indikasi dari perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan atau yang biasa disebut audit report lag. Knechel dan Payne (2001) menyatakan audit report lag merupakan periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal audit perusahaan, sedangkan menurut Petronila (2007) audit report lag
3
adalah jangka waktu antara tanggal tahun buku perusahaan berakhir sampai dengan tanggal laporan audit. Informasi laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu dapat mempengaruhi permintaan akan audit laporan keuangan. Hubungan teori keagenan sangat erat dengan audit report lag. Implementasi teori keagenan berupa kontrak kerja yang mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan memaksimumkan utilitas. Agen diharapkan bertindak menggunakan cara-cara yang sesuai kepentingan prinsipal. Perusahaan dalam hal ini digambarkan sebagai prinsipal, sedangkan yang berperan sebagai agen adalah auditor independen. Perusahaan menggunakan jasa auditor independen untuk mengaudit laporan keuangan mereka. Perusahaan berharap agar auditor menyelesaikan laporan keuangan tepat waktu, sehingga informasi dalam laporan keuangan menjadi berkualitas. Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya sebuah persusahaan. Indikator ukuran perusahaan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang seperti total nilai aset, total penjualan, jumlah tenaga kerja, anak perusahaan, dan sebagainya. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana perusahaan dapat diklasifikasikan sesuai besar kecilnya perusahaan tersebut, umumnya diproksikan dengan total aset. Perusahaan besar umumnya lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat dan tepat waktu. Perusahaan besar cenderung mendapat tekanan untuk segera melaporkan laporan keuangan sehingga tepat waktu dalam penyampaiannya dibandingkan dengan
4
perusahaan berskala kecil. Hal ini membuat manajemen perusahaan berkerja secara lebih professional sehingga proses penyusunan laporan dan auditnya lebih cepat. Besar
kecilnya
perusahaan
akan
mempengaruhi
kemampuan
dalam
menanggung risiko yang mungkin timbul dari berbagai situasi yang dihadapi perusahaan. Menurut Febrianty (2011), perusahaan yang memiliki aset yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staff akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat. Munsif et al. (2012) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki audit report lag yang lebih pendek di banding dengan perusahaan besar. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki permintaan publik akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Menurut Simnett et al. (dalam Ilaboya et al. 2014) perusahaan besar akan memiliki keterlambatan penerbitan lebih pendek, hal ini dikarenakan perusahaan memiliki sistem akuntansi dan kontrol yang lebih baik. Ilaboya et al. (2014) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin dapat mengerahkan tekanan yang lebih besar pada auditor untuk memulai dan menyelesaikan audit report lag. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit report lag dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas modal dan pemerintah. Perusahaan biasanya
5
memiliki jumlah sampel yang lebih banyak jika dibandingkan dengan perusahaan menengah dan kecil yang nantinya akan berdampak pada lamanya audit report lag pada perusahaan besar. Menurut Subekti dan Widiyanti (2004) sistem pengendalian yang intern menjadi faktor pendukung perusahaan besar sehingga dapat memudahkan di dalam melakukan proses audit. Ahmad dan Kamarudin (2003) menyatakan perusahaan besar memiliki sumber daya untuk membayar biaya audit lebih tinggi dan dapat membayar secepatnya setelah tahun berakhir. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi auditor sehingga berakibat pada penyelesaian audit yang lebih tepat waktu. Penelitian ini menggunakan profitabilitas sebagai variabel pemoderasi, variabel profitabilitas diambil karena apabila profitabilitas pada perusahaan besar tinggi maka, audit report lag perusahaan akan berkurang. Hal mengindikasikan kinerja manajemen perusahaan yang baik karena hal tersebut mempengaruhi cepat atau lambatnya manajemen melaporka kinerjanya. Sebaliknya, proses pengauditan laporan keuangan akan semakin lama apabila perusahaan mengalami kerugian. Menurut Ariyani dan Budiartha (2014) perusahaan yang mengalami kerugian akan berdampak buruk yang menyebabkan turunnya penilaian kinerja suatu perusahaan, sedangkan perusahaan yang memperoleh laba yang tinggi akan berdampak positif terhadap penilaian kinerja suatu perusahaan. Apabila kinerja suatu kinerja perusahaan baik maka akan memiliki sistem pengendalian intern yang baik pula. Sistem pengendalian intern perusahaan besar yang baik akan menghabiskan lebih sedikit waktu dalam melakukan proses pengauditan.
6
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, dengan demikian dapat dikatakan bahwa laba merupakan berita baik bagi perusahaan. Menurut Petronila (2007) profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas suatu perusahaan merupakan gambaran yang mengukur seberapa mampu perusahaan menghasilkan laba dari proses operasional yang telah dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Nilai profitabilitas yang tinggi mengindikasikan kinerja manajemen yang baik karena hal tersebut mempengaruhi cepat atau lambatnya manajemen melaporkan kinerjanya. Proses pengauditan laporan keuangan akan semakin lama apabila perusahaan mengalami kerugian. Kartika (2011) menyatakan tingkat keuntungan digunakan sebagai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaaan. Lee dan Jahng (2008) menyatakan bahwa perusahaan yang mendapatkan laba akan mengambil sedikit waktu untuk mengaudit. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan keharusan untuk menyampaikan kabar baik secepatnya kepada publik. Perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah akan cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena laporan keuangannya mengandung bad news. Perusahaan yang mengalami kerugian atau tingkat profitabilitasnya rendah akan membawa dampak buruk yang menyebabkan turunnya penilaian kinerja suatu perusahaan.
7
Teori sinyal bermanfaat dalam menjelaskan ketepatan waktu (sifat relevan) penyajian laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada pihak publik sehingga dapat memberi sinyal bahwa perusahaan mempunyai informasi yang bermanfaat atau memiliki good news. Semakin lama audit report lag menyebabkan kurang bergunanya informasi dalam pengambilan keputusan karena informasi kehilangan sifat relevannya. Sinyal yang diberikan perusahaan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti publikasi laporan keuangan. Publikasi laporan keuangan dilakukan oleh manajer untuk memberikan informasi kepada pasar. Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal bad news atau good news. Beberapa peneliti menguji tentang audit report lag yang dihubungkan dengan variabel faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Tedja (2010) menguji ukuran perusahaan pada audit report lag. Hasil penelitiannya membuktikan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma, dkk. (2010) menguji faktor-faktor yang berpengaruh pada audit report lag. Hasil penelitiannya membuktikan profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag, sedangkan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Juanita (2012) meneliti variabel ukuran perusahaan dan variabel profitabilitas pada audit report lag. Hasil penelitiannya membuktikan variabel ukuran perusahaan dan variabel profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
8
Berdasarkan beberapa penelitian yang terdahulu yang di uraikan di atas menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Terdapat perbedaan hasil penelitian antara beberapa peneliti dengan variabel yang sama, hal ini menyebabkan ketertarikan penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai ukuran perusahaan serta pengaruhnya pada audit report lag. Bedanya, dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel pemoderasi yaitu profitabilitas yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag. Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur jumlahnya banyak di Indonesia dan memiliki kompleksitas dalam informasi laporan keuangan.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian: 1) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada audit report lag? 2) Apakah profitabilitas mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.
9
2) Untuk mengetahui kemampuan profitabilitas memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.
1.4
Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut: 1)
Kegunaan Teoritis Secara teoritis diharapkan penelitian ini akan memberikan wacana (input) bagi perkembangan studi akuntansi mengenai konsep dasar yang berkaitan dengan Audit Report Lag (ARL), serta dapat membantu memberikan referensi dalam mengadakan penelitian lebih lanjut tentang Report Lag (ARL).
2)
Kegunaan Praktis Bagi praktisi manajemen perusahaan, analisis keuangan, investor dan kreditor bahwa hasil penelitian ini akan memberikan gambaran serta temuan-temuan tentang ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap audit report lag.
1.5
Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang
satu dengan yang lain dan disusun secara terperinci serta sistematis untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari masing-masing bab skripsi ini, dapat dilihat dalam sistematika penyajian berikut: BAB I
PENDAHULUAN
10
Bab ini memuat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini mengkaji mengenai landasan teori dan konsep yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang dapat digunakan sebagai dasar acuan penelitian, pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan skripsi ini, hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan. BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang gambaran umum organisasi, deskripsi sampel penelitian, hasil deskripsi statistik, dan hasil uji hipotesis. BAB V
SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang memuat simpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
11