BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian kedelapan di dunia
dan penyebab pertama kematian pada remaja usia 15-29 tahun (WHO, 2013). Secara global, diperkirakan lebih dari 1,2 juta orang meninggal dunia dan 20-50 juta orang mengalami cedera akibat kecelakaan lalu lintas dengan total kerugian 518 miliar dolar Amerika (Peden, et al., 2004). Kejadian ini 80% terjadi di negara dengan pendapatan menengah dan rendah. Di Indonesia, kecelakaan lalu lintas mengalami peningkatan 11.2% per tahunnya dengan jumlah korban cedera dan meninggal sebanyak 256.199 jiwa pada periode 2009-2013 (Badan Pusat Statistik, 2013). Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara urutan kelima tertinggi dalam kecelakaan lalu lintas (WHO, 2013) dan menjadikannya sebagai pembunuh nomor tiga di Indonesia (Asmarawati, 2015). Berdasarkan data dari Polres Klaten (2015), tahun 2010-2014, kecelakaan lalu lintas dari tahun ke tahunnya mengalami peningkatan dengan total korban baik cedera dan meninggal sebanyak 3.733 jiwa. Direktorat Jendral Hubungan Darat Indonesia (1997) mendefinisikan kecelakaan lalu lintas merupakan peristiwa yang tidak tentu kapan terjadi dan memiliki multi faktor yang selalu didahului oleh situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan mereka. Kecelakaan lalu lintas diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu berat, sedang, ringan, dan 1
2
klasifikasi lain (Sartono, 1993). Kecelakaan lalu lintas juga menyebabkan timbulnya korban jiwa yang berdasarkan UU No 22 tahun 2009 dibagi menjadi korban mati, luka berat, dan luka ringan. Dalam kasus kecelakaan lalu lintas, terdapat pihak yang harus bertanggung jawab atas terjadinya kejadian tersebut, pihak yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas (pelaku). Menurut UU No. 22 tahun 2009, pelaku merupakan orang yang melakukan pelanggaran dan
kelalaian
atau
kealpaan
yang
dapat
mengakibatkan
rusaknya
kendaraan/barang, mengakibatkan korban luka ringan, luka berat, dan meninggal dunia. Dalam hukum acara pidana, penentuan pelaku benar atau salah memerlukan setidaknya dua alat bukti yang sah ditambah keyakinan hakim. Pasal 184 KUHAP, menjelaskan bahwa alat bukti yang sah merupakan keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Pada kasus kecelakaan lalu lintas, keterangan ahli merupakan surat keterangan dari dokter mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada korban hidup yang mengalami luka-luka atau pada korban meninggal, yang disebut sebagai Visum et Repertum (Ranoemihardja, 1991). Visum et Repertum hanya dapat dibuat oleh dokter umum atau dokter spesialis yang masih menjalani profesinya (Saleh & Soegandhi, 1974) dan hanya dapat dimintakan pada dokter oleh penyidik dan pembantu penyidik dari kepolisian. Visum et Repertum terbagi menjadi Visum et Repertum pada orang hidup ( seketika, sementara, lanjutan) dan Visum et Repertum pada orang mati. Dokter yang dibebani untuk memberikan surat Visum et Repertum tertuang aturannya dalam pasal 133 ayat 1
3
KUHP, dan apabila dokter menolak membuatnya, dokter dapat dikenakan sanksi pidana penjara selama-lamanya 9 bulan (Afandi, 2010). Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin memaparkan gambaran kasus kecelakaan lalu lintas berdasarkan Visum et Repertum di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten 2014-2016. Peneliti memilih Kabupaten Klaten dikarenakan lokasi Kabupaten Klaten dilewati oleh jalan raya Solo-Yogya yang setiap harinya dipenuhi kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Jumlah kendaraan pada pagi hari mencapai 2410 kendaraan sedang dan berat per jamnya. Pada motor, jumlahnya mencapai 9859 per jamnya (Daerah Unit Pelayanan Pendapatan dan Pengelolaan Aset, 2013). Selain itu, pemilihan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro dikarenakan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro merupakan awal mula sejarah dari berdirinya Fakultas Kedokteran UGM sebelum berpindah ke Yogyakarta.
B.
Perumusan Masalah Bagaimanakah gambaran kasus kecelakaan lalu lintas yang dimintakan
Visum et Repertum di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten 2014-2016?
C.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan persentase kasus
kecelakaan lalu lintas yang dimintakan Visum et Repertum di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sejak Januari 2014 – Maret 2016.
4
D.
Keaslian Penelitian 1.
Gambaran kasus kecelakaan lalu lintas yang dimintakan Visum et Repertum di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP dr. Sardjito Tahun 2009-2010 oleh Adhitya Bagus Kurniawan (2011). Penelitian ini menggambarkan presentase Visum et Repertum kasus kecelakaan lalu lintas pada Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP dr. Sardjito tahun 2009-2010. Persamaan antara kedua penelitian terletak pada pembahasan mengenai kecelakaan lalu lintas berdasarkan Visum et Repertum, sedangkan perbedaan terletak pada waktu terjadi kecelakaan dan lokasi kecelakaan. Selain itu, perbedaan juga terletak di parameter yang hanya jenis kelamin, waktu kecelakaan, dan diambil atau tidaknya Visum et Repertum oleh penyidik.
2.
Angka kejadian korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan hasil pemeriksaan luar Visum et Repertum di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011-2013 oleh Sharanjit et al., (2015). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui angka kejadian korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan hasil pemeriksaan luar Visum et Repertum di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2011-2013. Persamaan antara kedua penelitian terletak pada tujuan untuk mengetahui angka kejadiaan kecelakaan lalu lintas berdasarkan Visum et Repertum. Perbedannya, pada penelitian ini tidak terdapat rentang tahun terjadinya kecelakaan dan lokasi kecelakaan yang bukan di Kabupaten
5
Klaten. Selain itu, pada penelitian ini terdapat parameter kendaraan yang dipakai ketika kecelakaan dan banyaknya jenis luka yang dialami korban.
E.
Manfaat Penelitian 1. Bagi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Hasil penelitian mengenai kasus kecelakaan lalu lintas berdasarkan Visum et Repertum pada tahun 2014 hingga 2016 yang masuk di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten diharapkan akan berguna untuk menjadi bahan masukan data epidemiologi rumah sakit. 2. Bagi kalangan dokter Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan untuk dokter mengenai hubungan antara ilmu hukum dengan ilmu kedokteran forensik dan juga mengingatkan dokter akan pentingnya Visum et Repertum sehingga dapat dibuat sebaik-baiknya agar dapat dipertanggungjawabkan. 3. Bagi masyarakat umum Memberikan informasi pada masyarakat umum mengenai kecelakaan lalu lintas dan bagaimana melaporkan kejadiannya ke pihak yang berwajib, sehingga
diharapkan
berkendaraan.
naiknya
rasa
kewaspadaan
masyarakat
ketika