1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum merupakan hak asasi warga negara Republik Indonesia. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional, sehingga memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas andal, serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan dalam melaksanakan usahanya. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha
agar
mau dan mampu menolong,
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan,
sumberdaya
lainnya,
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya. Sebagai kegiatan pendidikan, penyuluhan pertanian adalah upaya untuk membantu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pelaku utama dan keluarganya, serta pelaku usaha (Deptan, 2009) Departemen Pertanian mempunyai Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) tahun 2007 dilaksanakan di 18 Provinsi, 69 Kabupaten dan 3.120 Desa merupakan program yang memfasilitasi kegiatan penyuluhan pertanian yang dikelola oleh petani atau Farmers Managed Extension Activities (FMA). Pada tahun 2009 Kabupaten Ende merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang ditetapkan sebagai pelaksana program FMA. Penetapan Kabupaten Ende sebagai 1
2
pelaksana program tersebut karena sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian dan tinggal di perdesaan, mayoritas
usaha
petani
97%
adalah
tergolong usaha mikro (Deptan, 2009). FMA dirancang sebagai wahana pembelajaran bagi petani untuk mengubah perilaku, pola pikir, dan sikap petani dari petani subsisten tradisional menjadi petani modern berwawasan agribisnis melalui pembelajaran yang berkelanjutan dengan pendekatan belajar sambil berusaha (learning by doing). Kegiatan pembelajaran dalam FMA menitikberatkan pada pengembangan kapasitas manajerial, kepemimpinan, dan kewirausahaan pelaku utama dalam melaksanakan pembelajaran agribisnis berbasis inovasi teknologi (Deptan, 2009). FMA
merupakan kegiatan manajemen penyuluhan yang dikelola
sendiri oleh petani mulai dari proses, sehingga ada hasil dan dampak. Kegiatan FMA meliputi (1). rembug tani untuk penetapan penyuluh swadaya, memilih pengurus FMA, menetapkan jenis usaha sesuai kebutuhan pasar dan komoditas unggul lokal daerah, (2) pelatihan bagi penyuluh swadaya, pengurus FMA, tenaga pemandu lapang (PPL PNS), dan Kepala BPP di tingkat Kabupaten, (3). pelaksanaan
PRA, (4) penyusunan
proposal
pembelajaran, (5).verifikasi
proposal oleh tim verifikasi, (6) kegiatan pembelajaran ( sekolah lapang, magang, dan pelatihan). Pelaksanaan
kegiatan
FMA di Kabupaten
Ende
tersebar
di
16 Kecamatan dan terdapat sembilan jenis usaha. Salah satu jenis usaha yang dilaksanakan pada kegiatan FMA adalah agribisnis kakao, karena kakao merupakan komoditas unggulan lokal daerah, yang dapat ditunjukkan dengan luas
3
areal tanam kakao dari tahun ke tahun terus meningkat yaitu pada tahun 2006 seluas 5.297 ha, tahun
2007 seluas 5.504,4 ha, dan tahun 2008 seluas
5.566,9 ha, sedangkan produksinya tahun 2006 sebesar 2.141 ton/ha, tahun 2007 2.850,9 ton/ha, dan tahun 2008 2.946,4 ton/ ha (BKP3 Kabupaten Ende 2009). Lokasi
dan
peserta
kegiatan
FMA
agribisnisnis
kakao
di
Kabupaten Ende (Tabel 1.1). Tabel 1.1 Lokasi dan Peserta Kegiatan FMA Agribisnis Kakao di Kabupaten Ende No 1
Kecamatan Lio Timur
2
Kotabaru
3 4
Maukaro Wewaria
5
Ndori
6 7 8 9
Wolojita Ndona Timur Ndona Ende
10
Nangapanda
Desa Wolosambi Liabeke Kotabaru Loboniki Tou Barat Nabe Fataatu Timur Ekoae Wonda Kelisamba Pora Roga Puutuga Ndetundora Tomberabu Ondorea Barat Ndeturea Sanggarhorho Zozozea
Perempuan 7 7 10 10 10 6 9 17 8 14 5 10 5 7 12 6 15 14 10
Laki-laki 23 23 30 30 20 19 16 33 17 16 25 15 20 23 18 24 25 16 20
Jumlah 30 30 40 40 30 25 25 50 25 30 30 25 25 30 30 30 40 30 30
Sumber : BKP3 Kabupaten Ende (2009).
Perkembangan kegiatan FMA dapat diketahui melalui monitoring, evaluasi, dan pelaporan secara sistematik, berjenjang, terukur, transparan, dan dilaksanakan setiap tahun anggaran sebagai pertanggungjawaban keproyekan. Kegiatan FMA meliputi proses pelaksanaan, hasil, dan dampak telah ditetapkan pada pedoman umum pelaksanaan kegiatan FMA. Dasar pemikiran itulah, maka
4
perlu dilakukan penelitian yang berjudul : Evaluasi FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara Timur. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kesesuaian antara proses pelaksanaan, hasil, dan dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dengan pedoman umum FMA? 2. Apakah ada pengaruh proses pelaksanaan dan hasil terhadap dampak keberhasilan
FMA
agribisnis
kakao
di
Kecamatan
Nangapanda
Kabupaten Ende? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Mengetahui kesesuaian antara proses pelaksanaan, hasil, dan dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dengan pedoman umum FMA. 2. Menganalisis pengaruh proses pelaksanaan dan hasil terhadap dampak keberhasilan
FMA
Kabupaten Ende.
agribisnis
kakao
di
Kecamatan
Nangapanda
5
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Ende melalui Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Ende, dalam rangka melakukan pembinaan dan pengembangan kegiatan FMA. 2. Memberikan informasi atau kajian ilmiah kepada petani FMA agribisnisnis kakao di Kecamatan Nangapanda. 3. Bagi penulis, dapat mengembangkan wawasan dan kemampuan pemahaman teoritis dalam mengembangkan FMA agribisnisnis kakao. 4. Memberikan bahan bagi peneliti lain dalam pengembangan penelitian yang relevan dengan penelitian ini. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian meliputi evaluasi FMA serta setelah
penerapan FMA. Penelitian dilakukan pada petani kakao di Kecamatan Nangapanda karena sebagian besar usahanya adalah kakao dan merupakan komoditi unggulan lokal. Pada dasarnya FMA merupakan salah satu metode penyuluhan yang diarahkan untuk lebih meningkatkan ketrampilan melalui pendampingan oleh para penyuluh guna meningkatkan kondisi sosial ekonomi petani. Variabel-variabel penelitian meliputi proses pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan FMA di Kecamatan Nangapanda.
6