1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sebagai sistem pengukuran dan pengkomunikasian dalam menyediakan informasi ekonomi dan sosial dari suatu unit organisasi (satuan usaha) mempunyai peranan membantu pihak yang berkepentingan dalam membuat pertimbangan (judgement) dan keputusan yang beralasan (informed) untuk mengendalikan alokasi sumber ekonomi yang optimal dalam pencapaian unit organisasi. Profesi akuntan memiliki peran yang strategis sebab informasi yang dihasilkan yaitu berupa laporan keuangan dapat mempengaruhi kinerja masyarakat secara umum, apabila dikaitkan dengan pengendalian sumber ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak, Sehingga dalam memberikan informasi keuangan tersebut harus dapat diandalkan. Oleh karena itu, masyarakat memerlukan jasa profesional untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan. Atas informasi keuangan yang handal, masyarakat akan memiliki dasar yang dapat dipercaya untuk menyalurkan dana mereka ke usaha-usaha yang efisien sehingga menjadikan perekonomian yang sehat dalam suatu Negara.
2
Sudah sejak lama peran dan posisi akuntan menjadi sasaran dan kritik masyarakat pada umumnya dan dunia usaha pada khususnya, seperti yang terjadi pada kasus Enron dan Tyco International. Pada masa yang lalu, yang menjadi sasaran utama adalah profesi akuntan publik berhubung dengan keterlibatan dalam mekanisme pengendalian sosial yang sarat dengan konflik-konflik kepentingan ekonomi dan politik. Posisi akuntan akan selalu berada di ujung tanduk dan akan mencapai titik depresi serta resesi ekonomi, terutama apabila kejadiannya juga dipicu oleh skandal korporasi. (sumber : Ginanjar Farto Legowo, dalam skripsinya, 2004, yang berjudul “pengaruh time budget pressure terhadap perilaku
ineffective
auditor) Dalam lingkungan kantor akuntan publik yang saat ini sangat kompetitif, kepercayaan masyarakat kepada auditor merupakan suatu hal yang penting. Auditor adalah Ikatan Akuntan Indonesia, maka kepercayaan masyarakat kepada auditor sudah pasti merupakan kepercayaan masyarakat terhadap Ikatan Akuntan Indonesia. Dengan kepercayaan tersebut harus dapat memberikan timbal balik dalam memberikan suatu sikap dan tindakan berkualitas yang dituntut secara professional. Agar kualitas dan nilai-nilai di atas dapat dijaga secara utuh, maka perlu adanya pemeliharaan kualitas atau mutu pemeriksaan auditor.
3
Dalam pekerjaannya, auditor dari kantor akuntan publik memiliki tanggung jawab yang besar sehingga dituntut untuk mempunyai independensi dan kompetensi yang tinggi. Dalam melakukan langkah audit, hal yang pertama harus diketahui adalah mengerti hasil akhir yang akan dihasilkan. Untuk dapat melakukan audit dengan baik, standar auditing dan tahap-tahap audit harus dilakukan sesuai dengan program kerja yang telah disusun. Pada tahap awal audit, khususnya dalam perencanaan audit, telah ditetapkan suatu anggaran waktu (time budget) yang disusun dengan persetujuan klien. Time budget bertujuan untuk membantu auditor dalam melakukan langkah-langkah audit untuk setiap program auditnya. Namun, pada kenyataannya time budget ini dapat menimbulkan tekanan (pressure) bagi para auditor untuk dapat memenuhi anggaran waktu tersebut. Hal ini berpengaruh pada kualitas kerja maupun kinerja auditor tersebut yang pada akhirnya dapat mempengaruhi laporan audit yang dihasilkan. Dilaporkan sampai tahun 2004, Departemen Keuangan di Indonesia, melalui Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai, berhasil melakukan pemeriksaan terhadap 45 AP dan 30 KAP dari 879 AP dan 426 KAP yang terdaftar. Hasil pemeriksaan menunjukan masih terdapat banyak kelemahan yang mendasar dalam menerapkan SPAP. Dari pemeriksaan tersebut terdapat 40% AP dan 26% KAP yang diperiksa tahun
4
2003 sampai saat ini dikenai sanksi peringatan, 11% sanksi pembekuan, 2% sanksi pencabutan izin. Pelanggaran yang dilakukan cukup berat dan beragam, misalnya tidak melakukan pengkajian terhadap resiko audit dan tidak melakukan perencanaan sempel audit secara representatife. Pelanggaran yang dilakukan tersebut merupakan prilaku auditor yang dapat menurunkan kualitas audit sehingga kemungkinan berpengaruh terhadap laporan yang dihasilkan. ( Sumber : Mia Virginia, dalam skripsinya, 2007, yang berjudul “pengaruh time budget pressure terhadap penurunan kualitas audit”) Dengan adanya tekanan untuk menyelesaikan audit sesuai dengan anggaran waktu yang telah ditetapkan, dapat mempengaruhi perilaku seorang auditor dalam pengambilan keputusan. Tekanan seperti ini berpotensi menimbulkan sikap dan tindakan professional seorang auditor menurun, yang nantinya dapat mengurangi kualitas audit dan laporan yang dihasilkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paul Coran, Juliana Ng dan David R Woodliff dalam jurnalnya ”The effect of risk of misstatement on the propensity to commit reduced audit quality acts under time budget pressure”
yang dilakukan terhadap 103 auditor senior berkesimpulan
bahwa penelitian lebih mendalam terhadap time budget pressure yang dapat berpengaruh terhadap kualitas audit harus terus dilakukan. Mereka mengatakan bahwa dibawah time budget pressure dengan intensitas tinggi,
5
tingkat resiko error
penugasan akan
terus bertambah dan dapat
berpengaruh pada berkurangnya kualitas audit. Terdapat suatu fenomena yang terjadi di Indonesia bahwa pada umumnya perusahaan melakukan audit pada year-end dan jarang untuk melakukan audit pada saat interim (Interim Audit). Dengan keadaan tersebut, audit time budget yang ditetapkan menjadi sangat ketat dan menimbulkan tekanan (pressure) bagi auditor. Time budget pressure yang dirasakan oleh auditor kemungkinan dapat menimbulkan prilaku yang dapat mengurangi kualitas audit dalam melaksanakan tugas audit sesuai dengan time budget yang telah ditetapkan. Kemudian ada juga fenomena yang terjadi di saat pemilu tahun 2009, ada beberapa KAP yang terlambat menyerahkan laporan penggunaan keuangan serta rekening akhir 38 parpol se-jabar kepada KPU. Karena waktu yang hanya kurang lebih satu bulan membuat beberapa KAP mengalami keterlambatan dalam penyerahan hasil laporan audit dengan keadaan tersebut para auditor tentunya akan bekerja dengan tekanan untuk segera menyelasaikan tugas, hal tersebut tentunya memiliki resiko untuk mengurangi kualitas audit yang dihasilkan nantinya. (Sumber : Tribun Jabar, selasa, 26 mei 2009) Untuk dapat mengetahui pokok permasalahan sebenarnya yang mempengaruhi kualitas jasa audit, maka penulis tertarik melakukan
6
penelitian sehubungan dengan pengaruh time budget pressure terhadap kualitas jasa audit itu sendiri dengan cara mengukur kualitas jasa berdasarkan kualitas audit yang dihasilkan. Berdasarkan fenomena-fenomena serta hasil penelitian dalam jurnal akuntansi yang telah dikemukakan, maka penulis mengambil judul : “PENGARUH TIME BUDGET PRESSURE TERHADAP KUALITAS JASA AUDIT”
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana time budget pressure pada 5 KAP di kota Bandung. 2. Bagaimana kualitas jasa audit pada 5 KAP di kota Bandung. 3. Seberapa besar pengaruh time budget pressure terhadap kualitas jasa audit.
1.3 Maksud dan Tujuan penelitian 1.3.1
Maksud penelitian Maksud dari penelitian yang dilakukan penulis adalah mengadakan
studi perbandingan untuk mengetahui relevansi antara teori yang ada dengan praktek yang sebenarnya tentang pengaruh time budget pressure terhadap kualitas jasa audit.
7
1.3.2
Tujuan penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi time budget pressure yang terjadi pada KAP di kota Bandung. 2. Mengetahui kualitas jasa audit pada KAP di kota Bandung. 3. Mengetahui besarnya pengaruh time budget pressure terhadap kualitas jasa audit pada KAP di kota Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1
Kegunaan praktis Data dan informasi serta hasil yang diperoleh dari penelitian ini
diharapkan dapat berguna untuk : 1. Penulis sendiri Sebagai suatu pengalaman yang berharga bagi penulis karena dapat memperoleh gambaran secara langsung mengenai bagaimana teoriteori akuntansi dapat diterapkan dalam dunia praktek khususnya tentang time budget pressure dan kualitas jasa audit. 2. KAP yang menjadi objek penelitian Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk memperluas wawasan auditor mengenai pengaruh lebih lanjut atas time budget pressure terhadap kualitas jasa audit.
8
3. Bagi peneliti lain Untuk dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian selanjutnya. 1.4.2
Kegunaan teoritis Dengan hasil penelitian yang terbatas ini, diharapkan dapat
memperkaya khasanah pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu ekonomi khususnya akuntansi mengenai pengaruh time budget pressure terhadap kualitas jasa audit, serta sebagai bahan perbandingan antara teori dengan praktek nyata di KAP yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
1.5 Kerangka pemikiran Auditing menurut Arens, Elder dan Beasley dalam bukunya “Auditing” yang dialih bahasakan oleh Tim Dejacarta adalah : Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang berkompeten dan independen. (Arens, Elder dan Beasley, 2003:15) Berdasarkan definisi tersebut, menunjukkan bahwa auditing merupakan suatu proses pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti
9
atas informasi apakah telah disajikan secara wajar dalam batas-batas tertentu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Ada beberapa jenis audit yang dilaksanakan kantor akuntan publik, yaitu : 1. Audit Operasional. 2. Audit Kepatuhan . 3. Audit atas Laporan Keuangan. (Arens, Elder dan Beasley, 2003:19-21) Pelaksanaan audit ini harus dilaksanakan oleh seorang auditor yang kompeten dan independen. Dalam pelaksanaannya audit terdiri dari empat fase, yaitu : 1. 2. 3. 4.
Accepting the audit engagement (menerima penugasan audit) Planning the audit (merencanakan Audit) Performing audit test (melaksanakan pengujian audit) Reporting the findings (melaporkan temuan) (Boyton & Kell, 2001 : 189)
Pada tahap perencanaan audit, manajer menyusun suatu time budget untuk menentukan jam audit yang dibutuhkan oleh setiap level auditor. Time budget ini disesuaikan dengan audit fee yang disepakati oleh klien. Menurut Guy, Aldeman and Winter (1990:502) yang dikutip penulis dari Ginanjar Farto Legowo, dalam skripsinya, 2004, yang berjudul “pengaruh time budget pressure terhadap perilaku Ineffective Auditor”. Time budget adalah : “A schedule showing the estimated time for each section of the
10
audit program”. Time budget adalah suatu target waktu penyelesaian untuk setiap tahapan dalam program audit. Time budget lebih bersifat suatu garis besar atau panduan, sehingga bukan merupakan hal yang mutlak. Jika auditor dihadapkan pada kondisi tertentu yang mengakibatkan perlunya audit program diperluas, auditor tidak perlu terpaku pada time budget karena tujuan utama dari audit adalah memberikan opini yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) bukan untuk memenuhi time budget. Time budget dilakukan agar proses pemeriksaan yang telah dilakukan sesuai dengan cost-benefitnya. Auditor yang membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu normal untuk sebuah tugas bukan merupakan hal yang baik dimata atasan dan tidak membawa pengaruh yang baik pula bagi peningkatan karirnya. Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya yang dapat menentukan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. Efektifitas pada setiap organisasi akan dipengaruhi oleh prilaku manusia. Setiap manusia memiliki persepsi, kepribadian, dan pengalaman yang berbeda dalam hal kemampuan untuk belajar dan memiliki perbedaan dalam kepercayaan dan inspirasi.
11
Adanya time budget yang ketat menimbulkan tekanan (pressure) terhadap auditor. Menurut Dezoort (1998) yang dikutip dari jurnal “Time Budget Pressure Researce in Auditing”, menyatakan bahwa ada dua tipe pressure (tekanan) yaitu time deadline pressure dan time budget pressure adalah suatu tekanan (pressure) yang terjadi pada profesional akuntan. Suatu studi psikologi yang dilakukan oleh Ben Zur and Breztniz (1981), Alderman dan Deitrick (1982), Kelly dan Margheim (1990), Ragunathan (1981), Willet dan Page (1996) yang diambil dari jurnal yang sama seperti diatas, manyatakan bahawa “The level audit of time budget pressure impact on the propensity to commit RAQ acts”, meningkatnya tekanan anggaran waktu berpengaruh pada penurunan kualitas audit. Mereka mendefinisikan perilaku penurunan kualitas audit yaitu : “Intentional actions taken by an auditor
during
an
angagement
wich
reduce
evidence-gathering
effectiveness inappropriately”, sebagai suatu tindakan yang sengaja dilakukan oleh auditor selama penugasan audit dengan mengurangi pengumpulan bukti. Perilaku yang secara langsung berpengaruh pada penurunan kualitas jasa audit akan mempercepat penyelesaian langkah-langkah pada program audit, seperti mengurangi jumlah pekerjaan yang seharusnya dilakukan pada program audit dan mempercayai alasan klien mengenai suatu bukti tanpa menganalisis kebenarannya.
12
Dari penelitian yang dilakukan oleh Kelley dan Marghaim (1990), Malone dan Roberts (1996), Coran dan Juliana Ng (2004) yang dikutip penulis dari Ginanjar Farto Legowo, dalam skripsinya, 2004, yang berjudul “pengaruh time budget pressure terhadap perilaku Ineffective Auditor” terdapat berbagai macam prilaku yang dapat mengurangi kualitas audit, yang diantaranya : 1. Reduce the pemeriksaan)
examination
sample.
(mengurangi
sempel
2. Accepting doubtfull audit evidence. (menerima bukti audit yang lemah) 3. Not testing all of the items in a selected sample. (melakukan penyingkatan pemeriksaan)
Dengan adanya tekanan untuk menyelesaikan audit sesuai dengan anggaran waktu yang telah ditetapkan, dapat mempengaruhi perilaku seorang auditor dalam pengambilan keputusan. Tekanan seperti ini berpotensi menimbulkan sikap dan tindakan professional seorang auditor menurun, yang nantinya dapat mengurangi kualitas audit dan laporan yang dihasilkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paul Coran, Juliana Ng dan David R Woodliff dalam jurnalnya ”The effect of risk of misstatement on the propensity to commit reduced audit quality acts under time budget pressure”
yang dilakukan terhadap 103 auditor senior berkesimpulan
bahwa penelitian lebih mendalam terhadap time budget pressure yang
13
dapat berpengaruh terhadap kualitas audit harus terus dilakukan. Mereka mengatakan bahwa dibawah time budget pressure dengan intensitas tinggi, tingkat resiko error
penugasan akan
terus bertambah dan dapat
berpengaruh pada berkurangnya kualitas audit.
Berdasarkan
rangkaian pemikiran diatas, penulis mencoba
merumuskan hipotesis sebagai berikut : “Jika intensitas time budget pressure tinggi maka hasil audit akan berkurang kualitasnya” 1.6 Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan sekaligus dalam rangka penyusunan skripsi, yaitu pada lima kantor akuntan publik (KAP) yang terletak di kota Bandung sebagai bahan perbandingan dalam penelitian ini.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Auditing
2.1.1 Pengertian Auditing Banyak sekali literatur yang mengungkapkan tentang definisi dari auditing atau pemeriksaan, di mana semua arti pengertian itu adalah hampir sama. Secara garis besar, auditing merupakan suatu proses membandingkan antara kondisi dengan kriteria untuk menguji apakah kondisi yang ada sudah sesuai dengan kriteria atau standar. Adapun yang dimaksud dengan kondisi adalah kenyataan yang ada atau keadaan yang sebenarnya yang melekat pada obyek yang diperiksa, sedangkan kriteria adalah standar tertentu atau hal yang seharusnya dikerjakan atau hal yang seharusnya melekat pada obyek yang diperiksa. Auditing menurut Alvin A. Arens, Elder dan Beasley (2003;15) dalam Tim Dejacarta adalah; “Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang berkompeten dan independen”.
15
2.1.2 Jenis-Jenis Audit Jenis-jenis audit menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley (2003;18) dalam Tim Dejacarta adalah : 1. Audit atas laporan keuangan Audit atas laporan keuangan adalah audit untuk menentukan apakah seluruh laporan keuangan (informasi yang diuji) telah dilaksanakan sesuai kriteria tertentu. Umumnya, kriteria tersebut adalah pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, walaupun merupakan hal yang umum untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan yang dibuat dengan metode kas atau metode akuntansi lainnya yang cocok bagi organisasi tersebut. 2. Audit kepatuhan Audit kepatuhan adalah suatu audit yang dilakukan untuk menentukan apakah klien (auditee) telah mengikuti prosedur, tata cara, serta peraturan yang dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi. 3. Audit operasional Audit operasional adalah tinjauan atas bagian tertentu dari prosedur serta metode operasional organisasi tertentu yang bertujuan mengevaluasi efisiensi serta efektivitas prosedur serta metode tersebut.
Bila dilihat dari sisi untuk siapa audit dilaksanakan, menurut Abdul Halim (2003;7), auditing dapat juga diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu; 1. Auditing Eksternal Audit eksternal merupakan suatu kontrol sosial yang memberikan jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk pihak luar perusahaan yang diaudit. Auditor adalah pihak luar perusahaan yang independen. Auditing ini pada umumnya bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan. 2. Auditing Internal Auditing internal adalah suatu kontrol organisasi yang mengukur dan mengevaluasi efektifitas organisasi. Informasi yang dihasilkan ditujukan untuk manajemen organisasi itu sendiri.
16
Auditor internal bertanggung jawab terhadap pengendalian internal perusahaan demi terciptanya efisiensi, efektivitas dan ekonomisasi serta ketaatan pada kebijakan yang diambil oleh perusahaan. 3. Auditing Sektor Publik Auditing sektor publik adalah suatu kontrol atas organisasi pemerintah yang memberikan jasanya kepada masyarakat. Audit dapat mencakup audit laporan keuangan, audit kepatuhan maupun audit operasional. 2.1.3 Jenis-Jenis Auditor Auditor yang ditugaskan untuk mengaudit tindakan ekonomis atau kejadian untuk entitas individual atau entitas hukum pada umumnya menurut Mulyadi (2002;28) diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu; 1. Auditor Independen Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintahan (terutama instansi pajak). Profesi auditor independen memperoleh honorarium dari klien, dalam menjalankan keahliannya, namun demikian auditor independen harus tetap independen dalam menjalankan tugasnya tanpa harus memihak kepada kepentingan kliennya. Oleh karena itu, independensi auditor dalam melaksanakan keahliannya merupakan hal yang pokok, meskipun auditor tersebut dibayar oleh kliennya karena jasa yang diberikannya tersebut. 2. Auditor pemerintahan Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. 3. Auditor intern
17
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan Negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. 2.1.4 Perbedaan Layanan Internal Audit dan Eksternal Audit Hiro Tugiman (1997:6) mengutip dari Barlow
(1995) dalam
membandingkan perbedaan layanan eksternal dan internal audit dari beberapa aspek pelayanan yang dikutip penulis dalam skripsinya Musiana tahun 2003, yaitu : Aspek
Eksternal Audit
Internal Audit
Konsumen
Pemegang saham
Manajer dan Komite Audit
Fokus
Risiko Laporan
Risiko Usaha
Keuangan Orientasi
Masa lalu sampai
Saat ini dan yang akan
dengan saat ini
datang
Pengendalian
Tidak Langsung
Langsung
Kecurangan
Tidak Langsung
Langsung
Kebebasan
Objektifitas
Berdasarkan Status
Kegiatan
Tiap Periode Akuntansi
Proses yang sedang berjalan
18
2.1.5 Standar Auditing yang berlaku umum 1
Standar auditing merupakan pedoman yang berlaku bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing dimana prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan sedangkan standar merupakan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakkan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melaluai penggunaan prosedur tersebut.
2
Standar auditing meliputi pertimbangan mengenai kualitas profesional auditor, seperti keahlian dan independensi, peryaratan pelaporan dan bahan bukti. Pedoman utama adalah 10 standar auditing atau 10 General Auditing Standards yang disusun oleh AICPA dan diadaptasi oleh IAI dalam SPAP pada seksi 159 yang terdiri dari : Standar Umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Standar Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disuvervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
1
Standar Pelaporan Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang belaku umum di Indonesia.
19
2
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4
Laporan auditor harus memuat sesuatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
2.2 Time Budget Pressure 2.2.1 Pengertian Time Budget Secara umum time budget didefinisikan sebagai waktu yang dialokasikan untuk melaksanakan langkah-langkah dalam setiap program audit. Penyusunan time budget dilakukan pada tahap awal dari audit yaitu pada tahap planning. Hal tersebut dikemukakan oleh Meigs, Whittington, Pany (1992;133) dalam buku Principle of Auditing yaitu sebagai berikut : “ an estimate of time required to performance step in the audit program”. Artinya: Suatu estimasi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan langkah-langkah audit”.
20
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Aldermen, Guy and Winters dalam bukunya Auditing yang mendefinisikan time budget sebagai suatu bagian dari perencanaan yang digunakan auditor utuk menetapkan panduan dalam satuan waktu (jam) untuk setiap langkah audit. Jumlah waktu harus dialokasikan dengan persiapan dari skedul kerja yang menunjukkan siapa yang melaksanakan serta apa dan berapa lama hal tersebut dilakukan. Kemudian total waktu tersebut dianggarkan pada kategori utama di prosedur audit dan disusun dalam bentuk skedul mingguan. Hal ini sesuai dengan definisi time budget dari Wallace (1988;31), dalam skripsi Ginanjar Farto Legowo tahun 2004), yaitu; “a time budget is an estimated of the total hours an audit is expected to take it is based on the information obtained in the first major step in the audit planning obtaining an understanding of the clients”. Artinya: Anggaran waktu adalah jumlah jam yang dialokasikan berdasarkan informasi pada langkah utama dalam perencanaan audit untuk memperoleh pemahaman tentang klien. Suatu program audit harus dapat mencantumkan time budget yang terperinci untuk suatu penugasan audit. Dari penjelasan di atas maka time budget adalah suatu estimasi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan langkah-langkah audit dalam program audit. Setiap time budget disusun berdasarkan informasi yang diperoleh pada langkah awal dalam audit yaitu memperoleh pemahaman atas klien. Menurut Wallace yang dikutip penulis dari Ginanjar Farto Legowo, dalam skripsinya, 2004, yang berjudul “pengaruh
21
time budget pressure terhadap perilaku Ineffective Auditor” (1998;131) halhal tersebut antara lain : 1. The clients size, indicated by its gross assets, sales, number of employees, etc. 2. The location of clients facilities. 3. The anticipated accounting and auditing problems. 4. The competence and experience of staff available. Dalam penyusunan program audit, penyusunan time budget harus mempertimbangkan hal-hal tersebut dibawah ini : 1
Ukuran klien, bisa dilihat dari aktiva-aktiva brutonya, penjualan, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya.
2
Lokasi fasilitas klien.
3
Pengantisipasian terhadap masalah akuntansi dan audit.
4
Kemampuan dan pengalaman staf yang ada. Time budget yang diperlukan selama tahap awal dari perencanaan audit
yang merupakan dasar kompeten untuk menetapkan syarat-syarat perjanjian kerja dan perumusan rencana audit. Total time budget disusun berdasarkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk setiap auditor yang ditugasi sesuai dengan posisi atau jabatan untuk penugasan rutin, catatan waktu yang terperinci atas kerja audit pada tahun sebelumnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan time budget yang baru.
22
Kegunaan time budget menurut Holmes and Burns (1983, 202-203) dalam bukunya “Auditing :Standar and Produce” yang dikutip penulis dalam skripsi Ginanjar Farto Legowo tahun 2007 adalah : 1
Determining staff requirement for the audit (menetukan persyaratanpersyaratan staf audit).
2
Determining estimated hours necessary to complete the audit (menentukan jam yang diperkirakan untuk melengkapi audit)
3
Determining estimation of the audit fee (menentukan estimasi hasil/imbalan audit)
4
Determining scheduling of the time and sequence of the audit work (menentukan jadwal waktu dan urutan pekerjaan audit)
2.2.2 Penyusunan dan pengendalian time budget Menurut Richard W. Houston (1999;72) dalam jurnal auditing yang berjudul The Effect Of Fee Pressure and Client Risk an Audit Seniors Time Budget Decisions yang dikutip penulis dalam skripsi Ginanjar Farto Legowo tahun 2004, yang harus dilakukan dalam penyusunan time budget adalah sebagai berikut; “Auditor determine the planned audit invesment when they prepare audit time budget. Time budget provide a basis for audit planning, cost of control, staff evaluation, and staff schedulling. On continuing audit clients, after reviewing prior year audit. The audit senior meets with the manager and or partner to plan the current year audit. This meeting addresses risk factors, audit strategy, important aspects of the prior year audit and the clients control structure. Changes in the client conditions and industry conditions can lead to modified risk assessment and choice of acceptable audit risk. Using prior year reported hours as a base, audit seniors prepare preliminary time budget and allocate audit hours to audit program segment”.
23
Auditor menentukan rencana investasi audit ketika mempersiapkan anggaran waktu audit. Anggaran waktu menyediakan dasar untuk perencanaan audit, biaya pengendalian, pengevaluasian staf dan penjadwalan staf. Dalam melanjutkan klien audit, setelah meninjau ulang audit tahun yang lalu, auditor senior bertemu dengan manager atau rekan untuk merencanakan audit tahun berjalan. Pertemuan ini membahas faktor-faktor resiko audit, strategi audit, aspek penting dari audit tahun yang lalu, dan struktur pengendalian klien. Perubahan kondisi klien dan kondisi industri dapat mengakibatkan perubahan penaksiran resiko dan memilih resiko audit yang dapat diterima. Laporan tahun yang lalu merupakan dasar bagi audit senior untuk mempersiapkan anggaran waktu utama dan mengalokasikan audit pada segment audit program. Richard W. Houston (1997;71) dalam skripsi Ginanjar Farto Legowo tahun 2004
juga mengemukakan bahwa time budget
tidak memuat
keseluruhan dari prosedur audit yang harus dilakukan. Hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan berikut ini; “Audit seniors” completed preliminary time budget and assessed risk for a fictitious continuing audit client. Because seniors decisions may not fully represent planned audit procedures and expected audit effort, seniors also proposed changes to that plan and estimated actual or reported audit hours to provide descriptive data”. Senior audit menyelesaikan anggaran waktu utama dan menaksir resiko untuk klien audit lanjutan yang fiktif. Karena keputusan senior mungkin tidak seluruhnya mewakili perencanaan prosedur audit dan usaha audit yang
24
diharapkan, maka senior audit juga mengusulkan perubahan-perubahan rencana dan perkiraan aktual atas laporan audit untuk menyediakan data deskriftif. Untuk penugasan yang pernah dilakukan sebelumnya atau penugasan rutin, catatan waktu yang terperinci atas kerja audit pada tahun sebelumnya merupakan faktor yang penting untuk menentukan time budget yang baru. Modifikasi pada time budget yang perlu dilakukan apabila waktu total pada time budget yang terlalu berlebih, selain itu harus dilakukan perhitungan secara tepat mengenai waktu ini, karena sangat penting dalam menentukan fee dan memperhitungkan biaya penugasan. Time budget merupakan alat penting bagi auditor senior untuk mengukur efisiensi staf dan menetapkan setiap langkah dari perjanjian kerja apakah kerja audit mengalami kemajuan pada tingkat yang memuaskan atau tidak. Menurut Richard W. Houston yang dikutip Dalam skripsi Mia Virginia, 2007 Tujuan dari pencatatan time budget adalah ; 1. Evaluating the efficiency of the audit team member. (mengevaluasi efisiensi dari anggota tim audit) 2. Compiling the record for billing the client. (Kompilasi untuk catatan penagihan klien) 3. Compiling the record for planning the next audit. (Kompilasi catatan untuk perencanaan audit berikutnya)
25
2.2.3 Kebaikan dan kelemahan Time Budget Time budget merupakan salah satu bentuk
perwujudan dalam fase
perencanaan. Yang memberikan keuntungan tidak saja bagi KAP tapi juga bagi auditor secara individual. Kebaikan dari time budget seperti yang diungkapkan Holmes and
Burns dalam bukunya Auditing Standard and Procedures
(1979;223) dalam skripsinya Mia Virginia tahun 2007 halaman 35 adalah ; 1. As an efficient method to arrange staff schedule. (sebagai metode yang efisien untuk menyusun jadwal staf) 2. As a guideline for relative importance’s from different audit area.(sebagai panduan untuk berbagai bidang audit yang relatif penting) 3. As an incentive for staff auditors for efficient performance, and (sebagai suatu insentif bagi staf auditor untuk meghasilakan kinerja yang efisien) 4. As a means to arrange fee. (sebagai suatu alat untuk menyusun imbalan/fee) Pada pelaksanaannya, terkadang time budget memiliki pengaruh yang kurang baik. Menurut Holmes and Burns mengatakan “Time budget is a guideline, it is not absolute ar exact” artinya time budget hanya sekedar pedoman, tidak bernilai mutlak atau persis. Bila auditor membutuhkan waktu tambahan untuk melakukan program audit, time budget dapat dirubah sewaktuwaktu agar auditor dapat mengumpulkan bukti yang cukup dan lebih memadai sesuai dengan tujuan audit. Namun kecenderungan yang terjadi adalah auditor menempatkan time budget sebagai tujuan utama dalam melakukan audit, sehingga revisi time budget tidak dilakukan dan auditor malah melakukan
26
langkah-langkah yang tidak sesuai dengan prosedur audit. Tindakan seperti ini menjadi tidak benar karena tujuan utama dari audit adalah memberikan opini sehubungan dengan standar audit yang diterima umum dan bukan untuk memenuhi time budget. 2.2.4 Pengaruh Time Budget Menurut Tood DeZoort (1998) yang dikutip penulis dalam skripsi Ginanjar Farto Legowo tahun 2004 halaman 32 dalam jurnalnya dengan judul time budget pressure Research In Auditin mengelompokkan menjadi : 1
Impacting Attitudes (mempengaruhi sikap) a. Stress (stres) b. Feelings of failure (perasaan kegagalan) c. Job dissatisfaction (Ketidakpuasan dalam bekerja) d. Undesired Turnover (perputaran yang tidak diinginkan)
2
3
Impacting Intention (mempengaruhi tujuan) a
Underreporting time (menerbitkan laporan di bawah tenggat waktu)
b
Accepting weak form of evidence during the audit (menerima bukti yang lemah selama audit)
Impacting Behavior (mempengaruhi perilaku) a
Premature Sign-off (menghentikan pekerjaan dengan gegabah)
b
Neglect needed research an accounting standards (lalai dalam penelitian standar akuntansi)
27
2.2.5 Time Budget Pressure Tekanan (pressure) untuk menyelesaikan suatu penugasan dalam waktu yang telah ditentukan atas dasar pertimbangan biaya terendah atas fee dari klien merupakan aspek terpenting bagi KAP maupun auditor secara individual. Tekanan tersebut akan selalu ada, dikarenakan beberapa hal seperti promosi atas kesuksessan profesional yang akan diperoleh apabila seorang auditor atau sebuah KAP mampu menyelasaikan penugasan audit secara efektif dan efisien, yang biasanya digambarkan dengan penyelesaian audit yang tepat waktu tanpa biaya yang besar tetapai memenuhi tujuan audit. Seperti yang dikatakan Todd De Zoort yang dikutip penulis dalam skripsi Ginanjar Farto Legowo tahun 2004 mengenai time budget pressure; “Professional in all areas of auditing are confronted with time constraints that can produce high stress level, impacting attitudes, intentions, and behavior” bahwa sikap profesionalisme di setiap tahap audit berpacu dengan time budget yang dapat memicu timbulnya stress, mempengaruhi pendirian, tujuan dan tingkah laku. Menurut Whittington, Pany and Meigs(1992;202). mengenai time budget pressure yang dikutip penulis dalam skripsi Ginajar Farto Legowo tahun 2004 mengemukakan sebagai berikut;”There is always pressure to complete an audit within the estimated time. Ability to do satisfactory work when given abundant time is not sufficient qualification for time is never abundant” berdasarkan
28
pendapat tersebut, untuk memenuhi audit agar tidak melenceng dari estimasi waktu yang akan selalu menimbulkan tekanan. Auditor yang membutuhan waktu lebih lama dari waktu normal untuk suatu tugas akan menimbulkan pengaruh yang buruk dimata suvervisornya dan hal ini akan menghambat kemajuan karirnya. Kemampuan untuk melakukan kerja yang memuaskan jika diberikan waktu yang berlebih bukanlah merupakan suatu kualifikasi, karena dalam suatu KAP tidak pernah ada waktu yang lebih. Walaupun estimasi waktu kerja lapangan berlebih dibanding time budget, tidak akan ada kompromi dengan standar kualitatif dalam kinerja dari tugas lapangan. Reputasi KAP profesional dan tanggung jawab hukumnya pada klien tidak mengizinkan adanya pengurangan prosedur audit untuk memenuhi estimasi waktu audit yang telah ditetapkan sebelumnya. Adanya time budget yang ketat menimbulkan tekanan (pressure) terhadap auditor. Menurut De Zoort (1998) yang dikutip dalam jurnal “Time Pressure Research in Auditing : Implication for practice, menyatakan bahwa ada dua tipe tekanan (pressure), yaitu : time deadline pressure and time budget pressure, keduanya berhubungan dan sering tumpang tindih. Time budget pressure adalah salah satu tekanan yang terjadi pada profesional akuntan. Selanjutnya De Zoort mengungkapkan bahwa : ‘The increased level of stress has been shown to have a number of behavior effect in decision making, including speeding up effort to assimilate information changing the processing strategy used, and retricting
29
information processing.” Dengan adanya tekanan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengambil keputusan, kemudian merubah strategi yang telah digunakan dan juga membatasi proses informasi. (sumber : Ginanjar Farto Legowo, dalam skripsinya, 2004 halaman 38, yang berjudul “pengaruh time budget pressure terhadap prilaku ineffective auditor). Tekanan seperti ini dapat mempengaruhi kualitas audit dan laporan keuangan yang dihasilkan. Time budget pressure ini tidak hanya dirasakan oleh senior auditor dan junior auditor, tetapi juga oleh manager sebagai pihak yang pertama yang berhubungan dengan klien, termasuk dalam melakukan persetujuan dalam penentuan fee. 2.3 Kualitas Jasa Audit 2.3.1 Kualitas Jasa Audit Untuk dapat menyakinkan apakah hasil laporan audit tersebut dapat dipercaya, maka pelaksanaan audit tersebut perlu mempertimbangkan masalah kualitas jasa audit dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas jasa audit. Menurut Yulius Jogi Cristiawan (2002:83) kualitas jasa audit ditentukan oleh dua faktor yaitu kompetensi dan independensi.
30
1 Kompetensi Iskandar Dinata (2006:36) mendefinisikan kompetensi sebagai berikut: “Keseluruhan pengetahuan, kemampuan, atau keterampilan dan sikap kerja ditambah atribut kepribadian yang dimilki oleh seseorang yang mencakup kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan, kecerdasan emosional, pengalaman, daya juang, sikap positif, keterampilan kerja serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya” Sedangkan Yulius Jogi Cristiawan (2002:83) mengatakan bahwa: “kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor dalam bidang auditing dan akuntansi”
Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seseorang yang ahli di bidang auditing dan akuntansi. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang selanjutnya diperluas memulai pengalamam dan praktik audit. Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dan mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Seorang asisten yunior, untuk mencapai kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan suvervisi memadai dan review atas pekerjaan dari atasan yang lebih berpengalaman. Auditor harus secara terusmenerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam tugas dan profesinya. Selain itu, auditor harus mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuanketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar audit yang telah ditetapkan.
31
Menurut Iskandar Dinata (2003:37) kompetensi auditor meliputi: 1
Memahami tujuan audit.
2
Memahami teknik audit.
3
Memahami proses yang di audit.
4
Memahami persyaratan system yang di audit.
5
Mampu tulisan.
6
Mematuhi psikologi audit dan menerapkannya.
7
Mampu membuat catatan dan kesimpulan.
8
Mampu membuat laporan audit yang efektif.
melakukan komunikasi dengan jelas, baik lisan maupun
Kompetensi seorang auditor dapat terlihat dari substansi masalah yang diangkat dalam pelaksanaan audit. Bila masalah yang diangkat adalah hal-hal yang kurang penting, sementara masih banyak masalah-masalah yang lebih penting terlihat dengan kasat mata tetapi tidak dibahas, maka hal ini sedikit banyak mengindikasikan derajat kompetensi seorang auditor. ( Sumber : Mia Virginia, dalam skripsinya, 2007, yang berjudul “pengaruh time budget pressure terhadap penurunan kualitas audit”).
32
2 Independensi Dalam Kode Etik Akuntan tahun 1994 disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas profesional dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak baik. Ia juga harus menghindari situasi yang dapat menimbulkan kesan pada pihak ketiga bahwa ada pertentangan kepentingan atau keobjektivan sudah tidak dapat dipertahankan. Independensi merupakan syarat yang penting bagi profesi akuntan publik untuk menilai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen kepada pemakai informasi. Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh kepercayaan dari klien dan masyarakat. Berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam PSA (pernyataan standar audit) No.4 (SA Seksi 220), standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum, dalam hal ini dibedakan dengan auditor yang berpraktik sebagai auditor intern. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya
33
keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapat. Dalam buku standar Profesi Akuntan Publik 1999 seksi 220 PSA No.4 Alinea 2, dijelaskan bahwa : “independensi itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal praktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab apabila tidak demikian halnya, sebagaimana sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilanagan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapat. Menurut Taylor (1997) yang dikutip dalam skripsinya Musiana tahun 2004, ada dua aspek independensi, yaitu: 1
Independensi sikap mental (independence of mind/ independence of mental attitude). Independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen.
2
Independensi penampilan ( image projected to the public/appearance of independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik.
34
2.3.2 Mentaati Standar Profesional Akuntan Publik Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Menurut Mulyadi (2002;202) arti dari standar auditing adalah ; “Suatu ukuran pelaksanaan tindakan yang merupakan pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit. Standar auditing mengandung pula pengertian sebagai suatu ukuran baku atas mutu jasa audit”. Standar auditing sendiri terdiri dari sepuluh standar dan semua pernyataan Standar Auditing (PSA) yang berlaku. Sepuluh standar tersebut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Standar Umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
35
Standar Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disuvervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Standar Pelaporan 1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang belaku umum di Indonesia. 2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4. Laporan auditor harus memuat sesuatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
36
2.3.3 Kepatuhan terhadap Kode Etik Akuntan Publik Setiap profesi tanpa terkecuali audit sangat memperhatikan kualitas jasa yang dihasilkan. Profesi akuntan publik juga memperhatikan kualitas audit sebagai hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa profesi auditor dapat memenuhi kewajiban kepada para pemakai jasanya. Etika profesional meliputi standar sikap para anggota profesi yang dirancang agar praktis dan realistis, tetapi sedapat mungkin idealistis. Tuntutan etika profesi harus di atas hukum tetapi di bawah standar idea (absolute) agar etika berfungsi sebagai mana mestinya. Dalam mukadimah Kode Etika IAI disebutkan bahwa : “…….Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawab kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhaormat, bahwa dengan pengorbanan keuntungan pribadi”. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan menjadi tinggi jika profesi akuntan publik menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan audit yang dilakukan oleh anggota profesi tersebut. Menurut Mulyadi (2002;52) ;
“setiap anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik harus menjadi anggota kompartemen Akuntan Publik, yang bertanggung jawab untuk memenuhi Prinsip Etika dalam Kode Etik IAI dan Aturan Etika yang dikeluarkan oleh kompartemen Akuntan Publik”.
37
Kewajiban untuk memenuhi aturan etika ini tidak terbatas pada akuntan yang menjadi anggota kompartemen Akuntan Publik saja, namun mencakup pula semua orang yang bekerja dalam praktik profesi akuntan publiknya, seperti karyawan, partner dan Staf. Anggota kompartemen Akuntan Publik juga tidak diperkenankan membiarkan pihak lain melaksanakan pekerjaan atas namanya yang melanggar Aturan Etika yang dikeluarkan oleh Kompartemen Akuntan Publik.
2.3.3.1 Prinsip-prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia Prinsip etika merupakan rerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa Profesional oleh anggota. Prinsip etika bersifat memaksa pada anggotanya untuk selalu mentaati dan dipaksakan dalam pelaksanaannya. Dalam Kode Etika Akuntan Indonesia menurut Abdul Halim (2003;31) terdapat prinsip etika sebagai berikut. 1
Tanggung jawab profesi
2
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Kepentingan publik
3
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Integritas Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
38
4
Objektivitas
5
Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
6
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehatihatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengtahuan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir. Kerahasiaan
7
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapnya. Perilaku Profesional
8
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerimaan jasa selama penugasan tersebut dengan prinsip integritas dan objektivitas.
2.4 Pengaruh Time Budget Pressure terhadap kualitas jasa audit Seperti yang dikutip dalam jurnal “The Effect of Risk of Mistatement on the Propensity to Commit Reduced Audit Quality Acts Under Time Budget Pressure” karangan Coran (2004) yang dikutip penulis dalam skripsinya Mia Virginia dalam skripsinya tahun 2007, mengungkapkan bahwa dengan adanya tekanan waktu dapat menambah tingkat “ke-aktif-an”(tingkat stress) seseorang, serta dapat mempengaruhi perilaku dalam pengambilan keputusan.
39
Terdapat suatu pemahaman bahwa time budget dalam penugasan audit merupakan suatu target, dan saat tanggal pelaporan, deadline menjadi suatu yang mutlak. Hal ini sangat mempengaruhi staf untuk mengurangi waktu penugasan dengan cara melakukan pemotongan (short cut) dan juga melakukan pengujian lebih sedikit terhadap sampel yang telah dipilih, serta mengabaikan kesalahan, seperti yang diungkapkan Ragunathan (1991) dalam jurnal “Premature Signingoff of Audit procedures: an analysis”. Tekanan anggaran waktu dapat menimbulkan perilaku yang dapat mengurangi kualitas audit. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rhode (1978), Alderman and Deitrick (1982), Kelly and Marghaim (1990), Ragunathan (1978), Willet and Page (1996), yang diambil dalam jurnal “The Effect of Time Budget Pressure and Risk of Error on Audit Performance” karangan Coran (2004) yang dikutip penulis dalam skripsinya Mia Virginia dalam skripsinya tahun 2007, menyatakan “The level of time budget pressure impact on the propensity to commit RAQ acts”. (meningkatkan tekanan anggaran waktu berpengaruh pada penurunan kualitas audit), dan juga “time budget pressure was found to have a significan positive association with RAQ behavior”,(terdapat suatu pengaruh positif yang signifikan antara tekanan anggran waktu dengan perilaku penurunan kualitas auditor).
40
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah Time Budget Pressure dan Kualitas Jasa Audit pada Kantor Akuntan Publik yang berada di Kota Bandung. Sesuai dengan masalah yang diteliti oleh penulis mengenai “Pengaruh Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Jasa Audit”, penulis melakukan penelitian mengenai cara-cara atau metode yang digunakan KAP dalam melaksanakan auditing, dalam hal ini berkaitan dengan time budget pressure dan kualitas jasa audit.
3.1.1 Unit Penelitian Dalam rangka penelitian ini, unit yang akan diteliti adalah pengaruh time budget pressure terhadap kualitas jasa audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Kota Bandung tepatnya pada KAP. Arifin Halid dan Rekan yang beralamat di Jl. Buah Batu No. 87, KAP. Drs. Gunawan Sudrajat yang beralamat di Jl Golf Timur III No.1 Bandung, KAP. Drs. Sanusi, Supardi dan Soegiharto yang beralamat di Jl Cikawao No.40 Bandung, KAP. AF.Rachman & Soetjipto WS yang bertempat di Jl. Pasir Luyu Raya No. 36. Dan KAP Roebiandini dan Rekan yang beralamat di
41
Jl. Raden Patah No.7 Bandung. Peneliti juga menggunakan sampel dalam bentuk wawancara dan studi kepustakaan untuk memperoleh data.
3.1.2
Prosedur Pemilihan Objek Penelitian Untuk menentukan objek yang diteliti, maka tahapan-tahapan prosedur yang
dilakukan penulis adalah sebagai berikut : 1
Mengajukan permohonan kepada beberapa KAP di Kota Bandung mengenai kemungkinan diadakannya penelitian pada beberapa KAP di Kota Bandung tersebut. Dalam hal ini penulis mendapatkan informasi dan gambaran mengenai objek-objek yang memungkinkan untuk diteliti dan telah mendapatkan persetujuan perusahaan.
2
Mempelajari beberapa literatur yang berhubungan dengan aspek-aspek kualitas jasa audit untuk dijadikan penelitian.
3
Menetapkan objek-objek yang akan diteliti dan mengajukan usulan tersebut kepada pihak Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan untuk mendapatkan persetujuan tentang objek yang akan diteliti.
4
Mengadakan penelitian pada beberapa KAP di Kota Bandung, sesuai dengan objek yang diteliti.
5
Menyusun data hasil penelitian yang diperoleh dalam bentuk skripsi.
42
3.2
Metode Penelitian
3.2.1
Metode yang digunakan Sugiyono (2007:2) mengartikan Metode Penelitian adalah: “Cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliabel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan, sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis verifikatif kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar, data tersebut kemudian diubah menjadi data kuantitatif, agar dapat diolah dengan metode statistik. Selain itu penulis bermaksud mencari pengaruh yang lebih mendalam antara dua variabel, dengan cara mengumpulkan, menganalis, dan menafsirkan data sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai keadaan perusahaan yang sebenarnya dibandingkan dengan teori yang ada. Penelitian ini juga difokuskan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh time budget pressure terhadap kualitas jasa audit.
43
3.2.2
Variabel Penelitian Hatch dan Farhady (1981) dalam Sugiyono (2007:58) mengartikan variabel
adalah : “sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain”. Dalam penelitian kuantitatif penulis melakukan pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen penelitian. Setelah itu penulis akan melanjutkan analisis untuk mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel yang lain. Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi : 1. Variabel Independen ( variabel bebas ) Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, prediktor atau variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi, variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi. 2. Variabel dependen (variabel terikat) Variabel ini sering disebut sebagai variabel respons, output atau variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
44
3.2.3
Operasionalisasi Variabel Sesuai dengan judul skripsi yaitu “Pengaruh Time Budget Pressure Terhadap
Kualitas Jasa Audit”, maka terdapat dua variabel penelitian, yaitu :
Time Budget Pressure sebagai variabel independen atau variabel bebas.
Kualitas Jasa Audit, sebagai variabel dependen atau variabel terikat yang dianggap terpengaruh dengan adanya variabel independen tadi.
Tabel 3.1 : Indikator Variabel X dan Variabel Y Variabel
Sub variabel
Indikator
Skala pengukuran
Variabel 1 X:
Impacting attitudes (mempengaru hi sikap)
a b c
Time d
Budget Pressure
2
Impacting intention (mempengaru hi tujuan)
a
b
Stress (stres) Feelings of failure (perasaan kegagalan) Job dissatisfaction (ketidakpuasan dalam bekerja) Undesired Turnover (perputaran yang tidak diinginkan)
Underreporting time (menerbitkan laporan di bawah tenggat waktu) Accepting weak form of evidence during the audit (menerima bukti yang lemah selama audit)
Ordinal
45
3
Variabel
Impacting behavior (mempengaru hi perilaku)
a
b
Menurut Tood DeZoort (1998) dalam jurnalnya dengan judul time budget pressure Research In Auditin yang dikutip penulis dalam skripsinya Ginanjar Farto Legowo tahun 2004 1) Standar auditing :
Premature sign-off (menghentikan pekerjaan dengan gegabah) Neglect needed research an accounting standards (lalai dalam menerapkan standar akuntansi)
Ordinal
Y: Kualitas
1
Standar umum
a
Jasa Audit b
c
2
Standar
a
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Pekerjaan
harus
46
pekerjaan lapangan
b
c
3
Standar pelaporan
(sumber:SPAP per 1 januari 2001)
a
b
c d
direncanakan sebaikbaiknya dan jika digunakan asisten harus disuvervisi dengan semestinya. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menunjukkan dan menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi tahun berjalan dengan periode sebelumnya. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan. Laporan auditor harus memuat sesuatu pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan
47
auditor harus memuat petunjuk mengenai sifat pekerjaan dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor. Ordinal
2) Kode etik akuntan publik sumber: Abdul Halim (2003;31)
3.2.4
Prinsip-prinsip etika : a Tanggung jawab profesi b Kepentingan publik c Integritas d Objektivitas e Kompetensi dan kehatihatian profesional f Kerahasiaan g Perilaku profesional h Standar teknis
Populasi Penelitian Populasi merupakan sekumpulan objek yang ditentukan melalui suatu kriteria
tertentu dan yang dapat dikategorikan ke dalam objek tersebut bisa termasuk orang, file atau dokumen yang dapat dipandang sebagai objek penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan populasi sasaran adalah populasi yang akan digunakan untuk menjadi sasaran penelitian. Sugiyono dalam buku Statistik untuk Penelitian (2007:115) mengungkapkan pengertian populasi adalah :
48
“ Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi adalah jumlah keseluruhan auditor yang terdapat pada KAP yang berada di Kota Bandung yang terdaftar di IAI Jabar. KAP yang ada di Kota Bandung berjumlah 33 kantor yang terdiri atas 19 kantor (9 kantor yang pimpinan/rekan Kantor Akuntan Publik (KAP) menjadi anggota BI/FAPM dan 10 kantor yang pimpinan/rekan Kantor Akuntan Publik (KAP) menjadi anggota BI saja) dan 14 kantor pimpinan/rekan Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak menjadi anggota keduanya. Dari jumlah 33 KAP penulis mengambil sampel sebanyak 5 Kantor Akuntan Publik.
3.2.5
Tehnik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling (pengambilan sampel secara acak) dan non probability sampling (pengambilan sampel bersifat tidak acak). Metode pengambilan secara acak meliputi simple random, propotionate stratified random, disproportionate stratified random dan area random, sedangkan metode pengambilan sampel yang bersifat tidak acak meliputi, sampling sistematis,
49
sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik non probability sampling. Menurut sugiyono teknik non probability sampling adalah : “Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel”.
Dalam non probability sampling, faktor pengetahuan, kepercayaan dan pengalaman seseorang sering sekali dijadikan pertimbangan untuk menentukan anggota populasi yang akan dipilih sebagai sampel. Selain itu penulis menggunakan purposive sampling sebagai teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, sehingga data yang diperoleh lebih representatif dengan melakukan proses penelitian kepada objek penelitian kompeten dibidangnya.
3.2.6
Ukuran Sampel Pada dasarnya ukuran sampel adalah merupakan langkah untuk menentukan
besarnya sampel yang akan diambil dalam melaksanakan penelitian suatu objek. Menentukan besarnya sampel tersebut bisa dilakukan secara statisitik ataupun berdasarkan estimasi penelitian. Selain itu perlu diperhatikan bahwa sampel yang dipilih harus representatif artinya segala karakteritik populasi hendaknya tercermin dalam sampel yang dipilih. Semakin banyak jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil, dan sebaliknya jika semakin
50
kecil jumlah sampel menjauhi populasi maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi. Dari 33 KAP yang berada di Kota Bandung peneliti memilih 5 KAP dengan masing-masing KAP diambil 4 orang auditor, sehingga jumlah dari sampel penelitian ini adalah 20. Dengan ini diharapkan dapat mewakili responden yang merupakan bagian yang terkait dengan time budget pressure dan kualitas jasa audit pada Kantor Akuntan Publik.
3.2.7
Sumber Data Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh data dari dua sumber yaitu:
1. Data Primer Data ini diperoleh langsung dari penelitian lapangan dengan pengamatan langsung pada KAP yang menjadi objek penelitian serta wawancara langsung dengan bagian-bagian yang terkait. 2. Data sekunder Data ini penulis peroleh dari studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari literatur-literatur serta dari sumber lain yang berhubungan dan relevan dengan masalah-masalah yang sedang diteliti.
51
3.2.8
Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dapat dikumpulkan dengan teknik sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (field Research) Penelitian lapangan ini dilakukan langsung pada KAP
untuk memperoleh
gambaran sebenarnya tentang pelaksanaan dari masalah-masalah yang diteliti serta untuk menghimpun data yang diperlukan dalam rangka membahas penerapannya. Untuk mendapatkan data primer langsung dari perusahaan dapat digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, mencermati dokumen-dokumen perusahaan. Teknik ini dimaksudkan untuk mendapatkan keyakinan bahwa data yang diperoleh sebelumnya adalah benar dan memperoleh gambaran yang nyata mengenai operasi perusahaan.
Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara penulis dengan pihak yang memberikan informasi. Dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh data atau informasi tentang kegiatan perusahaan dan dapat diketahui masalah khusus yang dihadapi.
52
Kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara membaca, mempelajari dan menelaah literatur-literatur yang relevan dengan topik yang dibahas. Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder dalam menunjang data primer yang telah didapat dari penelitian lapangan.
3.2.9
Model Penelitian
Time Budget Pressure
Kualitas Jasa Audit
Variabel X
Variabel Y Gambar Model Penelitian
Bila dijabarkan secara sistematis, hubungan kedua variable tersebut adalah : Y= f (X) Keterangan : Y = Kualitas Jasa Audit X = Time Budget Pressure F = Fungsi
53
3.2.10
Metode Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis
3.2.10.1
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrument penelitian sebelum digunakan sebagai alat untuk mendapatkan data primer melalui penyebaran kuisioner, harus terlebih dahulu di uji validas dan reliabilitasnya. Pengujian ini dilakukan agar pada saat penyebaran kuisioner, instrumen-instrumen penelitian tersebut sudah valid dan realibel, yang artinya alat ukur untuk mendapatkan data sudah dapat digunakan.
1. Pengujian Validitas Menurut Sugiyono ( 2007: 455) instrument penelitian dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data tersebut valid. Oleh karena itu, untuk mendapatkan instrument yang valid, peneliti menggunakan pengujian validitas instrument penelitian dengan menggunakan metode pengujian content validity (validitas isi) dengan analisis item yaitu dengan mengkorelasikan antara skor butir instrumen dengan skor total. Untuk menghitung korelasi pada uji validitas menggunakan korelasi Product Moment Pearson dengan rumus sebagai berikut :
rAB
AB
A B 2
2
rAB : Korelasi Product Moment Pearson antara item ganjil dan genap
54
2. Pengujian Reliabilitas Penggunaan pengujian reliabilitas oleh peneliti adalah untuk menilai konsistensi pada objek dan data, apakah instrument yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode Internal Consistency dengan tehnik Split Half / tehnik belah dua (Spearman Brown) dengan rumus sebagai berikut :
rI
2rAB 1 rAB
dimana: r I = Reliabilitas internal seluruh instrumen. rAB = Korelasi Product Moment Pearson antara item ganjil dan genap. Setelah didapat nilai reliabilitas instrumen ( rHitung ) maka nilai tersebut akan dibandingkan dengan ( rTabel ) yang sesuai dengan jumlah responden dan taraf nyata. Bila rHitung > rTabel Maka instrumen tersebut dikatakan reliable. Sebaliknya,jika
rHitung < rTabel Maka instrument tersebut dikatakan tidak reliable.
55
3.2.10.2
Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan. Data yang akan dianalisis merupakan data hasil pendekatan survei penelitian dari penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan, kemudian dilakukan analisa untuk menarik kesimpulan. Langkahlangkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara sampling, dimana yang diteliti adalah sampel yang merupakan sebuah sub himpunan dari pengukuranpengukuran yang dipilih dari populasi yang menjadi perhatian dalam penelitian, dimana sampel berjumlah 4 auditor pada tiap KAP yang berkaitan dengan time budget pressure dan kualitas jasa audit yang terdapat di KAP. 2. Setelah metode pengumpulan data, kemudian ditentukan alat untuk memperoleh data dari elemen-elemen yang akan diselidiki, alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar penyusunan pertanyaan atau kuesioner. 3. Daftar kuesioner kemudian disebar ke bagian-bagian yang telah ditetapkan. Setiap item dari kuesioner tersebut yang merupakan pernyataan positif yang memiliki 5 jawaban dengan masing-masing nilai yang berbeda yaitu :
Jawaban “Sangat positif”,
memiliki nilai = 5
Jawaban “Positif”,
memiliki nilai = 4
Jawaban “Cukup positif”,
memiliki nilai = 3
Jawaban “Kurang positif”,
memiliki nilai = 2
Jawaban “Tidak positif”,
memiliki nilai = 1
56
4. Apabila data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data, disajikan dan dianalisis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji statistik. Untuk menilai variabel X dan variabel Y, maka analisis yang digunakan berdasarkan rata-rata dari masing-masing variabel. Nilai rata-rata ini didapat dengan menjumlahkan data keseluruhan dalam setiap variabel, kemudian dibagi dengan jumlah responden. Rumus rata-rata adalah sebagai berikut :
Untuk Variabel X
X
Untuk Variabel Y
Xi
Y
N
Dimana :
Yi N
Χ
: Rata-rata X
Υ
: Rata-rata Y
Σ
: Sigma (Jumlah)
Xi
: Nilai X ke i sampai ke n
Yi
: Nilai Y ke i sampai ke n
N
: Jumlah responden
Setelah didapat rata-rata dari masing-masing variabel kemudian dibandingkan dengan kriteria yang penulis tentukan berdasarkan nilai terendah dan nilai tertinggi dari hasil kuesioner.
57
Nilai terendah dan nilai tertinggi itu masing-masing penulis ambil dari banyaknya pertanyaan dalam kuesioner (8 pertanyaan) dikalikan dengan skor terendah (1) untuk nilai terendah dan skor tertinggi (5) untuk nilai tertinggi. Untuk variabel X nilai terendahnya adalah (1 x 8) = 8 dan nilai tertingginya adalah (5 x 8) = 40. Atas dasar nilai terendah dan tertinggi tersebut maka kriteria untuk melihat pengaruh Time Budget Pressure ( variabel X ) Penulis tentukan sebagai berikut :
Nilai 8 – 13,4 dirancang untuk kriteria “Tekanan anggaran waktu sangat tinggi”
Nilai 14,4 – 19,8 dirancang untuk kriteria “Tekanan anggaran waktu tinggi”
Nilai 20,8 – 26,2 dirancang untuk kriteria “Tekanan anggaran waktu cukup tinggi”
Nilai 27,2 – 32,6 dirancang untuk kriteria “Tekanan anggaran waktu rendah”
Nilai 33,6 – 40 dirancang untuk kriteria “Tekanan anggaran waktu sangat rendah”
Selanjutnya untuk Kualitas Jasa Audit (variabel Y), caranya sama dengan penilaian untuk variabel X, dimana nilai terendah dari variabel Y adalah 24 dan nilai tertinggi adalah 120. Atas dasar nilai terendah dan nilai tertinggi tersebut maka kriteria untuk melihat variabel Y, Penulis tentukan sebagai berikut :
Nilai 24 – 42,2 dirancang untuk kriteria “Tidak berkualitas”
Nilai 43,2 – 61,4,dirancang untuk kriteria “Kurang berkualitas”
58
Nilai 62,4 – 80,6 dirancang untuk kriteria “Cukup berkualitas”
Nilai 81,6 – 99,8 dirancang untuk kriteria “Berkualitas”
Nilai 100,8 – 120 dirancang untuk kriteria “Sangat berkualitas" Setelah adanya analisis data antara data lapangan dengan data kepustakaan
kemudian diadakan perhitungan dari hasil kuesioner agar hasil analisis dapat teruji dan dapat diandalkan.
3.2.10.3
Rancangan Pengujian Hipotesis
Rancangan pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui korelasi dari kedua variabel yang diteliti dalam hal ini adalah korelasi kertas kerja pemeriksaan dengan opini laporan keuangan secara statistik Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis ini dimulai dengan menetapkan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, pemilihan tes statistik dan perhitungan nilai statistik penetapan tingkat signifikan dan penetapan kriteria pengujian. Adapun penjelasan dari langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotetis alternatif (Ha) Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Penetapan alternatif (Ha) digunakan
dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif antara dua variabel diatas. Hipotesis penelitian yang diajukan adalah hipotesis alternatif (Ha), sedangkan
59
untuk keperluan analisis statistik hipotesisnya berpasangan antara hipotesis nol (Ho) dengan hipotesis alternatif (Ha) dengan hipotesis statistik pada penelitian ini adalah :
Ho = 0 ( Jika intensitas time budget pressure tinggi maka kualitas jasa audit akan berkurang kualitasnya )
Ha 0 ( Jika intensitas time budget pressure rendah maka kualitas jasa audit akan berkualitas ) Pemilihan Tes Statistik dan Penghitungan Nilai Tes Statistik. Data yang digunakan untuk pengujian hipotesis ini berasal dari variabel X dan
variabel Y yang pengukurannya menggunakan skala ordinal yaitu tingkat ukuran yang memungkinkan penulis mengurutkan respondennya dari tingkat yang paling rendah ketingkat yang paling tinggi. Melalui pengukuran ini, peneliti dapat membagi respondennya kedalam urutan rangking atas dasar sikapnya pada objek atau tindakan tertentu. Oleh sebab itu dalam menguji hipotesis ini digunakan teknik statistik non parametis. Data tersebut diperoleh melalui kuesioner dengan jenis pertanyaan tertutup dan setiap item memiliki skor tersendiri. Pada penelitian ini penulis menggunakan analisa korelasi Rank Spearman dalam pengujian hipotesis, dengan rumus sebagai berikut :
n
rs 1
6 di 2 i 1 3
n
n
60
Di mana :
rs = Koefisien korelasi Rank Spearman di = Xi – Yi (Selisih ranking) n = Jumlah responden (Sidney Siegel, 1997, 253) Apabila dalam penelitian tersebut terdapat ranking yang berangka sama maka digunakan faktor koreksi sebagai berikut :
T
t3 t 12
Dimana : T = Faktor koreksi t = Banyaknya angka yang sama pada suatu rank. Sesuai dengan faktor koreksi tersebut diatas, maka rumusan rs dihitung sebagai berikut :
rs
x 2 y 2 di 2 2
x2. y2
x2
n3 n
T. X
12
y 2
n3 n 12
( Sidney Siegel, 1997, 256-257)
T.Y
61
Dimana : TX = Jumlah ranking yang sama dalam variabel X TY = Jumlah ranking yang sama dalam variabel Y Untuk menguji tingkat signifikan koefisien korelasi rs yang dihasilkan, maka digunakan uji t atau test t dengan rumus :
t
rs
n2 1 rs2
Apabila
rs
hitung >
rs
hasil
tabel
perhitungan
koefisien
korelasi
rank
spearman
maka hipotsis alternative (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho)
ditolak, yaitu terdapatnya time budget pressure terhadap memadainya kualitas jasa audit. Tetapi bila sebaliknya rs
hitung <
rs
tabel
maka hipotesis nol (Ho) diterima dan
hipotesis alternative (Ha) ditolak, yaitu time budget pressure tidak berpengaruh terhadap memadainya kualitas jasa audit. Menurut Sugiyono dalam bukunya metode penelitian (2004:183), bahwa untuk memberi inteprestasi terhadap kuatnya korelasi rank spearman, maka ketentuan signifikan rs itu adalah sebagai berikut : 0,09 - 0,199
Sangat rendah
0.20 - 0,399
Rendah
0,40 - 0,599
Sedang
62
0,60 - 0,799
Kuat
0,80 - 0,100
Sangat kuat
Untuk melihat seberapa besar variabel X (Time Budget Pressure) dapat memberikan pengaruh terhadap variabel Y (Kualitas Jasa Audit), maka digunakan koefisien determinasi (KD) yang merupakan kuadrat koefisien korelasi dan biasanya dinyatakan dalam persen KD rs2 x100%
2. Taraf Signifikan atau Taraf Nyata Sebelum pengujian dilakukan, maka terlebih dahulu harus ditentukan taraf signifikan / taraf nyata. Hal ini dilakukan untuk membuat suatu rencana pengujian agar dapat diketahui batas-batas untuk menentukan pilihan antara Ho dan Ha. Taraf nyata yang dipilih adalah = 0,05. Angka ini dipilih karena dapat mewakili hubungan antara variabel yang diteliti dan merupakan suatu signifikasi yang sudah sering digunakan dalam bidang penelitian ilmu sosial.
3. Penetapan Kriteri Pengujian Kriteria pengujian ditetapkan dengan membandingkan nilai rs
rs
tabel
hitung
dengan
dengan menggunakan tabel nilai-nilai kritis. Koefisien korelasi Rank
spearman pada taraf signifikan = 0,05. Jika nilai rs
hitung
> rs
tabel ,
yang ditetapkan penulis diterima. Demikian sebaliknya jika nilai rs maka hipotesis yang ditetapkan penulis ditolak.
maka hipotesis
hitung <
rs
tabel ,