1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah merokok merupakan topik pembicaraan yang selalu berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah ada sejak berabad-abad tahun yang lalu. Berawal pada tahun 600 sebelum Masehi, tanaman tembakau mulai ditanam di Amerika Serikat dan pada tahun Pertama Masehi penduduk AS mulai merokok, sementara itu tahun 600, seorang filosofi China bernama Fang Yizhi menyebutkan bahwa kebiasaan merokok dalam jangka lama dapat merusak paru-paru. Tahun 1729 tercatat sebagai tahun pertama adanya aturan tertulis larangan merokok, yaitu di tempat-tempat ibadah (Aditama, 2000). Sejarah panjang tentang rokok masih terus berlanjut sampai saat ini. Menurut WHO (2003), jumlah di dunia sekitar 1,1 milyard (M), diperkirakan rata-rata 47% pria dan 12% wanita penduduk dunia merokok.WHO juga melaporkan bahwa kebiasaan merokok mengakibatkan 3,5 juta kematiaan setiap tahun atau sepuluh ribu kematian setiap hari dan diperkirakan jumlah tersebut akan mengalami peningkatan sampai 10 juta kematian pertahun pada periode 2020-2030, dimana 7 juta kematian terjadi di negara berkembang. Diperkirakan juga bahwa 500 juta orang yang hidup saat ini akan meninggal karena tembakau (Frans, 2003).
2
Pada peringatan hari anti-tembakau Internasional (World No Tobaccoo Day) pada tanggal 31 Mei 2004 didapatkan hasil bahwa Indonesia termasuk lima besar konsumsi rokok dunia. Konsumsi rokok di Indonesia diperkirakan mencapai 199 M batang rokok atau urutan ke-5 setelah RRC (1,679 M batang), AS (480 M batang), Jepang (230 M batang dan Rusia (230 M batang). Keadaan ini berbeda dengan belahan dunia lain, misalnya Eropa yang sedang digencarkan kampanye antirokok. Di Indonesia terjadi hal yang sebaliknya yaitu pertumbuhan perokok di negara kita meningkat tajam (Yonghan, 2004). Hasil
analisa
data
Susenas
(2001)
dalam
Sirait
(2004).
menunjukkan bahwa prevalensi perokok secara Nasional sekitar 27,7%. Prevalensi perokok pada laki-laki mengalami peningkatan dibanding tahun 1995 dari 51,2% menjadi 54,5%. Sedang pada perempuan sedikit menurun yaitu 2% pada tahun 1995 menjadi 1,2%. Prevalensi mantan perokok relative kecil baik secara keseluruhan (2,8%) maupun pada laki-laki atau perempuan (5,3% pada laki-laki dan 0,3% pada perempuan). Prevalensi perokok berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan, pada laki-laki yang berpendidikan SD ke bawah sekitar 74,8%, SLTP 70,9%, SLTA 61,5% dan Akademi/perguruan tinggi 44,2%. Usia mulai merokok kurang dari 20 tahun cenderung meningkat dan lebih dari setengah perokok mengkonsumsi lebih dari 10 batang perhari, bahkan yang berumur 10-14 tahun didapat 30,5% yang mengkonsumsi lebih dari 10 batang perhari dan diantaranya 30,5% didapatkan 2,6% yang mengkonsumsi lebih dari 20 batang perhari (Sirait,
3
2004). Industri rokok menyediakan lapangan kerja yang signifikan tidak mengherankan jika penangganan terhadap industri ini sangat dilakukan hatihati karena menyangkut ratusan ribu pegawainya. Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 100 produsen rokok, walaupun sebagian besar merupakan produsen berskala menengah dan kecil. Sebaliknya dari sisi kesehatan, tidak ada sisi positif yang bisa didapatkan dari rokok. Sebatang rokok memiliki 4000 bahan kimia dalam bentuk partikel dan gas yang bersifat racun. Dari ribuan kandungan zat pada rokok itu, tiga kandungan yang berbahaya yang terdiri dari Tar, Nikotin, dan Karbon Monoksida. Bahaya kematian mengintai setiap perokok, termasuk orang di lingkungan sekitarnya (Yonghan, 2004). Tingginya prevalensi perokok dan lebih dari 90% perokok merokok didalam rumah, maka banyak orang yang menjadi perokok pasif. Akibat merokok memang tidak hanya dipikul oleh perokok aktif saja. Tapi juga ditanggung orang lain di sekitarnya. Jika kita berada di tempat-tempat umum, seperti dalam bus kota, ruangan kantor, bioskop, atau bahkan ruangan
ber-AC.
Asap
rokok
yang
terhisap
akan
menyebabkan
meningkatnya risiko yang membahayakan kesehatan. Perokok pasif tidak hanya menghisap dari rokok yang sedang terbakar, tapi juga asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif. Meskipun asap-asap rokok dikeluarkan ke udara bebas terlebih dahulu, hal ini mengacu pada berbagai hasil penelitian di negara-negara maju, yang menyatakan bahwa penyakit
4
akibat merokok pada perokok pasif sangat tinggi (Aditama, 1995). Pemerintah sebenarnya dalam PP No. 19 Tahun 2003 Pasal 22 menyatakan bahwa tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok. Namun dalam kondisi sekarang ini masih banyak di jumpai masyarakat yang merokok di tempat-tempat tersebut. Dilihat dari Tema Hari Tembakau Sedunia tanggal 31 Mei 2001 adalah Second Hand Smoke, Lets Clear the Air. Di Indonesia dimodifikasikan menjadi “pelihara udara bersih dan sehat lindungi mereka yang bukan perokok” Rasanya amat sulit, namun bukan sama sekali mustahil. Perlu waktu lama, upaya ekstra keras dan strategi yang tepat untuk mengubah persepsi masyarakat bahwa merokok itu memang hak asasi bagi si perokok, namun udara bersih yang tidak dicemari oleh asap rokok juga semua itu adalah hak asasi manusia (HAM) (Julianto, 2001). Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti terhadap responden di Desa Sedan didapatkan hasil sebanyak tiga orang (50%) mengkansumsi
rokok
satu
bungkus
perhari,
dua
orang
(33,3%)
mengkonsumsi rokok satu bungkus dalam dua hari, sedangkan sisanya satu orang (16,6%) mengkonsumsi rokok dua bungkus seminggu. Sedangkan persepsi mereka tentang merokok didapatkan hasil sebanyak empat orang (66,6%) mengatakan merokok merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setelah makan, dua orang (33,3%) mengatakan merokok hanya sebagai pengisi waktu. Dari empat orang yang mengatakan rokok sebagai kebutuhan
5
yang harus dipenuhi dan didapatkan data lanjutan bahwa dua orang (50%) mengaku merokok memberikan rasa nyaman dan dapat menurunkan ketegangan dan sisanya dua orang (50%) mengatakan merokok dapat membuat pikiran menjadi tenang. Perilaku lain masyarakat desa Sedan yang juga mendukung terhadap perilaku merokok yaitu dimana setiap dilakukan kegiatan sosial yang bersifat kemasyarakatan, maka tuan rumah dapat dipastikan akan selalu menyediakan rokok sebagai teman bagi masyarakat yang membantu kegiatan tersebut. Walaupun tidak semua anggota masyarakat tersebut merokok. Fenomena ini menyebabkan penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang persepsi masyarakat tentang perilaku merokok di Sedan Kecamatan Sedan. Karena desa tersebut belum pernah dilakukan penelitian bahwa desa tersebut merupakan daerah dengan karakteristik pedesaan yang dekat dengan sarana-sarana umum, seperti pertokoan dan sering ditemukan warga yang berkumpul-kumpul sambil menghisap rokok.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah ” Bagaimana persepsi masyarakat tentang perilaku merokok di Desa Sedan, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang Jawa Tengah ? “
6
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan persepsi masyarakat tentang perilaku merokok di Desa Sedan, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang. 2. Tujuan Khusus Mendiskripsikan persepsi masyarakat tentang perilaku merokok di desa Sedan yang meliputi : tempat, waktu, bahaya dan manfaat merokok. D. Manfaat Penelitian 1. Keilmuan/teori Menambah ilmu / Referensi terutama dalam kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan perilaku merokok. 2. Bagi Institusi pendidikan Bagi institusi pendidikan dapat sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa keperawatan dalam hal perkembangan masalah merokok dan upaya pencegahan perilaku merokok pada masyarakat. 3. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat dapat memberikan gambaran mengenai perilaku merokok di suatu masyarakat sehingga dapat melaksanakan upaya pencegahan dan penghentian perilaku merokok dalam rangka penekanan jumlah perokok sehingga dapat terwujud kesehatan
7
masyarakat. 4. Bagi Peneliti Peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam hal mengadakan riset sehingga dapat mengembangkan potensi diri dalam masalah kesehatan, khususnya dalam penaggulangan masalah perilaku merokok. E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan bidang ilmu kesehatan khususnya ilmu keperawatan komunitas.