BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah organisasi internasional ASEAN didirikan dengan latar belakang bagaimana menciptakan keamanan sekawasan ASIA TENGGARA (Regional security). 1 Gejolak-gejolak yang mengguncang dunia akhir-akhir ini menjadi perhatian yang serius bagi ASEAN terkait juga dengan permasalah ekonomi internasional khususnya permasalahan keuangan global yang memicu terulangnya krisis ekonomi ditahun 1997. Sebagai sebuah organisasi internasional yang bersifat regional ASEAN memandang perlu adanya kerjasama yang lebih erat (close cooperation) diantara negara-negara anggota ASEAN saat ini. Di usianya yang sudah menginjak 40 tahun lebih ASEAN memandang bahwa kerjasama yang dilakukan diantara negara-negara sekawasan ASIA TENGGARA memerlukan intensitas peningkatan hubungan yang lebih baik. Adanya intensitas perlunya peningkatan kerjasama diantara negara-negara anggota ASEAN memunculkan ide untuk mencipatakan komunitas ASEAN (ASEAN Community). Pengalaman selama dua decade lebih, fenomena perang dingin sampai kebangkitan dua raksasa ASIA (China dan India) serta situasi
1
Dalam ASEAN Community dari 3 pilar yang menjadi orientasi Negara anggota ASEAN adalah masalah security. Hal ini memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang organisasi ASEAN yang notabenenya tidak terlepas dari isu keamanan kawasan.
1 Universitas Sumatera Utara
globalisasi ekonomi menjadi dasar berpijak bagi Negara-negara ASEAN untuk menyatukan visi dalam sebuah komunitas. 2 Memasuki tahun 2011 sebenarnya keinginan kuat untuk saling menyatukan keseragaman dalam sebuah komunitas masyarakat ASEAN menjadi titik pokok dalam memandang optimisme kedepan bagaimana 2015 nanti komunitas yang terbayangkan seperti apa yang disebutkan oleh Benedict Anderson sebagai “Imagined Community” menjadi sebuah kenyataan. Dalam hal penegasan kembali dan keinginan yang kuat dari setiap anggota (member) ASEAN untuk menyatukan diri dalam sebuah kawasan ASEAN menjadi landasan yang kuat termasuk juga dalam hal ini adalah Indonesia. Memasuki awal tahun 2011 ini Indonesia yang terpilih menjadi ketua ASEAN 2011 dengan tema komunitas ASEAN ditengah komunitas global bangsa-bangsa. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar seperti apa yang dikatakan Ple Priatna yaitu dalam konteks kerjasama regional ASEAN serta sumbangsihnya dalam mengelola peta keseimbangan dinamis di Asia Pasifik dalam skala kemitraan global. 3 Sejauh ini konteks yang menjadi perhatian besar Indonesia sebagai anggota disatu sisi, ketua dan juga sebagai negara yang memiliki wilayah terbesar daripada negara-negara lain menyadari benar bahwa konsep ASC menjadi sangat mendesak sifatnya untuk dilaksanakan terkait juga dengan kepentingan Nasional Indonesia khususnya di wilayah- wilayah luar dari Indonesia. Dalam hal ini menjadi sebuah keharusan tersendiri bagi ASEAN untuk menciptakan iklim 2 3
http://en.wikipedia.org/wiki/ASEAN_Community, Diakses tanggl 10 desember 2010 Ple Priatna,Artikel Indonesia Ketua ASEAN 2011,Kompas 7 Januari 2011.
2 Universitas Sumatera Utara
keamanan dari kejahatan internasional berupa Terorisme. Terorisme sendiri menjadi sebuah konsep yang familiar sifatnya terlebih lagi sejak tahun 2001 mengikut arus global yang dihembukan oleh Amerika tentang adanya terorisme dan sebagainya tentu menjadi perhatian sendiri bagi dunia tentu saja dalam hal ini juga bagi ASEAN. Terorisme sebuah fenomena yang mengganggu. Aksi terorisme seringkali melibatkan beberapa negara. Sponsor internasional yang sesungguhnya adalah negara besar. Harus dipahami bahwa terorisme sekarang telah mendunia dan tidak memandang garis perbatasan internasional. Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1373 yang menetapkan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden berada dibalik tragedi 11 September 2001 dan dinyatakan sebagai Terorisme yang harus diberantas oleh dunia telah menimbulkan berbagai reaksi dikalangan masyarakat internasional. 4 Amerika sendiri dengan segala daya upaya mengumpulkan aliansi dengan sekutu-sekutunya menlancarkan perang terhadap teorisme internasional. Tak pelak lagi Afganistan pun menjadi bulan-bulanan AS dengan sekutunya yang berupaya menumpas jaringan Terorisme internasional yang digawangi oleh AlQaida. Jika dirunut lebih mendalam sebenarnya terorisme sendiri sebagai sebuah gerakan dan aksi dari sekelompok tertentu yang melakukan tindakan terror terhadap masyarakat dibidani oleh tumbuh suburnya globalisasi. Seiring
4
http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?mnorutisi=6&vnomor=17, Diakses pada 12 Maret 2011
3 Universitas Sumatera Utara
berkembang pesatnya teknologi informasi, globalisasi menyediakan berbagai kemudahan bagi manusia. Misalnya saja, manusia tidak perlu menyeberangi lautan untuk bertemu dan berbicara dengan seseorang. Orang- orang di Indonesia, contohnya, dapat mengakses informasi tentang perang di Afghanistan maupun di Iraq secara real time. Seseorang di Afghanistan dapat mentransfer sejumlah uang kepada orang di Malaysia dengan gampang, aman dan dalam waktu singkat. Globalisasi juga menawarkan peluang baru untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan demokrasi. 5 Terorisme merupakan produk dari marjinalisasi dan kemiskinan, sedangkan marjinalisasi dan kemiskinan adalah produk dari globalisasi. Disadari atau tidak globalisasi telah memunculkan persaingan global di berbagai bidang. Pihak yang menang persaingan tentu akan menikmati keuntungan. Negara maju yang memiliki teknologi tinggi berada dalam kelompok penikmat keuntungan globalisasi. Namun negara-negara miskin dengan segala keterbatasannya akan semakin jauh tertinggal sehingga kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar. Menurut temuan United Nations Development Programme (UNDP), kawasan yang memiliki indeks pembangunan manusia terendah memiliki kecenderungan dekat dengan kelompok-kelompok teroris. Sebab utamanya adalah bahwa warga di kawasan ini merasa tidak mendapat keuntungan dari kemakmuran yang dijanjikan oleh proses globalisasi dan akses untuk kebebasan. Antipati kepada Amerika Serikat yang dipersepsikan sebagai mesin utama proses 5
Dipaparkan Nurvita Indarini pada International Symposium 2009, Globalization: East and Southeast Asian Perspectives, di UGM Pada Oktober 2009
4 Universitas Sumatera Utara
globalisasi meningkat, lantaran menurut kelompok yang tertindas ini, AS telah membawa dampak buruk dan bahkan mengancam identitas kelompok tersebut. Alhasil AS, termasuk warga negara dan bisnis dan semua simbolnya, menjadi target perlawanan kelompok itu.
6
Ide terorisme kemudian disebarkan dengan mudah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Secara nyata kelompok teroris di negara yang satu dengan kelompok di negara lainnya mampu membuat jaringan dengan menggunakan peralatan teknologi dari globalisasi, seraya mengabaikan adanya batas-batas negara. Bahkan dengan memanfaatkan globalisasi, kelompok terorisme mendapat kemudahan akses pendanaan, baik yang legal seperti melalui berbagai kelompok usaha dan lembaga-lembaga non-profit maupun kelompok bisnis ilegal. Tersebarnya
ide
terorisme
dengan
semua
kegiatannya
semakin
memperluas ancaman teror. Peristiwa Bom Bali 2002 merupakan bukti bahwa terorisme global merupakan ancaman keamanan nyata bagi kawasan Asia Tenggara. Tidak hanya Asia Tenggara, kawasan tetangga seperti Asia Timur juga merasa terancam dengan peristiwa tersebut. Apalagi kawasan Asia Timur juga memiliki pengalaman buruk dengan terorisme. Sejak tragedi 9/11 pada 2001 lalu di AS, isu terorisme menjadi agenda utama dalam sejumlah pertemuan organisasi kawasan maupun organisasi internasional. AS menjadi target serangan lantaran dinilai sebagai negara yang aktivitasnya mengkerdilkan sekelompok orang tertentu. Namun tidak disangka
6
Ibid
5 Universitas Sumatera Utara
teroris melancarkan aksi jauh di luar AS, meskipun targetnya adalah simbolsimbol eksistensi AS beserta negara-negara sahabatnya. Bom Bali 2002 lalu membuka mata masyarakat internasional, bahwa kegiatan terorisme bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Asia Tenggara semakin mendapat sorotan dunia internasional lantaran sejumlah peristiwa teror yang terjadi secara bertubi-tubi. Korban dalam jumlah besar dan target serangan yang merupakan simbol-simbol Barat merupakan persamaan dari serentetan teror yang terjadi di Indonesia, negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. Pelaku teror ditengarai suatu kelompok yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda (AQ) di Afghanistan, bernama Jemaah Islamiyah. Padahal AQ diindikasikan sebagai kelompok yang bertanggungjawab atas teror 11 November 2001 di AS. Teror memang bukan hal baru di Asia Tenggara, sebab ada beberapa kelompok
pemberontak
yang
kerap
menggunakan
kekerasan
sehingga
menyebarkan ketakutan di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa kelompok pemberontak dan teroris yang ada di Asia Tenggara. Tabel .1 No
Kelompok
Negara
Tujuan
Keterangan
Status
Motivasi Pattani United Pemisahan diri,
keagamaan, diduga
membentuk
memiliki hubungan
Negara Islam
dengan Abu Sayyaf
Liberation 1
Thailand Organization PULO
Group (ASG) 2
Guragan
Thailand
Pemisahan diri,
Motivasi
6 Universitas Sumatera Utara
Mujahideen
membentuk
keagamaan, diduga
Islam Pattani
Negara Islam
memiliki hubungan dengan AQ and JI Motivasi
Pemisahan diri, keagamaan, diduga 3
Wae Ka Raeh
Thailand
membentuk memiliki hubungan Negara Islam dengan AQ and JI Tuntutan
Hmong 4
Laos
otonomi/
Ethnonationalis
Guerilla pemisahan diri Cambodian 5
Freedom
Cambodia
Politik lokal
Cambodia
Politik lokal
Fighters (CFF) 6
Khmer Rouge Karen
7
Tuntutan
National
Myanmar
Union
otonomi/
Ethnonationalis
pemisahan diri Tuntutan
Kachin Myanmar
8
otonomi/
Ethnonationalist
Defense Army pemisahan diri Tuntutan Eastern
Shan
9
Myanmar
otonomi/
Ethnonationalist
State Army pemisahan diri Ommat 10
Liberation
Tuntutan Myanmar
Front 11
Kawthoolei
otonomi/
Ethnonationalis
pemisahan diri Myanmar
Tuntutan
Ethnonationalis
7 Universitas Sumatera Utara
Muslim
otonomi/
Liberation
pemisahan diri
Front Muslim Tuntutan Liberation 12
Myanmar
otonomi/
Ethnonationalis
Organization pemisahan diri of Burma Indonesia, Dimasukkan Malaysia, Jemaah
Singapura,
Islamiyah
Thailand,
13
Membentuk
Motivasi
dalam
daftar
Negara Islam di
keagamaan, terkait
organisasi
Asia Tenggara
dengan AQ
teroris oleh AS
Filipina, dan PBB Kamboja Dimasukkan Abu
Sayyaf
Motivasi
membentuk
keagamaan, terkait
Negara Islam
dengan AQ
Filipina
14 Group (ASG)
Pemisahan diri,
dalam
Selatan
daftar
organisasi teroris oleh AS Tuntutan Otonomi,
Moro Islamic 15
Motivasi South
pemisahan diri,
Phillipines
dan
Liberation
keagamaan, terkait
Front (MILF)
dengan JI pembentukan negara Islam
Moro National
Tuntutan Filipina
16
Liberation
Otonomi,
Ethnonationalis
Selatan Front (MNLF)
pemisahan diri
8 Universitas Sumatera Utara
Dimasukkan New People’s
dalam Filipina
17
Politik lokal
daftar
Komunis
Army
organisasi teroris oleh AS
Sumber: Makalah Globalization: East and Southeast Asian Perspectives Untuk mengantisipasi gerakan terorisme sebagai kejahatan lintas Negara maka setiap organisasi internasional, Negara-negara menaruh perhatian yang serius dalam hal penanganan isu terorisme tersebut. Berbagai perjanjian dan kesepakatan pun tak urung dibuat dengan tujuan mengcounter isu terorisme tidak berkembang menjadi ancaman yang nyata (real threatment), baik bagi kepentingan nasional sebuah negara maupun kepentingan kelompok organisasi. Dalam hal ini ASEAN sebagai sebuah organisasi Regional yang konsern terhadap permasalahan khususnya keamanan (security) juga menjadikan permasalahan terorisme ini menjadi agenda dalam setiap kebijakan yang dikekuarkan termasuk dalam ide Komunitas ASEAN 2015.
Dalam ASEAN
Community khususnya dalam poin kerjasama dalam ASEAN Security Community ( ASC) menempatkan permasalahan terorisme ini sebagai sebuah permasalahan bersama yang harus segera diatasi. Bagi Indonesia yang sejak tahun 2002 hingga saat ini terus bergumul dengan permasalahan terorisme kerjasama ASC ini menjadi catatan penting dalam upaya menciptakan keamanan Nasional (National Security) sekaligus keamanan Regional (Regional Security). Tulisan ini mencoba menyoroti tentang bagaimana ASC (Asean Security Community) yang merupakan salah satu poin penting dari blue print Komunitas 9 Universitas Sumatera Utara
ASEAN 2015 diselenggarakan atau diwujudkan oleh negara-negara Angota ASEAN saat ini termasuk Indonesia. Untuk membatasi penelitian ini penulis mencoba fokus terhadap peran Indonesia dalam mewujudkan ASC khususnya terkait kerjasama dalam mengatasi permasalahan terorisme. Perlu dicatat bahwa persoalan idiologis sudah jauh terdesak dengan tuntutan kerjasama ekonomi khususnya sektor perdagangan dan investasi diantara Negara anggota. Akselerasi menuju komunitas ASEAN itu menjadi prioritas bagi masing-masing negara-negara anggota. Penelitian ini akan berfokus tentang bagaimana peran yang diambil oleh Indonesia dalam mewujudkan komunitas ASEAN 2015. Hal ini menjadi bahasan yang penting karena kita ketahui bahwa peta kekuatan atau pola hubungan global hari ini sudah sangat berubah bila dibandingkan dengan pola interaksi global dimasa-masa lalu. Hadirnya Cina dan India menjadi kekuatan ekonomi dunia menyaingi kedigdayaan AS menjadi fenomena menarik. Bagi Indonesia wacana pembantukan komunitas ASEAN menjadi momentum penting bagi pembangunan khususnya ekonomi dan keamanan bagi Indonesia. Hubungan internasional misalnya ekonomi Indonesia dengan negara anggota ASEAN cukup tinggi misalnya dengan Malaysia terkait dengan pengiriman Tenaga kerja Indonesia (TKI) di negeri jiran tersebut. Walaupun disana sini masih tidak jarang terjadi perselisihan antara kedua negara misalnya terkait dengan adanya tindakan penyiksaan yang dialami oleh TKI yang bekerja disana namun lebih dari itu keberadaan Malaysia sebagai salah 10 Universitas Sumatera Utara
satu negara tujuan pengiriman TKI masih menjadi priorotas bagi Indonesia untuk menjalankan ekonomi nasionalnya. Begitu juga terkait dengan kegiatan impor pangan misalnya dengan Vietnam dan Thailand. Akhir–akhir kegiatan impor Indonesia juga cukup tinggi terhadap impor pangan khususnya beras dari kedua Negara tersebut. Sejak awal pembentukannya ,ASEAN merupakan suatu kerjasama regional yang didirikan oleh lima Negara Asia Tenggara: 1. Indonesia 2. Filipina 3. Malaysia 4. Thailand 5. Singapura ASEAN mendasarkan dirinya pada suatu kesepakatan bersama yang dikenal sebagai deklarasi Bangkok. Salah satu butir dalam deklarasi Bangkok adalah:”akan lebih mengendepankan kerjasama ekonomi dan sosial sebagai wujud atau perwujudan dari solidaritas ASEAN. 7 Kalau diperhatikan secara sadar ASEAN sesungguhnya telah memilih economic towards peace berdasarkan asumsi bahwa jika Negara-negara ASEAN mencapai kemakmuran maka perdamaian akan terwujud di kawasan ini. Namun jhal yang paling utama bahwa ASEAN didirikan yang memilki tujuan bagaimana mewujudkan keamanan yang stabil (stable peace) dapat tercipta di kawasan ASIA
7
ASEAN Documents Series 1967-1985, dalam CPF Lulima: Masyarakat Asia Tenggara menuju komunitas ASEAN 2015
11 Universitas Sumatera Utara
TENGGARA dalam jangka waktu yang panjang baik melalui kerjasama dalam bidang ekonomi,sosial dan budaya, politik dan juga keamanan. Kerjasama di bidang politik baru diawali dengan dicetuskannya Deklarasi Kuala Lumpur yang dikenal sebagai Deklarasi ZOPFAN (Zone of Peae ,Freedom and Neutrality Declaration) dalam pertemuan khusus para menteri luar negeri ASEAN di kuala Lumpur 27 November 1971. Tetapi kalau dilihat kerjasama dalam bidang politik sesungguhnya baru secara resmi dimulai dengan dihasilkannya Declaration of ASEAN Concord atau Bali Concord I dalam konferensi Tingkat tinggi (KTT) pertama ASEAN di Bali 24 Februari 1976. Saat itu para pemimpin ASEAN menginginkan agar ASEAN menjadi wilayah yang damai dan netral serta tidal ada campur tangan eksternal dari Negara-negara besar diluar kawasan. Hal ini di munculkan karena memang pada saat itu kondisi politik global sedang terpecah dalam dua kutub dunia yaitu antara barat (AS) dan timur (Uni Soviet) yang lebioh dikenal dengan perang dingin (cold war). Cold war sendiri sebenarnya lebih dimaknai sebagai perang idiologi yaitu antara demokrasi dan komunis. Pengaruh salah satu aliran seperti komunis sangat terasa pada saat itu dimana Vietnam yang saat itu belum tergabung dalam Negara ASEAN memiliki paham komunis dalam sistem politiknya hal ini tentu saja sangat menggangu perwujudan stabilitas tadi dinama Negara-negara ASEAN pada umumnya lebih dekat pada kiblat demokrasi (Barat). Sampai akhirnya berbagai prinsip kerja sama dalam ASEAN kemudian dimasukkan kedalam Bali Concord I yang meliputi: 12 Universitas Sumatera Utara
1. Perjanjian persahabatan dan kerjasama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia- TAC). Inti dari TAC adalah penggunaan penggunaan cara-cara damai dalam menyelesaikan persengkataan intra regional (peaceful settelement of disputes), yang merupakan prinsip-prinsip dasar untuk memandu hubungan berbagai pihak. 2. Persetujuan pembentukan secretariat ASEAN (Agreement on the Astablishment of the ASEAN Secretatiat). 3. Perjanjian tentang Zona bebas senjata nuklir (Treaty on Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone SEANWFZ). Kerjasama ini kemudian dilakukan bersama dengan Negara-negara yang mempunyai kepentingan di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN Regional Forum (ARF). ARF sendiri merupakan satu-satunya forum dialog untuk membicarakan tentang keamanan dan ini menjadi terobosan baru bagi ASEAN dan negara yang berada disekitaran ASEAN khusunya Negara ASIA PASIFIK. Keamanan disini jelas menjadi modal awal bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan rasa saling percaya (Confidence-Building), artinya antara Negara ASEAN dan Negara PASIFIK tadi sama saling menghormati untuk tidak melakukan tindakan-tindakan kekerasan seperti peperangan dalam setiap permasalahan yang sedang dan yang mungkin akan terjadi. Oleh sebab itu yang dikembangkan selanjutnya adalah
13 Universitas Sumatera Utara
diplomasi preventif (Preventive-Diplomacy) dan juga upaya penyelesaian konflik pebatasan atau territorial di kawasan Asia tenggara. 8 Untuk forum serupa ASEAN juga telah berhasil membentuk forum kerjasama dan mitra dialog seperti: 1. Asia Pasific Economic Cooperation ( APEC) 2. ASEAN European Meeting (ASEM) 3. ASEAN+3 (China,Jepang dan Korea Selatan) Sehingga bisa dikatakan ASEAN merupakan salah satu kelompok atau organisasi regional yang paling berhasil di dunia internasional. Atas dasar itulah bagaimana mewujudkan stabilitas keamanan yang tetap terjaga maka ASEAN dalam rumusan melalui ide membentuk komunitas ASEAN memasukkan salah satu pilar terpenting dari perwujudan komunitas itu nantinya adalah pilar komunitas keamanan ASEAN (ASEAN Security-ASC). Dalam konteks keamanan (security) Indonesia sebagai salah satu Negara anggota dan juga ketua ASEAN pada saat itu menaruh perhatian penting terhadap konteks keamanan itu. Pada saat itu Indonesia yang merupakan ketua ASEAN mengajukan konsep komunitas keamanan ASEAN. Dalam hal lain Indonesia mengharapkan komunitas kemanan ASEAN dapat terbentuk sejalan dengan pembentukan ekonomi ASEAN yang telah diajukan sebelumnya oleh Siangapura pada KTT ke 8 tahun 2002 di kamboja. 9 Dua konsep tersebut diharapkan dapat terealisasi pada tahun 2020 guna mewujudkan satu komunitas ASEAN. Namun pada perkembangannya KTT 8 9
C.P.F. Luhulima1997,” ASEAN Menuju Postur Baru, CSIS: Jajarta., Hal.97-98 Ibid,CPF Lululima dkk., Hal 6
14
Universitas Sumatera Utara
ASEAN ke 10 di Laos telah menyepakati program of action ( PoA) untuk pilar keamanan dan sosial budaya. Dimana program ini merupakan program jangka pendek dan menengah (2004-2010) yang bertujuan untuk memperdalam integrasi regional dan mempersempit kesenjangan dalam ASEAN. Pada perkembangan selanjutnya yaitu pada KTT ke 12 di Filipina tahun 2007 akselerasi untuk memcapai komunitas ASEAn dipercepat menjadi tahun 2015 yang sebelumnya direncanakan tahun 2020. Dalam tahap ini sudah disepakati adanya One Caring and Sharing Community pada 2015. Dalam komunitas ini nantinya diharapkan adanya pencapaian kerjasama, solidaritas, bersama melawan kemiskinan dan menikmati rasa aman termasuk keamanan manusia (human security). Namun bagi penulis dalam penelitian ini akan lebih berfokus bagaimana sebenarnya posisi strategis Indonesia dalam hal mendorong adanya ide komunitas keamanan itu sendiri dalam ASEAN community. Tidak bisa dipingkiri Selama 40 tahun pendiriannya, ASEAN telah berhasil mengembangkan dan mempertahankan stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara, serta menumbuhkan saling percaya diantara negara anggotanya dan para Mitra Wicara ASEAN. ASEAN juga telah berkontribusi kepada keamanan dan kestabilan kawasan secara lebih luas di Asia Pasifik melalui Forum Regional ASEAN (ASEAN Regional Forum/ARF) sejak 1994. ARF mewadahi dialog dan pertukaran informasi mengenai masalahmasalah keamanan di Asia Pasifik. Walaupun terdapat keberagaman kondisi politik, ekonomi, dan budaya diantara negara-negara anggotanya, ASEAN telah menumbuhkan tujuan dan arah kerjasama, khususnya dalam mempercepat 15 Universitas Sumatera Utara
integrasi kawasan. Hal ini terlihat semakin jelas dengan disepakatinya visi ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 dan Deklarasi Bali Concord II di Bali tahun 2003 mengenai upaya perwujudan Komunitas ASEAN dengan ketiga pilarnya (politik-keamanan, ekonomi, dan sosial budaya). Komunitas politik keamanan ASEAN (ASEAN Political Security Community/APSC) ditujukan untuk mempercepat kerjasama politik keamanan di ASEAN untuk mewujudkan perdamaian di kawasan, termasuk dengan masyarakat internasional. Komunitas politik keamanan ASEAN bersifat terbuka, berdasarkan pendekatan keamanan komprehensif dan tidak ditujukan untuk membentuk suatupakta pertahanan atau aliansi militer maupun kebijakan luar negeri bersama (common foreign policy). Komunitas politik keamanan ASEAN juga mengacu kepada berbagai instrumen politik ASEAN yang telah ada seperti Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN), Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC), dan Treaty on Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone (SEANWFZ) selain menaati Piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum interansional terkait lainnya
1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan penjelasan tentang pentingnya sebuah penelitian dilakukan, seberapa pentingnya penelitian tersebut misal bagi perkembangan ilmu pengetahuan atau hanya sekedar menjawab permasalahan yang ada. Masalah yang diteliti biasanya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang tegas dan jelas. Pada prinsipnya juga ruang lingkup masalah yang akan 16 Universitas Sumatera Utara
dipecahkan harus dibatasi untuk mengambil kesimpulan (konklusi) yang pasti (defenitif). 10 Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam skripsi atau penelitian ini adalah : 1. Bagaimana peran Indonesia dalam mewujudkan ASEAN Security Community dari segi kelembagaan ASEAN khusus terkait dengan upaya penanggulangan terorisme? 2. Upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menanggulangi permasalahan Terorisme berdasarkan Perjanjian-perjanjian yang telah disepekati dalam ASC? 3. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Indonesia dalam menanggukangi aksi terorisme di Indonsia
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini ialah: 1. Sebagai tugas akhir dalam menempuh pendidikan strata 1 untuk memporeh gelar kesarjanaan. 2. Untuk mengetahui konsep-konsep Hubungan Internasional (Internasional relation) yang diaplikasikan dalam hal kerjasama antar Negara-negara sekawasan di Asia Tenggara.
10
Ir .I Made Wirartha,2006,Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis,Yogyakarta:CV Andi., Hal.17.
17 Universitas Sumatera Utara
3. Untuk lebih memahami permasalahan serta kondisi real dari kajian hubungan internasional khususnya permasalahan keamanan di Asia Tenggara khususnya melalui ASEAN Community.
1.4 Manfaat Penelitian Sedang manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Penulis penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis untuk melihat penerapan
konsep-konsep
ilmu
politik
dalam
kehidupan
praktis
dimasyarakat. 2. Secara akademis diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Politik untuk dapat menjadi sumber rujukan bagi pengembangan
kegiatan
ilmiah
khususnya
berkaitan
dengan
pengembangan konsep-konsep marketing politik. 3. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai konsep-konsep dalam pengembangan hubungan internasional. 4. Secara aplikatif diharapkan dapat membentuk pemahaman baru dalam lingkup
hubungan
internasional
khususnya
di
kawasan
ASIA
TENGGARA.
1.5 Kerangka Teori Dalam melakukan sebuah penelitian agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang telah didesain diperlukan sebuah acuan dalam menganalis 18 Universitas Sumatera Utara
fenomena yang terjadi. Acuan tersebut ialah teori. Landasan teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis. 11 Sebuah kerangka teori juga dibutuhkan sebagai pisau analisis dan menjadi kompas dalam sebuah penelitian agar dapat sinkron terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan dalam masalah penelitian. 1.5.1. Konsep Komunitas Kata komunitas (community) berasal dari bahasa latin coomunis yang kemudian menjadi coomunitas atau communitat (latin) yang artinya: 12 a. A unified body of individuals b. The people with common interests living in a particular area c. An interacting population of various kinds of individuals (as species) in a common location. d. A group of people with a common characteristic or interest living together within a larger society (a community of retired persons) e. A group linked by a common policy. f. A body of persons or nations having a common history or common social,economic,and political interests (the international community) g. A body of persons of common and especially professional interest scattered through a larger society (the academic commnuty) Defenisi lain dari commnity ialah sharing,participation and fellowship. Dari sudut pandang biologis komunitas-komunitas alamiah terbentuk didasarkan pada relationship. “ all living things are attracted to each other”. More often than 11 12
Ibid., Hal. 23. www.m-w.com/dictionary/commnutiy,Hal.1-2. Diakses 12 Desember 2010
19 Universitas Sumatera Utara
not, communities obey a built in mandate to gather together. Aturan atruran komunitas ditemukan dialam setelah menjaga kehidupan di planet ini hingga saat ini dan kemungkinan besar akan seperti itu adanya hingga beberapa masa mendatang. Suatu komunitas mengandung tiga karekteristik: 13 Pertama, para anggota suatu komunitas berbagi identitas-identitas, nilainilai dan pengertian-pengertian. Kedua, mereka yang berada dalam komunitas memeliki berbagai sisi dan hubungan langsung interaksi terjadi bukan secara tidak langsung dan pada domain-domain khusus serta terisolasi melainkan melalui hubungan tatap muka dan dalam berbagai keadaaan atau tata cara. Ketiga, komunitas menunjukkan suatu resiprositas yang mengeskpresikan derajat tertent kepentingan jangka panjang dan bahkan altruism (mementingkan orang lain) kepentingan jangka panjang didorong oleh pengetahuan dengan siapa seseorang berinteraksi dan altruisme dapat diahami sebagai suatu rasa kewajiban dan tanggung jawab. Menurut Vanina Delobelle, definisi suatu komunitas adalah group beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh 4 faktor, yaitu: 14 1. Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing): Para anggota saling menolong satu sama lain. 2. Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu 13 14
Op cit,CPF Lulumima DKK, ASEAN 2015., Hal 14
www.vaninadelobelle.com, Corporate Community Management by Vanina Delobelle, diakses pada 20 desember 2010
20 Universitas Sumatera Utara
3. Ritual dan kebiasaan: Orang-orang datang secara teratur dan periodic 4. Influencer: Influencer merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya ikut terlibat Vanina juga menjelaskan bahwa komunitas mempunyai beberapa aturan sendiri, yaitu: 1. Saling berbagi (Share): Mereka saling menolong dan berbagi satu sama lain dalam komunitas. 2. Komunikasi: Mereka saling respon dan komunikasi satu sama lain. 3. Kejujuran: Dilarang keras berbohong. Sekali seseorang berbohong, maka akan segera ditinggalkan. 4. Transparansi: Saling bicara terbuka dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu hal. 5. Partisipasi: Semua anggota harus disana dan berpartisipasi pada acara bersama komunitas. Masih berkaitan dengan konsep komunitas bukan hanya ditentukan oleh wilayah melainkan juga relasional. Jika para anggota komunitas itu saling bertemu dalam artian berinteraksi itulah komunitas yang sesungguhnya atau yang aktual. Namun disisi lain komunitas juga dapat menjadi suatu yang dibayangkan. Karena para anggotanya tidak saling berinteraksi bertatapan mata, melainkan para anggotanya memiliki dalam pikirannya suatu citra mental mengenai kedekatan diantara mereka.
21 Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks politik, suatu bangsa menurut Bendict Anderson dapat diartikan sebagai “Imagined Comminity” 15. Lebih lanjut Anderson menambahkan suatu bangsa (Nation) dibayangkan sebagai suatau komunitas karena “regardless of the actual inequality and explotation that may prevail in aeach ,the nations is always conceived as a deep,horizontal comradeship. Ultimately it is fraternity that makes it possible, over the past two centuries, for so many millions of people, not so much to kill as willingly to die for such limited imaginings. Penciptaan komunitas yang terbayangkan dimungkinkan karena adanya kapitalisme cetak. Dimana para wirasswastaan pemilik modal mencetak buku atau media menyebarkan gagasan-gagasan kebangsaan yang dicetak dalam huruf dan bahasa yang dipahami bersama oleh para pengguna bahasa local. Komunitas politk itu bukan hanya terbatsa pada teritori saja melainkan lebih luas lagi pada tingkatan regional ataupun internasional. Itulah yang disebut sebagai “imagined security community” oleh kalangan pendekatan komunitas untuk memahami politik internasional. Dalam kaitan itu ada jika ada sense of community akan ada pula kebebasan dan keamanan. Komunitas akan hidup dengan sendirinya, apabila rakyat menjadi cukup bebas untuk berbagi dan cukup aman untuk bergaul atau menyatu. Ini yang disebut sebagai semangat komunitas. 16
15 16
Benedict Anderson,Imagined Communities www.edgelife.net./glossary community,hal 2 diakses pada 20 Desember 2010
22 Universitas Sumatera Utara
Morgan Scott Peck, penulis The Road Less Traveled menggambarkan beberapa karakteristik penting dari apa yang disebutnya sebagai komunitas yang sesungguhnya (a true community). 17 1. Inclusivity commitment and consencus: Members accept and embrace each other,celebrating their individuality and transeding their differences. They commit themselves to the effort and the people involved. They make decisions and reconcile their differences trough consensus. 2. Realism. Members bring together multiple perspectives to better understand the whole context of the situation. Decisions are more wellrounded and humble, rather than one sided and arrogant. 3. Contemplation: members examine themselves. They are individually and collectively self aware of the world outside themselves, the world inside themselves and the relashionship between two. 4. A safe place: members allow others to share their vulnerability,heal themselves and express who they truly are. 5. A laboratory for personal disarmament: members experientially discover the rules for peacemaking and embrace its virtues. They feel and express compassion and respect for each other as fellow human beings. 6. A group that can fight gracefully. Members resolve conflicts with wisdom and grace. They listen and understand,respect each other’s gifts,accept each others limitations,celebrate their differences ,bind each others ,wounds ,and commit to a struggle together rather than each other.
17
www.wikepedia.org/wiki/M._Scoot_Peck,hal 9 diakses pada 25 Desember 2010
23
Universitas Sumatera Utara
7. A group of all leaders: Members harness the flow of leadership to make decisions and a set a course of action. It is the spirit of community itself that leads and not any single individual. 8. A spirit: the true spirit of community is the spirit of peace,love ,wisdom and power. Members may view the source of this spirit as an outgrowth of the collective self as the manifestation of a higher will. Dengan kata lain ada 3 kualitas hubungan yang saling berkaitan di dalam kehidupan komunal: 1. Tolerance oppeness to others ,curiosty ,perhaps even respect ,a willingness to listen and learn 2. Reciprocity saling bantu satu sama lain 3. Trust-the confident expectation that people,institution and things will act in a consistent,honest and appropriate way (or more accurately, trustworthiness-reliability) is essential if communities are to flourist.
1.5.2. Integrasi Regional Thomas Khun menyiratkan bahwa dunia mengalami pergeseran paradigma yang melahirkan terobosan-terobosan baru dalam berbagai bidang kehidupan (ekonomi-politik). Pergeseran paradigma itu akan terjadi jika timbul suatu krisis (deadlock) yang melahirkan peran baru pula. 18 Dalam hal ini adalah terutama negara-negara dunia ketiga yang mungkin terjadi seputar masalah yang berkaitan dengan posisinya dalam hubungan ini yang
18
Aleksius Jemadu,2008,Politik Global Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu., Hal 61.
24 Universitas Sumatera Utara
terjadi blok-blok kekuatan ekonomi baru dalam bentuk regionalism baru pula. Persoalan ini terletak
dalam pencarian alternative kedalam bentuk kerjasama
ekonomi diantara mereka sebaga suatu batu loncatan bagi pengintegrasian menuju kea rah perekonomian global sesuai dengan prioritas dan kepentingan pembangunan masing-masing. Munculnya suatau prioritas baru dalam bentuk integrasi regional yang dijadikan sebagai dasar sebuah paradigma dimana kepentingan kelompok menjadi yang utama dari pada paradigma kepentingan nasional. Yang nantinya paradigma atas kepentingan
regional dunia
saat
ini akan mengarah pada sifat
mengelompokkan diri kedalam konstelasi kepentingan ekonomi regional. 19 Diantara contohnya dari integrasi regional ini daam aspek ekonomi politik dan keamanan misalnya Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), Masyarakat Ekonomi ASEAN, ASEAN Security Community.
1.5.3 Teori Komunitas Keamanan Komunitas keamanan bisa diartikan sebagai kelompok rakyat yang terintegrasi pada satu titik dimana terdapat jamninan nyata bahwa para anggota komunitas tersebut tidak akan berperang satu sama lain secara fisik,melainkan akan melakukan perselisihan diantara mereka dengan cara lain. 20 Ada dua bentuk komunitas keamanan yang dilansir Deutch yaitu: -
Amalgamated Security Community (ASC)
19
Drs P Anthonius Sitepu,Konsep Integrasi Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional dalam web www.Library USU.ac.id.74.125.132/download/fisip diakses pada 23 Januari 2010 20 Karl w Deustch.1957, Political community and the north antalantic area. International Organization in the light of political Experience. Princeton University Press
25
Universitas Sumatera Utara
Ada ketika teerjadi penggabungan dua atau lebih unit unit yang tadinya independen kedalam satu unit yang lebih besar,dengan satu tipe pemerintahan bersama setelah terjadinya amalgamasi. Contohnya adalah AS. -
Pluralistic Security Commnity (PSC) Tetap
mempertahankan
independensi
hukm
dari
pemerintahan-
pemerintahan yang terpisah. Negara dalam PSC memiliki kesesuaian mengenai nilai-nilai inti yang didorong dari institusi bersama dan tanggung jawab bersama membangun identitas bersama dan loyalitas rasa kekitaan. Fondasi-fondasi konsep dalam membentuk komunitas keamanan ada 3: Pertama, terdapat kondisi-kondisi yang mempercepat terbentuknya komunitas keamanan yaitu terjadinya perubahan teknologi dan ancaman dari luar. Kedua ,adanya factor-faktor kondusif untuk membangun rasa saling percaya dan identitas kolektif melalui interaksi langsung yang amat sering dalam berbagai pertemuan bersama,barulah terjadi pembelajaran sosial dan bangunan organisasi. Pada proses ini diperlukan dibutuhkan adanya kekuatan dan pengetahuan mengenai sesamanya. Kekuatan bukan hanya hard power tetapi juga soft power. Ketiga,
kondisi-kondisi yang diperlukan untuk menciptakan dependable
expectation of peaceful change dibutuhkan sosialisasi pada tingkatan elit politik dan rakyat agar muncul rasa saling percaya yang pada gilirannya mencipatakan identitas kolektif. Dengan demikian akan tercipta pula kebudayaan regional yang diterima bersama misal tentang demokrasi,developmentaslism,pasar bebas dan lain-lain
26 Universitas Sumatera Utara
1.5.4. Pikiran Membangun Komunitas Konsep Asia Tenggara bersatu merupakan cita-cita ASEAN sejak didirikan tahun 1967. Pengertian Asia Tenggara bersatu bukanlah dalam arti bukan dalam artian integrated state, federal state tetapi adanya cohesiveness. Terminologi komunitas merujuk pada pengertian nilai-nilai bersama, norma-norma dan simbol-simbol yang member identitas atau perasaan kekitaan (sense of we-ness). Komunitas ASEAN dapat dijabarkan berdasarkan rumusan community building, dimana kita percaya bahwa komunitas itu terkait dengan orang (people). Keterikatan yang dibentuk bukannya diantara badan atau institusi, perjanjian atau prosdur tetapi suatu komitmen, perasaan saling menjaga dan saling berbagi perasaan saling berpartisipasi dan berbagi kepemilikan dan perasaan saling memiliki. Komunitas regional ASEAN memiliki 3 komponen: integrasi regional yang berkembang,perasaan akan adanya suatu identitas regional dan saling berbagi nilai-nilai. Integrasi ekonomi akan membantu tumbuhnya perasaan adanya suatu identitas regional yang tidak hanya mengakut masalah bisnis tetapi juga dalam hal saling membuka kesempatan. Dalam
disiplin
hubungan
internasional
pembangunan
komunitas
memerlukan waktu yang panjang. Alasan utama karena pembangunan komunitas menyiratkan upaya meruntuhkan keyakinan para pemikir realis yang menyatakan bahwa norma-norma, simbol-simbol dan identitas kebersamaan hanya dapat diwujudkan pada tataran nasional dan bukan pada tataran internasional. 21
21
Makmur Keliat,Pembangunan Komunitas ASEAN,Kompas 1 desember 2004
27 Universitas Sumatera Utara
Pada gagasan paradigma gagasan komunitas ASEAN mengharuskan perubahan substansial dalam mentalitas Negara-negara anggota yaitu tiap Negara anggota harus berpikir meninggalkan paradigma pemikiran realis. Dalam arti praktis ASEAN harus ditransformasikan dari institusi yang diarahkan oleh negara anggotanya ke institusi yang bisa memilki otoritas yang jauh lebih besar untuk mengatur perilaku Negara angotanya dan mengharuskan pelibatan aktor nonnegara yang lebih besar. 22 Pada
tataran
operasional
kebijakan,gagasan
komunitas
ASEAN
mempekuat institusi ASEAN menjadi insitutusi yang memiliki banyak tangung jawab. Ini menyiratkan harus adanya kerjasama yang kuat diantara negara-negara anggota jika tidak ingin kewajiban atau tugas-tugas yang ada saat ini tida berjalan dengan maksimal. Hal lainnya adalah agar kesepakatan-kesepakatan pada tataran regiona dapat langsung diimplementasikan pada tataran nasional.
1.6. Metodologi Penelitian 1.6.1 Jenis Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian dengan metode
deskriptif.
Penelitian
metode
deskriptif
ini
bertujuan
untuk
mendeskripsikan dan dengan cermat fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan atau menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. 23 22
OP.Cit, CPH Lululima DKK, ASEAN 2015., Hal. 26 Sanapiah Faisal,1997, Format-Format Peneltian social: Dasar-dasar dan Aplikasi,Jakarta: Rajawali Press., Hal. 20. Untuk pemahaman lebih lanjut tengan metode Deskripsi lihat Rianto Adi,2004, Metodologi Penelitian social dan hukum, Jakarta: Granit 23
28 Universitas Sumatera Utara
Dalam metode penelitian yang bersifat deskriptif ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 24 -
Menguatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat actual
-
Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber umumnya data nya bersifat dokumen, tertulis teknik ini juga dikenal studi dokumen atau literature study 25 yang bisa diperoleh melalui perpustakaan, surat kabar, buku, majalah atau dokumen lainnya untuk data yang dikumpulkan bersifat sekunder. Termasuk juga informasi dari situs internet.
1.6.3 Teknik Analisa data Sesuai dengan metode penelitian dalam menganalisa data ,data yang digunakan penulis adalah jenis data kualitatif. Metode kualitatif dapat diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif bisa berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang diamati. Untuk selanjutnya data-data yangterkumpul akan dieksplorasi secara mendalam yang pada akhirnya akan menghasilkan kesimpulan untuk menjawab masalah dalam penelitian.
24
Hadari Nawawi,1995,Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press., Hal.63 25 Rianto Adi,2004, Metodologi Penelitian social dan hukum, Jakarta: Granit., hal.61.
29 Universitas Sumatera Utara
Dalam kerangka ini mendeskripsikan data peneliti tidak memberikan interpretasi sendiri. Temuan lapangan hendaknya dikemukakan dengan berpegang pada prinsip emik dalam memahami realitas atau bersifat penafsiran atau evaluatif. 26
1.7 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini bersisi tentang, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, hipotesis, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : DESKRIPSI ASEAN SECURITY COMMUNITY Bab ini berisi tentang gambaran umum dari obyek/lokasi penelitian. Penulis akan memaparkan gambaran umum tentang objek penelitian secara komprehensif.
BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS Bab ini berisikan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan mengenai peran yang dilakukan Indonesia dalam mendorong pembentukan ASEAN Security Community. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
26
Burhan Mungin,2001,Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa., Hal. 187
30
Universitas Sumatera Utara
Bab ini berisikan kesimpulan analisis data dan saran dari hasil yang diperoleh melalui analisis di BAB III.
31 Universitas Sumatera Utara