BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian
yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah suku Batak dan kebudayaannya yang kental dan diwariskan secara turun temurun serta masih berakar kuat di masyarakat suku itu sendiri. Suku Batak merupakan suku yang berasal dari Provinsi Sumatera Utara. Suku Batak tidak hanya kaya dengan kebudayaan saja namun kaya juga akan keseniannya yang telah menjadi bagian dari adat istiadat setempat. Suku yang dapat dikategorikan ke dalam enam kategori ini yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola dan Batak Mandailing, memiliki kesenian yang berbeda-beda namun tetap menunjukkan ciri khas sebagai satu rumpun suku. Sejak zaman dahulu, orang Batak telah mengenal nilai-nilai budaya yang sangat tinggi dan memiliki banyak peninggalan budaya, salah satunya adalah tekstil atau kain tradisional Batak yang masih ada hingga saat ini. Kain tradisional Batak tersebut diantaranya adalah kain ulos, kain songket Batak, sarung tenun Batak, kain tenun ikat dan kain tenun lainnya yang biasa digunakan pada zaman dulu sebagai pakaian seharihari dan pakaian adat. Namun seiring berkembangnya zaman dan maraknya tekstil modern, penggunaan kain tradisional sebagai pakaian sehari-hari tersebut perlahan digantikan dengan tekstil modern yang biasa dikenakan masyarakat umumnya karena dinilai lebih mudah dan praktis. Sementara kain tradisional Batak hanya dipakai pada acara tertentu saja seperti upacara pernikahan atau kematian. Meskipun kain tradisional Batak merupakan suatu peninggalan budaya yang bernilai tinggi, upaya pelestarian terhadap tekstil tersebut semakin menurun. Banyak orang yang kurang mengetahui dan mengerti tentang kain tradisional, serta makna yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu keberadaan dari kain tradisional Batak ini
BAB I PENDAHULUAN
1
semakin hilang bahkan terancam punah. Fenomena ini diungkapkan oleh Bapak Torang Sitorus sebagai pengamat sekaligus kolektor kain tradisional Batak (Tribun Medan, 2012) dan Ibu Martha (Harian Kompas, 2010). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Balai Besar Tekstil ditemukan masalah yaitu masih kurangnya wadah/tempat untuk penyampaian informasi dan edukasi yang inovatif dan menyenangkan. Sehingga kurang menarik minat masyarakat khususnya kaum generasi muda sebagai generasi penerus untuk berkunjung. Serta kurangnya pelestarian lebih lanjut berupa pengembangan kain tradisional menjadi salah satu penyebab utamanya. Berdasarkan fenomena tersebut, maka diperlukan penyediaan fasilitas sebagai media penyampaian informasi, media pelestarian dan pengembangan kain tradisonal Batak serta memperkenalkan kain tradisonal Batak pada masyarakat luas, yang merupakan latar belakang dari perancangan Pusat Tekstil Batak ini. Perancangan interior Pusat Tekstil Batak mengangkat sistem hubungan kekerabatan dan kekeluargaan masyarakat Batak yang kental dan kuat yang menjaga keseimbangan kehidupan bermasyarakat di Batak. Dengan mengangkat citra yang melekat pada suku Batak ke dalam perancangan berupa tata layout yang memiliki pola/organisasi ruang yang saling berdekatan/berhubungan dan terpusat sesuai dengan falsafah hidup budaya Batak, Dalihan Natolu. Dengan mengangkat filosofi dari falsafah hidup Batak yaitu filosofi tungku berkaki tiga dan diaplikasikan ke dalam bentuk perancangan berupa pembagian tiga kelompok ruang utama yaitu pelestarian, pembelajaran (edukasi) dan hiburan (rekreatif) sehingga tujuan dari perancangan dari kebutuhan fungsi bangunan dapat terpenuhi. Hubungan kekerabatan dan kekeluargaan masyarakat Batak yang masih membudaya hingga saat ini, dimana setiap aspek kegiatan hidup masyarakat suku Batak selalu berorientasi pada falsafah hidup masyarakat Batak yakni Dalihan Na Tolu, yang selalu berkaitan dengan kain tradisional yang digunakan dalam setiap kegiatan baik upacara keagamaan maupun acara-acara lainnya.
BAB I PENDAHULUAN
2
2.
Identifikasi Masalah Adapun masalah yang diidentifikasi pada perancangan ini adalah:
Beralihnya penggunaan kain tradisional yang digantikan dengan tekstil modern sebagai pakaian sehari-hari, sehingga perlu adanya pelestarian.
Pelestarian terhadap kain tradisional semakin menurun dan banyak orang yang kurang mengetahui dan mengerti tentang kain tradisional, dan makna yang terkandung didalamnya.
Belum adanya kegiatan dan ruang yang secara khusus memfasilitasi pelestarian peninggalan budaya kain tradisional Batak.
Kurangnya sarana edukasi masyarakat tentang budaya dan peninggalannya khususnya pada perancangan ini yaitu kain tradisional Batak yang sarat dengan nilai-nilai tradisional, didukung oleh perancangan interior yang menyenangkan sehingga menarik minat masyarakat khususnya generasi muda untuk berkunjung.
3.
Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam perancangan ini yaitu: a. Bagaimana cara melestarikan kain tradisional Batak dan menumbuhkan minat masyarakat untuk dapat menjaga peninggalan bersejarah dengan cara mengetahui tentang kain tradisional tersebut? b. Bagaimana cara memfasilitasi kegiatan pelestarian peninggalan budaya kain tradisional Batak? c. Bagaimana menciptakan interior untuk sarana edukasi masyarakat tentang kain tradisional Batak yang menyenangkan sehingga menarik minat masyarakat untuk berkunjung? d. Bagaimana penerapan sistem hubungan kekerabatan dan kekeluargaan ke dalam objek perancangan?
4.
Tujuan dan Sasaran Perancangan Adapun tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
3
a. Untuk merancang interior pusat tekstil yang mengaplikasikan sistem hubungan kekerabatan dan kekeluargaan masyarakat Batak yang telah menjadi falsafah hidup budaya Batak ke dalam bentuk interior, dengan sasaran sebagai berikut:
Mengaplikasikan ke dalam bentuk pola ruang/organisasi ruang yang saling berdekatan/berhubungan dan terpusat sesuai dengan falsafah hidup budaya Batak, Dalihan Natolu.
Mengaplikasikan filosofi dari falsafah hidup Batak yaitu bentuk tungku berkaki tiga ke dalam bentuk perancangan berupa pembagian tiga kelompok ruang utama yaitu pelestarian, pembelajaran (edukasi) dan hiburan (rekreatif) sehingga tujuan dari perancangan dari sudut pandang fungsi bangunan dapat terpenuhi.
Mengaplikasikan hierarki hubungan kekeluargaan dan kekerabatan ke dalam bentuk suasana ruangan seperti: - Kelompok yang posisinya di atas, somba marhula-hula yang berarti hormat pada keluarga pihak istri. Menghadirkan suasana yang bersifat formal pada area pelestarian dan pengembangan melalui penggunaan warna, material dan furnitur yang mendukung suasana tersebut. - Kelompok yang posisinya sejajar, manat mardongan tubu yang berarti menjaga dan menghargai teman dan saudara semarga. Menghadirkan suasana yang semi formal namun santai pada area edukasi. - Kelompok yang posisinya dibawah, elek marboru yang berarti saling mengasihi dan mengayomi saudara perempuan, dari pihak suami dan keluarga perempuan dari pihak ayah. Menghadirkan suasana yang hangat dan nyaman melalui pencahayaan dan warna yang mendukung suasana tersebut.
Menggunakan ornamen Batak /Gorga Batak sebagai elemen dekorasi interior untuk menambah nilai estetis.
b. Menghadirkan rancangan/desain interior pusat tekstil budaya Batak sebagai sarana pelestarian serta edukasi masyarakat umum (publik) yang menyenangkan
BAB I PENDAHULUAN
4
sehingga menarik minat masyarakat untuk berkunjung, dengan sasaran sebagai berikut:
Mengaplikasikan konsep interior tradisional Batak yang mewakili citra lokal setempat.
Menggunakan desain display yang berbeda yang mengaplikasikan identitas suku Batak ke dalam perancangan.
Menciptakan suasana kerja yang kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kinerja karyawan dan peneliti di Pusat Tekstil Batak.
5.
Ruang Lingkup (Batasan Perancangan) Ruang lingkup perancangan ini berada di lokasi Kantor Pos Medan Jl. Balaikota
No. 1, Medan Baru, Sumatera Utara dengan luas bangunan ± 3500 m² dengan batasan perancangan pada seluruh interior bangunan dengan tidak merubah struktur bangunan. Dengan pendekatan sistem hubungan kekerabatan masyarakat suku Batak yang secara tradisional diatur dalam sistem sosial kemasyarakatan yang disebut Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu menjadi kerangka yang mempertalikan satu kelompok dengan lainnya, yang ditentukan dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi sosial. Tiga kedudukan fungsional ini diaplikasikan ke dalam bentuk perancangan berupa pembagian tiga kelompok fungsi ruang utama yaitu pelestarian, pembelajaran (edukasi) dan hiburan (rekreatif).
6.
Metode Perancangan Dalam perancangan Pusat Tekstil Batak ini diperlukan data-data dan informasi
yang lengkap, relevan serta jelas. Oleh karena itu dalam mengumpulkan bahan-bahan serta mendapatkan data diperlukan yang meliputi: a. Survey Lapangan Dengan melakukan peninjauan langsung untuk mendapatkan data-data yang berhubungan langsung dengan proyek, meliputi: -
Observasi (pengamatan langsung)
BAB I PENDAHULUAN
5
Mengadakan observasi lapangan untuk mendapatkan data lokasi/site perancangan, sekaligus merekam kondisi yang ada melalui pemotretan, kemudian data di analisa untuk mendapatkan konsep-konsep yang selanjutnya digunakan dalam proses perancangan. Observasi dilakukan di Balai Besar Tekstil yang berlokasi di Jalan Jenderal Achmad Yani No. 390, Bandung. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengamati kegiatan apa saja yang dilakukan oleh setiap divisi sehingga diketahui kebutuhan ruang apa saja yang diperlukan untuk pusat tekstil. Juga mengamati hubungan antar ruang untuk mendapatkan kedekatan ruang yang nantinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa area zoning blocking). Selain itu, dilakukan pendokumentasian gambar untuk merekam kondisi interior seperti bangunan yang sudah tua, dan interior yang kurang menarik sebab Balai Besar Tekstil merupakan bangun institusi pemerintah. -
Wawancara Melakukan tanya jawab secara langsung dengan Ibu Dermawati Suantara yang
berposisi sebagai Seksi Informasi di Bidang Pengembangan Jasa Teknis serta memiliki latar belakang pendidikan desain interior. Pertanyaan yang diajukan adalah bagianbagian dan ruang-ruang apa saja yang ada di Balai Besar Tekstil, kegiatan apa saja yang dilakukan setiap divisi, bagaimana proses tenun menggunakan alat tradisional/ ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), mesin-mesin apa saja yang dibutuhkan dalam proses penenunan, dll. -
Studi banding Mengunjungi lokasi yang memiliki keterkaitan dengan objek perancangan yaitu
Museum Tekstil Nasional yang berlokasi di Jl. Aipda Ks Tubun No.2-4, Tanah Abang, Petamburan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta sehingga dapat melakukan perbandingan antara objek yang satu dan yang lain yang kemudian dianalisa untuk diterapkan pada objek perancangan. Di sini, studi banding dilakukan bukan untuk membandingkan interior dan display karena fungsi dari kedua bangunan yang jelas berbeda, namun lebih ke arah ruang-ruang dan perawatan seperti apa saja yang dibutuhkan untuk perancangan Pusat Tekstil Batak. b. Studi Kepustakaan
BAB I PENDAHULUAN
6
Mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek (fungsi dan bentuk) dan pendekatan yang diambil melalui literatur, buku, jurnal, majalah dan internet, diantaranya: -
Buku Ulos Pangait ni Holong
-
Buku Pameran Ulos Batak
-
Buku Warisan Leluhur yang Terancam Punah
-
Buku Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya
-
Buku Perkawinan Adat Dalihan Na Tolu
yang kemudian diolah dan disesuaikan penerapannya terhadap objek perancangan. c. Analisis Melakukan analisis data, teori, opini dan pendekatan objek perancangan. d. Sintesa / Programming Dari analisis data yang dilakukan didapatkanlah hasil berupa programing yang meliputi analisa kebutuhan ruang, besaran ruang, matriks hubungan antara ruang, zoning dan blocking yang sesuai dengan pendekatan perancangan. e. Tema & Konsep Proses transformasi konsep disesuaikan dengan pola pikir dan kemampuan perancang dalam mengimplementasikan pendekatan yang diambil ke dalam perancangan yang menjadi konsep utama perancangan. f. Perancangan Akhir / Final Desain Tahap-tahap yang dilakukan dalam merancang, pengolahan denah dan membuat gambar kerja serta maket.
7.
Kerangka Pikir Perancangan
LATAR BELAKANG - Penggunaan kain tradisional sebagai salah satu peninggalan budaya suku Batak - Upaya pelestarian kain tradisional yang semakin menurun dan kurangnya pengetahuan tentang kain tradisional - Diperlukan penyediaan fasilitas sebagai media penyampaian informasi, media pelestarian serta memperkenalkan kain tradisional Batak pada masyarakat luas.
BAB I PENDAHULUAN
7
IDENTIFIKASI MASALAH -
Beralihnya penggunaan kain tradisional tergantikan oleh tekstil modern sebagai pakaian sehari-hari Pelestarian kain tradisional semakin menurun dan kurangnya pengetahuan tentang kain tradisional dan makna yang terkandung di dalamnya. Belum adanya ruang khusus yang memfasilitasi pelestarian budaya kain tradisional Batak. Kurangnya sarana edukasi yang menyenangkan sehingga menarik minat pengunjung khususnya generasi muda untuk berkunjung.
TUJUAN PERANCANGAN -
Merancang interior pusat tekstil yang mengaplikasikan sistem hubungan kekerabatan dan kekeluargaan masyarakat Batak. Menghadirkan rancangan interior pusat tekstil Batak sebagai sarana pelestarian serta sarana edukasi yang menyenangkan sehingga mearik minat masyarakat untuk berkunjung.
SURVEY LAPANGAN Pengumpulan Data - Observasi (Pengamatan langsung)
Metode Perancangan Analisis Data
- Wawancara - Studi Banding
PROGRAMING - Analisa kebutuhan ruang - Besaran ruang - Matriks hubungan antar ruang - Zoning & Blocking
Sintesa
F E E D B A C K
STUDI KEPUSTAKAAN Konsep
- Literatur - Buku - Jurnal
Final Desain
- Majalah - Internet
- Gambar Kerja - Maket Bagan 1.1. Kerangka Pikir Perancangan -
BAB I PENDAHULUAN
8