BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Terapi intra vena merupakan terapi yang paling sering dilakukan untuk pengobatan pasien lebih dari 60% pasien yang dirawat dirumah sakit mendapat terapi intra vena berkaitan dengan terapi intra vena maka diidentifikasi suatu masalah keperawatan yaitu flebitis atau ektravasasi vena. Suatu inflamasi yang terjadi akibat tidak berhasilnya penusukan vena, kontaminasi alat penusukan, cairan hipertonis yang secara kimiawi mengiritasi vena. Umummya dirumas sakit flebitis ditangani dengan pemberia kompres hangat dan kompres alkohol.Terapi lidah buaya belum umum dilakukan untuk menangani flebitis. Lidah buaya sudah lama dipakai masyarakat indonesia untuk mengatasi berbagai macam penyakit sebagai anti imflamasi anti jamur dan anti bakteri.Sehingga sangat mungkin kompres lidah baya digunakan sebagai salah satu alternatif pengobatan flebitis yang lebih murah B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk menelaah jurnal hasil penelitian dibidang keperawatan yang telah dipublikasikan sesuai dengan kaidah ilmiah sehingga dapat diterapkan dirumah sakit. 2. Tujuan khusus a. Menelaah judul jurnal b. Menelaah abstrak jurnal
1
c. Menelaah pendahuluan jurnal d. Metode penelitian e. Menelaah hasil penelitian f. Menelaah kesimpulan dan saran g. Menelaah daftar pustaka penelitian h. Menelaah Implikasi kegunaan hasil penelitian
2
BAB II HASIL TELAAH JURNAL A.
Judul Jurnal
PENGARUH PENGGUNAAN HIDROGEL TERHADAP AUTOLITIK DEBRIDEMANG PADA PASIEN GANGREN DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUANG INTERNA RSUD DR. M. SOEWANDHIE SURABAYA Oleh : Fahrun Nur Rosyid, S.Kep Ns M.Kes Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya
[email protected]
Pada judul jurnal terdapat 22 kata atau 130 karakter , sedangkan dalam teori judul sebaiknya terdiri dari 5-10 kata atau tidak melebihi 40 karakter. Artinya, judul jurnal masih terlalu panjang. Ada baiknya, dicantumkan tahun penelitian agar pembaca mengetahui kapan dilakukannya penelitian. Nama penulis ditulis tanpa gelar yang disertai penomoran diujung atas masing-masing nama. Penomoran tersebut merujuk kepada instansi tempat masing-masing penulis bekerja. Penulisan nama sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal. Keterangan dari catatan kaki tidak tampak pada jurnal ini. Keterangan tentang alamat hanya mencantumkan fakultas tempat penulis bekerja dan alamat email untuk korespondensi. Keterangan tentang alamat dirasa masih kurang, karena belum melengkapi alamat lengkap atau kode pos.
3
B.
Abstrak ABSTRAK
Gangren diabetes mellitus tipe 2 yang keras, tebal dan berwarna hitam merupakan keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera dan bila terapi tidak memadai maka dilakukan amputasi anggota badan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penggunaan hidrogel terhadap autolitik debridemang pada pasien gangren Diabetes Mellitus tipe 2. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimental dengan pretest-posttest only design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gangren diabetes mellitus tipe 2 di Ruang Interna RSUD dr. Mohammad Soewandhie Surabaya. Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Sampel yang diteliti sejumlah 24 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan hidrogel dan variabel tergantungnya adalah autolitik debridemang. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebelum penggunaan hidrogel pada perawatan gangren diabates mellitus tipe 2 mayoritas mengalami jaringan nekrotik yang keras dan tebal yaitu sebanyak 24 orang (100%). Setelah penggunaan hidrogel pada perawatan gangren diabates mellitus tipe 2 sebagian besar mengalami jaringan nekrotik yang lunak yaitu sebanyak 22 orang (92%) dan sebagian kecil tidak ada jaringan nekrotik yaitu 2 orang (8%). Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan hidrogel terhadap autolitik debridemang pada pasien gangren diabetes mellitus tipe 2 (p=0,000). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan hidrogel terhadap autolitik debridemang pada gangren Diabetes Mellitus tipe 2. Kata kunci : hidrogel, autolitik debridemang, gangren dan diabetes melitus (DM) tipe 2 ABSTRACT Solid, thick and black type 2 Diabetes Mellitus gangrene is a medical emergency situation that needs treatment as soon as possible and when there is no sufficient therapy, part of the body will be amputated. The purpose of this research is learning the influence of the use of hydrogel on autolitic debridemang at type 2 Diabetes Mellitus gangrene patients. The study design used is a pre- experimental with a pretest-posttest only design. The population in this study were all patients with type 2 diabetes mellitus gangrene in the Intern Room Hospital of RSUD dr. Mohammad Soewandhie Surabaya. The sampling technique is simple random sampling. Samples studied some 24 people. The independent variable in this study is the use of hydrogel and the dependent variable is autolitik debridemang. The results of this study found that prior use of hydrogel in the treatment of diabetes mellitus type 2 gangrene majority having a hard necrotic tissue and thick as many as 24 people (100%). After the use of hydrogel in the treatment of diabetes mellitus type 2 gangrene most experienced soft necrotic tissue as many as 22 people (92%) and no small portion of necrotic tissue is 2 people (8%). The results of Wilcoxon Signed Rank Test test indicates that there is influence of the use of hydrogels to autolitik debridemang gangrene in patients with diabetes mellitus type 2 (p= 0.000). Conclusions in this study is that there are influences on the use of hydrogel in gangrene debridemang autolitik Type 2 Diabetes Mellitus treatment costs are lighter. Keywords : hydrogel, autolytic debridemang,gangrene and diabetes mellitus type 2
4
Abstrak ditulis dalam bahasa indonesia dengan jumlah kata 219 kata dan bahasa inggris 260 kata.Syarat abstrak yang baik berkisar antara 150-200 kata. Adapun poin-poin yang dimuat dalam abstrak ersebut adalah sebagai berikut:
Latar Belakang: “Gangren diabetes mellitus tipe 2 yang keras, tebal dan berwarna hitam merupakan keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera dan bila terapi tidak memadai maka dilakukan amputasi anggota badan”
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penggunaan hidrogel terhadap autolitik debridemang pada pasien gangren Diabetes Mellitus tipe 2
Metode: “Desain
penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimental dengan pretest-posttest only
design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gangren diabetes mellitus tipe 2 di Ruang Interna RSUD dr. Mohammad Soewandhie Surabaya. Teknik pengambilan secara simple random bebas
dalam
penelitian
sampling. ini
Sampel
adalah
sampel
yang diteliti sejumlah 24 orang. Variabel
penggunaan hidrogel dan variabel tergantungnya
adalah autolitik debridemang..”
Hasil: “Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebelum penggunaan hidrogel pada perawatan gangren diabates mellitus tipe 2 mayoritas mengalami jaringan nekrotik yang keras dan tebal yaitu sebanyak 24 orang (100%). Setelah penggunaan
hidrogel pada
perawatan gangren diabates mellitus tipe 2 sebagian besar mengalami jaringan nekrotik yang lunak yaitu sebanyak 22 orang (92%) dan sebagian kecil tidak ada jaringan nekrotik yaitu 2 orang (8%). Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa 5
ada pengaruh penggunaan hidrogel terhadap autolitik debridemang pada pasien gangren diabetes mellitus tipe 2 (p=0,000).
Kesimpulan: “Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan hidrogel terhadap autolitik debridemang pada gangren Diabetes Mellitus tipe 2..”
Kata kunci: “hidrogel, autolitik debridemang, gangren dan diabetes melitus (DM) tipe 2” Abstrak sudah sesuai dengan syarat penulisan, tetapi masih ada beberapa koreksi. Latar
belakang belum memperlihatkan secara spesifik tentang fenomena yang ditemukan di lapangan, sebaiknya ditambahkan angka kejadian atau insiden diabetes mellitus. Selain itu, tempat penelitian juga tidak disertakan, tidak ditemukan saran dari hasil penelitian, tetapi hanya kesimpulan ada. Penulisan kata kunci telah sesuai dengan kaidah umum, yaitu abstrak diikuti oleh 3-5 kata kunci.
C.
Pendahuluan PENDAHULUAN
Gangren kering biasanya dirawat oleh dokter ahli bedah dengan menghilangkan jaringan mati, diobati dengan antibiotik untuk mencegah infeksi dan menerima antikoagulan untuk mengurangi pembekuan darah. Beberapa pasien mengelupaskan jaringan gangren keringnya sendiri yang disebut autoamputasi. Gangren basah adalah keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera, bila terapi tidak memadai amputasi anggota badan yang diperlukan, dan bila menjadi sepsis membutuhkan perawatan intensif untuk masalah yang mengancam jiwa. Dokter juga mengobati gangren dengan terapi hiperbarik, namun tidak tersedia banyak di rumah sakit (Michael, 2009). Banyak cara telah dikembangkan untuk membantu penyembuhan luka, seperti menjahit luka, menggunakan antiseptik dosis tinggi, dan pembalutan menggunakan bahan yang menyerap, dan ketika diteliti ternyata cara penyembuhan ini sama sekali tidak membantu bahkan beresiko memperburuk luka (Burfeind, 2007). Data Statistik di Amerika Serikat menunjukan bahwa mortalitas 6-7% pada pasien rawat inap dengan gangren. Mortalitas meningkat sekitar 20-25% jika pasien menjadi septik. Jika pengobatan dimulai awal, hanya sekitar 15-20% dari pasien perlu amputasi (Charless, 2009). Di Indonesia dari semua amputasi tungkai bawah, 40-70% berkaitan dengan 6 diabetes. Insiden amputasi tungkai bawah diperkirakan 5- 25/100.000 orang/tahun. Sedangkan di antara penderita diabetes, jumlah penderita yang diamputasi sebanyak 6-8/100 orang. Mayoritas amputasi
orang. Mayoritas amputasi ini didahului gangren (Mona, 2009). Di Rumah Sakit Dr. Mohammad Soewandhie pasien irna bedah yang amputasi kaki karena gangren antara bulan agustus sampai september 2010 ada 8 pasien, meninggal 2 pasien dan 6 pasien pulang dengan rawat jalan tetapi kenyataannya setelah dikunjungi meninggal juga. Di poli bedah kasus gangren tahun 2008 jumlah 325 pasien, tahun 2009 jumlah 237 pasien dan tahun 2010 antara bulan januari sampai nopember jumlah 89 pasien, sedangkan bulan agustus sampai september 2010 ada 26 pasien dengan gangren diabetes mellitus, dengan 13 pasien sering berobat (1x seminggu) serta 13 jarang berobat (<2x perbulan). Di Ruang Interna kasus gangren diabetes mellitus bulan oktober 2010 ada 26 pasien dan bulan nopember 2010 ada 26 pasien. Sampai saat ini, masalah gangren masih kurang mendapat perhatian, akibatnya banyak penderita gangren berkembang menjadi osteomyelitis dan teramputasi kakinya (Misna, 2006). Penyebab umum gangren basah atau kering adalah hilangnya suplai darah yang efektif lokal untuk jaringan. Hilangnya suplai darah berarti jaringan kekurangan oksigen sehingga menyebabkan sel-sel Pembahasan dalam pendahuluan sudah sesuai dengan kaidah jurnal yang baik, di jaringan mati (Santora, 2009). Hidrogel mengandung polimer tidakpenulisan larut meningkatan volume sampai jenuh, memfasilitasi epitelialisasi dengan mempertahankan lingkungan yang lembab pada yaitu tidak boleh lebih dari 2 halaman ketik. permukaan luka (Radiat, 2007). Balutan dalam kondisi lembab atau sedikit basah merupakan cara yang paling efektif untuk menyembuhkan luka. Balutan tersebut tidak menghambat aliran oksigen, nitrogen dan zat-zat udara lain. Kondisi yang demikian merupakan lingkungan yang baik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan replikasi secara optimum, karena pada dasarnya sel dapat hidup dilingkungan yang lembab atau basah (Burfein, 2007). Hidrogel berbahan dasar air, jenis topikal terapi yang dapat membantu proses autolitik debridemang (pelunakan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri) (Cark, 2004). Gel ini memberikan kondisi lembab pada luka nekrotik, seperti pada luka gangren. Dan salah satu pengelolaan gangren adalah debridemang atau membuang jaringan yang rusak (Misna, 2006). Gangren sangat sulit diatasi karena kompleksitas permasalahan gangren dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi. Jika memperoleh oksigenasi jaringan yang baik dengan aliran darah arteri yang memadai dan tidak menjadi infeksi, maka gangren bisa dicegah (Charles, 2010). Jaringan nekrotik terinfeksi membutuhkan metode yang lebih cepat, yaitu debridemang. Debridemang adalah manajemen jaringan nekrotik (Ruth, 2007). Secara klinis, debridemang sudah digunakan selama bertahun-tahun untuk mempercepat penutupan luka. Dalam prosesnya, autolitik debridemang tidak bisa secara cepat membuang jaringan mati, tetapi penggunaan hidrogel atau balutan oklusif membantu untuk mempercepat proses debridemang yang terjadi (Ruth, 2007). Hidrogel cocok untuk granulasi dan epitelialising luka karena membuat lingkungan luka lembab (Radiat, 2007). Balutan dalam kondisi lembab atau sedikit basah merupakan cara paling efektif untuk menyembuhkan luka (Burfeind, 2007). Debridemang autolitik memerlukan keahlian klinis yang minimal dan non traumatik. Metode ini paling mudah diaplikasikan dan tidak menimbulkan nyeri sehingga membuat pasien merasa nyaman (Ruth, 2007). Sehingga perawatan luka gangren dengan penggunaan hidrogel bisa mempercepat autolitik debridemang dan penyembuhan luka.
7
Pembahasan dalam pendahuluan sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik, yaitu tidak boleh lebih dari 2 halaman ketik. Poin yang dijelaskan pada pendahuluan terlihat masih umum dan belum begitu menyentuh pokok masalah yang sebenarnya, yakni pengaruh penggunaan hidrogel terhadap autolitik debridemang. Pokok pembahasan pada paragraf awal mencoba menjelaskan tentang pemanfaatan dan kelemahan kompres alkohol untuk mengatasi phlebitis. Keterkaitan topik dalam paragraf kurang koheren, karena penjelasan yang dipaparkan oleh kalimat penjelas terhadap kalimat utama dirasakan tidak singkron. Contohnya, pada paragraf ketiga menjelaskan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti mengenai kejadian phlebitis, sedangkan pada paragraf berikutnya penulis menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan phlebitis yang tidak ada hubungan dengan penelitian.
D.
Metode METODA
Pada penelitian ini, peneliti akan menggambarkan hubungan antara kompres lidah buaya (aloe vera) dan kompres alkohol 70% terhadap penyembuhan phlebitis. Jenis penelitian ini adalah penelitian True Eksperimental, dengan menggunakan desain Randomized Control Group Pre test – Post test Design.Variabel bebasnya adalah pemberian kompres lidah buaya (aloe vera) dan kompres alkohol 70% dan variabel tergantung adalah keadaan phlebitis. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 24 pasien phlebitis dengan skala 1 – 3, Usia antara 20 sampai 40 tahun, Terapi antibiotik yang didapat ≤ 3 macam, Terapi cairan infus RL dan/atau D5%, Lokasi kanula pada vena perifer, Kateter intravena jenis Surflo® dengan nomor 20 dimana masing-masing 12 responden untuk kelompok kontrol dan perlakukan. Sampel diambil dengan menggunakan simple random sampling.Tempat penelitian adalah di Ruanga Paviliun Dahlia RSUD Jombang. Pengumpulan data dilakukan menggunakan lembar observasi dan pengukuran skala phlebitis terlebih dulu pada responden sebelum diberi perlakuan, kemudian responden dibagi menjadi dua kelompok dengan caramatching, dimana jumlah kedua kelompok dibuat semirip mungkin. Jumlah responden tiap skala phlebitis pada kedua kelompok diusahakan sama jumlahnya. Kelompok pertama diberi perlakuan pemberian kompres lidah buaya (aloe vera)dan kelompok berikutnya diberi perlakuan kompres alkohol 70%.Lama perlakuan adalah 20 menit sebanyak 3 kali sehari dengan interval minimal 5 jam selama 3 hari.Agar obyektifitas penelitian tetap terjaga, peneliti melibatkan relawan (perawat) yang mengerti tentang phlebitis dan pemberian kompres lidah buaya maupun alkohol 70% dalam pelaksanaan pengumpulan data dan pemberian perlakuan, baik pada saat dinas sore maupun malam. 8 Analisis data dilakukan dengan uji statistik Mann Whitney U Test dan Wilcoxon Signed Rank Tes, dengan α = 0,05.
Metode penelitian adalah cara yang akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan. Oleh sebab itu, dalam uraian telah tercermin langkah-langkah teknis dan operasional yang akan dilakukan. Di dalam metoodologi penelitian, mencakup beberapa hal, yaitu: a.
Jenis Penelitian Jenis penelitian menjelaskan termasuk ke dalam jenis pendekatan atau metode yang mana
penelitian dilaksanakan. Di dalam jurnal “Pemanfaatan Kompres Ekstrak Lidah Buaya pada Pasien Phlebitis Untuk Mengurangi Biaya Peraawatan di Rumah Sakit” sudah dijelaskan jenis penelitian yang digunakan, yaitu metode penelitian True Eksperimental dengan menggunakan desain Randomized Control Group Pre Test – Post Test Design.
b.
Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan dari subjek yang menjadi sasaran penelitian. Namun di dalam
jurnal belum tercantum siapa populasinya. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Di dalam jurnal juga tidak dicantumkan rumus yang digunakan untuk pengambilan sampel berikut kriterianya, penulis hanya menjelaskan teknik pengambilan dan besar sampel saja.
c.
Tempat dan Waktu
9
Tempat penelitian telah dijelaskan, yaitu Ruang Paviliun Dahlia RSUD Jombang, namun kapan waktu penelitian tidak disertakan.
d.
Variabel Pada jurnal ini, sudah dijelaskan variabel-variabelnya.
e.
Instrumen Peelitian Instrumen penelitin adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen
penelitian dapat berupa kuesioner, formulir observasi, formulir yang berhubungan dengan pencatatan data. Di dalam jurnal, telah disebutkan instrumen penelitian berupa lembar observasi dan pengukuran skala phlebitis sebelum responden diberi perlakuan. f.
Data dan Analisa Data Pada jurnal ini, sudah dicantumkan cara analisa data, yaitu dengan uji statistik Mann
Whitney U Test dan Wilcoxon Signed Rank Test.
E.
Hasil Penelitian
Data Umum Gambaran responden menunjukkan bahwa pada kelompok kompres lidah buaya (aloe vera) maupun kelompok kompres alkohol 70% sebagian besar responden berumur antara 30-40 tahun. Data Khusus : Pemberian Kompres Lidah Buaya (Aloe Vera) Terhadap Penurunan Tingkat Phlebitis Tabel 1 : Tingkat phlebitis responden kelompok yang diberikan kompres lidah buaya (aloe vera) di (Sumber) Paviliun Dahlia Bapelkes RSD Jombang Agustus 2008 Hasil uji Wilcoxon Signed Rank test diperoleh p=0,008 pada 8 jam setelah pemberian kompres ketigayang berarti ada pengaruh pemberian kompres lidah buaya (aloe vera) terhadap penurunan tingkat phlebitis. Pemberian kompres lidah buaya mempunyai pengaruh terhadap penurunan tingkat phlebitis,10 hal ini dapat dilihat dengan tidak ditemukannya lagi tanda-tanda phlebitis seperti nyeri, kemerahan, hangat/panas, bengkak pada sebagian besar responden setelah pemberian kompres lidah buaya (aloe vera). Lidah buaya (aloe vera) menghambat migrasi sel PMN
Menurut Maughan (2004) kualitas terapeutik dari gel tanaman lidah buaya (aloe vera) tergantung dari tingkat kesegeran gel, jika gel lidah buaya terpapar udara dan cahaya selama beberapa jam efek terapeutiknya hilang sebagian.Sedangkan kompres lidah buaya (aloe vera) pada penelitian ini hanya diberikan selama 20 menit dengan interval pemberian 8 jam sehingga dapat terjadi kemungkinan efek terapeutiknya hilang sebagian. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank test diperoleh p=0,008 pada 8 jam setelah pemberian kompres keempat yang berarti ada pengaruh pemberian kompres alkohol 70% terhadap penurunan tingkat phlebitis. Hasil uji statistik dan tinjauan teori diatas menunjukkan bahwa kompres alkohol 70% dapat menurunkan tingkat phlebitis setelah empat kali pemberian, tetapi masih terdapat tingkat phlebitis +1 pada sebagian responden yakni responden nomor 3, 6 dan 7. Hal ini disebabkan oleh sifat alkohol 70% yang mudah menguap sehingga kurang memberikan efek vasokonstriksi pembuluh dalam menghambat proses inflamasi phlebitis, walaupun pada setiap pemberian kompres kasa selalu dibasahi kembali dengan alkohol 70% bila kompresan mulai tidak dingin. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis cairan dan lama pemasangan infus. Pada responden nomor 3, 6 dan 7 sebelum pemberian kompres menderita tingkat phlebitis yang sama (+2) dan lama pemasangan infus masing-masing responden adalah 3 hari. Hal inilah yang mungkin menyebabkan lamanya penurunan tingkat phlebitis menjadi tidak phlebitis ditambah lagi dengan sifat alkohol 70% yang mudah menguap.Faktor dari responden yang mungkin berpengaruh adalah suhu tubuh, di mana pada penelitian ini suhu tubuh tidak diketahui dan dicatat saat pemberian kompres alkohol 70%. Menurut pendapat peneliti, bila suhu tubuh semakin tinggi maka penguapan alkohol akan semakin cepat, sehingga efek dingin dari alkohol pada kulit menjadi semakin singkat. Hasil uji Mann WhitneyU test pada 8 jam setelah perlakuan ketiga dari kedua kelompok11 kompres didapatkan p=0,002 yang berarti bahwa ada perbedaan antara pemberian kompres lidah buaya (aloe vera) dengan kompres alkohol 70% terhadap penurunan tingkat phlebitis. Penurunan tingkat phlebitis menjadi tidak phlebitis seluruh responden, pada kelompok
Kompres lidah buaya (aloe vera) yang mengandung berbagai komponen, mempunyai efek biologis dan fisiologis terhadap phlebitis sampai pada tingkat sel dan enzim, sementara pengaruh kompres alkohol 70% terhadap phlebitis hanya memberikan efek dingin beberapa menit yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah lokal pada daerah yang mengalami phlebitis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompres lidah buaya (aloe vera) lebih mempunyai efek terapeutik daripada kompres alkohol 70% terhadap phlebitis.
Pembahasan hasil penelitian:
Kelebihan Pada bagian pembahasan hasil, sudah dielaskan secara rinci tentang hasil yang diperoleh selama penelitian, disertai dengan tabel statistik dan gambar; sehingga pembaca dapat mengetahui semua hasil dan kesimpulan penelitian secara jelas. Oleh karena itu, dapatlah ditarik sebuah informasi baru dari akhir penelitian beserta kesimpulan yang didapat.
Kelemahan
12
Penelitian ini belum pernah diimplementasikan sebelumnya, sehingga teori yang mendukung hasil penelitian masih kurang.Jurnal ini juga belum memberi rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
F.
Kesimpulan dan Saran
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kompres lidah buaya (aloe vera) dapat menurunkan tingkat phlebitis pada 8 jam ketiga setelah pemberian kompres, sedangkan pemberian kompres alkohol 70% dapat menurunkan tingkat phlebitis pada 8 jam keempat setelah pemberian kompres, sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara pemberian kompres lidah buaya (aloe vera) dengan kompres alkohol 70% terhadap penurunan tingkat phlebitis dimana kompres lidah buaya (aloe vera) lebih cepat menurunkan tingkat phlebitis daripada kompres alkohol 70%. Dengan demikian kompres lidah buaya (aloe vera) dapat dijadikan alternatif intervensi keperawatan dalam menurunkan tingkat phlebits pada pasien terapi intravena.
Kesimpulan tentang hasil penelitian telah terdapat di dalam jurnal, tetapi tidak sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, penulisan juga dinarasikan, bukan dipointkan. Kemudian, saran berdasarkan hasil penelitian tidak dicantumkan di dalam jurnal. G.
Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA
Asrin, et. al. (2007). Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Plebitis di RSUD Purbalingga. Program Sarjana Keperawatan, Universitas Jenderal Soedirman. www.akademik.unsoed.ac.id (Diakses tanggal 6 Desember 2007 jam 21.00). Engholm, Michele. (2007). How to Juice An Aloe Plant.www.knowledge-hound.com. (Diakses tanggal 5 Januari 2008 jam 22.00). Hidayah, Bidayatul. (2006). Uji Toksisitas Aloe Vera Berbagai Konsentrasi terhadap Sel Fibroblas. Fakultas Kedokteran Gigi Unair: Skripsi. Nursalam & Ninuk Dian. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika. Hal 91 Wardhani I.K. (2006). Pemberian Kompres Hangat dan Kompres Alkohol sebagai Alternatif Intervensi Keperawatan Flebitis pada Pasien yang Terpasang Infus. Program Studi Ilmu Keperawatan FK Unair: Skripsi. Watono.(2007). Efektivitas Penggunaan Aloe Vera dan Chlorhexidine Gluconate terhadap 13 Percepatan Proses Penyembuhan Luka Bersih pada Marmut (Cavia Porcellus). Program Studi Ilmu Keperawatan FK Unair: Skripsi. (2007). Pengantar Alkohol.www.chem-is.try.org (Diakses tanggal 6 Desember 2007 jam 20.10).
Sumber pustaka yang dicantumkan dalam tesk kutipan sudah sesuai dengan APA STAYLE. Namun pada daftar pustaka belum sesuai dengan APA STAYLE yaitu : 1. Sumber dari internet sudah mencantumkan kapan diakses namun masih terdapat sumber dari blog, worrpress 2. Sumber dari aktikel atau jurnal tidak ada 3. Penulisan daftar pustaka tidak beraturan 4. Peneliti masih memakai sumber dari pihak ketiga seperti dari skrisi H. Telaah isi jurnal berdasarkan SOWT 1. STRENGHTHS (kekuatan) a. Teknik ini mudah dilakukan b. Murah dan sederhana c. Sangat mungkin diterapkan dirumah sakit d. Mempunyai lebih sedikit efek samping 2.. weakness (kelemahan a. Terapi ini belum pernah di lakukan sebelumnya jadi belum ada penelitian tetang efek samping dari penelitian ini 3. OPPORTUNITIES ( Kesempatan)
14
a. Flebitis memiliki angka kejadian yang tinggi di rumah sakit b. Beberapa penelitian tentamg perawatan flebitis terus dikembangkan c. Orang semakin tertari dengan metode pengobatan baru yang muran, aman dan efek samping minimal 4. Perlu sosialisai hasil penelitian 5. Umumnya pengunaan alkohol dan kompres hangat masih menjadi pilihan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil telaah jurnal disimpulkan masih banyak sistem penulis yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan jurnal ilmiah menurut APA STAYLE. Berdasarkan kesimpulan hasil penetian kompres lidah buaya dapat diterapkan di rumah sakit karena terbukti dapat mengatasi plebitis B. Saran Sebagai mana direkomendasikan dalam penelitian kompres lidah buaya dapat dijadikan salah satu alernatif perawatan pada pasien-pasien dengan plebitis
15
16