BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.1 Terlepas
dari
tujuan
pendidikan
diatas
maka
sosok
guru
merupakan bagian terpenting yang cukup menentukan dalam proses pendidikan. Walaupun
sekarang
ini
ada
berbagai
sumber
belajar
alternative yang lebih kaya, seperti buku, jurnal, majalah, internet, maupun sumber belajar lainnya, tetapi tokoh guru tetap menjadi kunci untuk mengoptimalisasi sumber-sumber belajar yang telah ada tersebut. Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting untuk terus di kembangkan, dengan pendidikan yang baik, maka suatu bangsa akan dapat tumbuh dan berkembang pesat dalam berbagai bidang kehidupan, tegasnya pendidikan adalah kunci untuk keberhasilan untuk dapat menguasai ilmu
1
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru ,(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hal.4.
1
2
dengan baik diperlukan ilmu tersendiri yang mempelajari tentang ilmu pendidikan.2 Proses
pendidikan
mengalami
proses tumbuh dan berkembang
bersama, dengan pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, suku dan bangsa bahkan pada umumnya orang berpendapat bahwa kemajuan dan perkembangan suatu masyarakat bangsa di pengaruhi atau tergantung pada sistem pendidikan .3 Sementara itu, sistem pendidikan silih berganti mulai dari CBSA yang muncul di era 90-an dan dilanjutkan dengan sistem KBK dan yang kemudian disempurnakan dengan sistem
KTSP. Kesemuanya
sistem tersebut belum bisa memberikan kontribusi yang jelas terhadap peningkatan mutu pendidikan.4 Bila dicermati sejarah pendidikan di zaman rasulullah Saw, dapat difahami bahwa salah satu faktor yang terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan dalam mendidik para sahabatnya.5 Salah satu bidang pendidikan dan pengajaran adalah pendidikan agama Islam yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga membentuk kepribadian yang selaras dengan ajaran dan nilai-nilai Islam, termasuk dalam pembentukan kecerdasan emosional yang tinggi dan juga
2
Binti Maunah, Konsep Pemikiran Hasan Al Banna tentang Pendidikan Islam di sajikan dalam jurnal dinamika penelitian STAIN tulungagung edisi 1 juli 2001 hal 28 3 Tadjab, Perbandingan Pendidikan , (Surabaya:Karya Abditama,1994), hal.136 4 Nurudin, Pendidikan Hari Ini Compang – Camping, Artikel disajikan dalam majalah dimensi STAIN tulungagung “Revitalisasi Nilai Pendidikan” edisi 21 tahun 13 Agustus 2008, ha. 31 5 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, ( Jakarta: Rineke Cipta, 2000 ), hal. 12 .
3
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Metode
tauladan
sebagai
metode
yang
digunakan
untuk
merealisasikan tujuan pendidikaan dengan memberi contoh keteladanan yang baik
kepada
peserta
didik
agar
mereka
dapat
berkembang
dan
memahamisemua apa yang telah diajarkan oleh guru, terlebih dalam mendidik akhlaqul karimah. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu, masyarakat dan bangsa. Akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan beragama, bermasyarat dan berbangsa serta bernegara. Akhlak merupakan proses esensi ajaran islam disamping aqidah dan syariah. Karena dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa seseorang untuk memiliki hakekat kemanusiaan yang tinggi. Pada pendidikan islam pada umumnya memiliki pandangan yang sama, konsep pendidikan Islam mencangkup pendidikan: (1) keagamaan, (2) akidah dan amaliah, ( akhlak dan budi pekerti ) dan (3) jasmani dan kesehatan. Pada dasarnya konsep pendidikan islam niscaya mencakup empat bagian, sebagaimana yang dikutip oleh Moh Roqib: (1) Setiap proses perubahan untuk memperoleh kemajuan dan perkembangan berdasarksan pada ruh ajaran islam, (2) Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal (intelektual), mental, perasaan (emosi) dan rohani (spiritual), (3) keseimbangan antara jasmani-rohani, keimanan-ketaqwaan,
4
pikir-dzikir, ilmiah-alamiah, material-spiritual, individualsosial, dunia-akhirat dan (4) Realisasi dwi fungsi manusia.6 Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga. Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, supaya mampu menjalani tugas-tugas kehidupan, baik secara individual maupun sosial.7 Pada umumnya orang beranggapan bahwa orang yang berhasil di sekolah adalah orang yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi. Pandangan lama mempercayai bahwa 8tingkat kecerdasan intelektual (IQ) merupakan faktor yang sangat menentukan dalam mencapai prestasi belajar atau dalam meraih kesuksesan dalam hidup. Akan tetapi menurut pandangan kontemporer, kesuksesan hidup seseorang tidak hanya ditentukan kecerdasan intelektual (Inteligence Quotient-IQ) melainkan juga oleh Kecerdasan Emosional (Emotional intelligence–EQ atau Emotional Quotient). Daniel
Goleman,
seorang
psikolog
dari
Harvat
University,
melaporkan hasil penelitiannya pada tahun 1995. Dalam temuannya, tingkat intelegensi yang tinggi tidak menjamin gengsi, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kesuksesan hidup. Ada kecerdasan lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan intelektual (IQ) sedikit saja kaitannya dengan kehidupan emosional. Inilah argument epistimologis
6
Moh Roqib, Menggugah Fungsi Edukasi masjid. (Yogyakarta: Gravindo Litera Media, 2005), hal. 22 7 Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta : PT Bina Ilmu , 2004), hal. 45 8 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ( Jakarta : Rineke Cipta, 2003), hal. 171
5
Goleman untuk menggeser paradigma intelligence quotient (IQ) kearah emotional intelligence (EQ).9 Disiplin ilmu pegetahuan, terutama psikologi, istilah kecerdasan Emosional (Emotional Quotient), merupakan sebuah istilah yang relatif baru. Istilah ini dipopulerkan oleh Daniel dan Goleman berdasarkan hasil penelitian tentang neurolog dan psikolog yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional sama dengan kecerdasan intelektual. Berdasarkan penelitian neurolog dan psikolog tersebut, maka Goleman berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran yaitu, pikiran rasional dan emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh kemampuan emosional (EQ). Alasan peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung, bahwasanya sekolah tersebut merupakan sekolah dalam masa perkembangan yang baik dari segi sarana prasarananya maupun program, pembelajarannya. Sekolah satu – satunya di Kabupaten Tulungagung yang mendapat gelar ADIWIYATA. Banyaknya perilaku penyimpang yang dilakukan remaja pada hakikatnya tak lepas dengan berbagai perkembangan remaja secara fisik, psikis, sosial maupun agamanya. Begitu banyak hal penting yang terdapat pada perkembangan jiwa dan agama baik itu yang terjadi pada anak-anak maupun remaja. Perkembangan jiwa pada remaja mulai bergejolak-gejolak dengan apa yang dialaminya dalam kehidupannya dan pada pergaulannya. Apabila 9
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: ARRUZZ MEDIA, 2010), hal. 155-156
6
perkembangan jiwa remaja yang bergejolak itu tidak disertai dengan bekal agama yang ada pada dirinya maka akibatnya akan berbahaya. Karena peran agama dalam perkembangan jiwa pada remaja ini penting maka harus disertai dengan perkembangan agama yang cukup, supaya emosi yang mencuat dari dalam dirinya dapat terkendali dan terkontrol oleh aturan-aturan yang mengikat dirinya sendiri.10 Oleh karena itu, remaja hendaknya dapat menggerakkan emosinya dengan harapan perilaku-perilaku anti sosial dalam masa ini dapat diminimalisir. Hal ini mengingat emosi adalah dorongan untuk bertindak. Selain itu, dalam perilaku individu, emosi mempunyai beberapa peran, diantaranya
adalah
memperkuat
semangat,
melemahkan
semangat,
menghambat dan mengganggu konsentrasi belajar, terganggunya penyesuaian sosial, bahkan suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari.11 Kecerdasan emosi yang merujuk pada kemampuan memotivasi diri sendiri, berusaha menggapai prestasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan untuk berfikir, berempati, dan berdoa. Penting artinya agar siswa dapat mengamalkan ajaran Islam yang diterima dalam proses pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
10
Baharudin dan Mulyono, Psikologi Agama dalam Perspektif Islam, Malang: UIN-Malang Press, 2008, hal. 119-121 11 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, hal. 115
7
Salah satu upaya untuk membantu siswa dalam mengembangkan kecerdasan emosionalnya adalah dengan mengamalkan ajaran Islam dalam bentuk perilaku-perilaku yang baik, mempunyai sopan santun, berbudi pekerti yang baik, dan berperilaku baik. Disinilah akhlak berperan penting dalam perilaku siswa agar menjadi orng yang dewasa, mandiri, tanggung jawab dan akhakul yang baik. Dari uraiaan latar belakang di atas, maka timbul gagasan penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP AKHLAK SISWA DI SMP NEGERI 1 BOYOLANGU TULUNGAGUNG“.
B. Identifikasi Dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan judul di atas dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut: a. Aksi tawuran yang semakin banyak dilakukan oleh siswa.12 b. Kurangnya
pembinaan
dan
penjelasan
tentang
kecerdasan
emosional.13 c. Banyaknya puluhan siswa bolos sekolah dan terjaring razia.14 d. Sopan santun siswa terhadap guru msih sangat kurang.15
12
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/12/10/24/mcdrcu-tawuranpelajar-kapan-berakhir, diakses 19 Jun. 14, pukul 10:15 13 Abudin Nata, Manajemen Penddika, Jakarta: Prenada Media, 2003, hal. 46 14 News.liputan6.com/read/523975/puluhan-siswa-bolos-sekolah-terjaring-razia, diakses 19 Jun. 14, pukul 10:33
8
e. Rendahnya pengalaman siswa terhadap pelajaran agama islam yang berimbas pada akhlak. 2.
Pembatan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas banyak yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini, namun mengingat keterbatasan peneliti dalam hal waktu, tenaga, biaya dan kemampuan akademik maka masalah penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh kecerdasan emosional terhadap akhlak siswa di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung. Adapun yang dimaksud dengan kecerdasan emosional yaitu kemampuan seseorang dalam mengelola dan mengkoordinir perasaan dirinya supaya lebih baik serta kemampuan dalam membina hubungan interaktif sosialnya. Sedangakn yang dimaksud dengan akhlak adalah Sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya, yakni tidak dibuatbuat, dan perbuatan yang dapat di lihat sebenarnya adalah merupakan gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan yang timbul dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a.
Bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung?
15
Ocataly.blogspot.com/2013/09/tata-krama-siswa-terhadap-guru-.htlm, diakses 19 Jun. 14, pukul 10;45
9
b.
Adakah pengaruh kecerdasan emosional dalam mengelola emosi terhadap akhlak siswa di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung?
c.
Adakah pengaruh kecerdasan emosional dalam memotivasi diri sendiri terhadap akhlak siswa di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung?
D.
TUJUAN PENELITIAN Suatu penelitian pasti mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Demikian yang dilakukan penulis, berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung. 2. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional dalam mengelola emosi terhadap akhlak siswa di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung. 3. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional dalam memotivasi diri sendiri terhadap akhlak siswa di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung.
E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
10
1. Hipotesis alternatif (Ha) : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Emotional Quotient (EQ) terhadap akhlak siswa di SMP Negeri 1 Boyolangu. 2.
Hipotesis nihil (Ho) : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Emotional Quotient (EQ) terhadap akhlak siswa di SMP Negeri 1 Boyolangu.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain : 1. Manfaat Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran sehingga dapat diketahui seberapa besar Kecerdasan Emosional yang dimiliki oleh anak didik berpengaruh terhadap akhlak siswa. 2. Manfaat Secara Praktis a) Bagi Siswa Dapat dijadikan sebagai acuan bagi siswa untuk mengetahui untuk memahami konsep-konsep Kecerdasan Emosional, sehingga terwujud akhakul karimah yang baik, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. b) Bagi Pendidik Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi atau bahan masukan bagi guru dalam membimbing tingkah laku (akhlak) siswa. Sehingga akan menjadi manusia yang dewasa dan berakhlak mulia.
11
c) Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah wawasan dan memberikan pengalaman yang sangat penting dan berguna sebagai calon tenaga pendidik. d) Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai kecerdasan emosional terhadap akhlak siswa.
G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1. Ruang Lingkup Ruang lingkup merupakan usaha untuk menguraikan lebih jelas tentang menguraikan lebih jelas tentang permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Berdasarkan judul di atas dapat diidentifikasi permasalahanya sebagai berikut : a. Konsep Kecerdasan Emosional 1) Pengertian Kecerdasaan Emosional. 2) Ciri - ciri Kecerdasan Emosional. 3)
Komponen – komponen Kecerdasan Emosional.
4)
Faktor – faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional.
5)
Konsep Kecerdasan Emosional dalam Perspektif Islam.
6) Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Akhlak siswa.
12
b. Konsep Akhlak Siswa 1) Pengertian Akhlak 2) Tujuan Akhlak 3) Peranan pendidikan Akhlak 2. Keterbatasan Masalah Batasan masalah adalah untuk menyederhanakan masalah agar pembahasannya tidak keluar dari kerangka penelitian yang telah ditetapkan. Batasan masalah dalam kecerdasaan emosional, terdapat lima komponen yaitu Mengenali emosi diri, Mengelola emosi, Memotivasi diri, Mengenali emosi orang lain. Membina hubungan. Adapun dalam Akhlak siswa yang digunakan adalah angket. Sehingga penulis menekankan pada penelitian kecerdasan emosional terhadap akhlak siswa di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung.
H. Penegasan Istilah Untuk lebih memperjelas dan memberi kemudahan dalam pembahasan serta untuk menghindari kesalahfahaman maksud dari skripsi ini, maka peneliti perlu memperjelas istilah yang penting dalam judul skripsi ini secara konseptual dan operasional, adapun istilah tersebut adalah sebagai berikut :
13
1. Penegasan Konseptual a. Pengaruh Pengaruh adalah daya yang ada dari sesuatu (orang, benda, dan lain sebagainya), yang ikut membentuk watak ,kepercayaan atau perbuatan seseorang.16 b. Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional adalah suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjusment (penyesuaian diri dalam) lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.17 Kecerdasan
Emosional
adalah
kemampuan
untuk
mengenali,
mengekspresikan, dan mengelola emosi, baik emosi dirinya sendiri maupun emosi orang lain, dengan tindakan konstruktif, yang mempromosikan kerja sama sebagai tim yang mengacu pada produktivitas dan bukan pada konflik.18 c. Siswa Siswa adalah murid ( terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah).
16
Departemen Agama dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 747 17 Uswah Wardiana, Psikologi Umum, (Jakrta:PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 165 18 http://zulasri.wordpress.com pentingnya-pendidikan-kecerdasan-emosional/ diakses tanggal 15 Februari 2014
14
d. Akhlak Akhlak adalah “budi pekerti , kelakuan”.19 Akhlak (moral) adalah,” sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa”.20 2. Penegasan Operasional Secara operasional penelitian ini meneliti tingkat kecerdasan emosional
terhadap
akhlak
siswa
di
SMPN
1
BOYOLANGU
TULUNGAGUNG. Secara operasional yang dimaksud dengan Pengaruh Kecerdasan Emosional adalah pengaruh kecerdasan yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun orang lain yang di teliti atau di lacak melalui angket sehingga memiliki nilai-nilai tertentu. Sedangkan akhlak juga akan diukur dengan angket juga, yang kemudian dianalisis secara regresi sederhana dalam hal ini peneliti yang di ukur dengan Metode kuantitaif sehingga apabila hasil hitungan regresinnya lebih tinggi dari tolak ukur pada tabel maka lebih signifikan. Dari dua macam nilai itu yang sudah di analisis secara statistik untuk diketahui ada tidaknya pengaruh variabel X (Kecerdasan Emosional) terhadap variabel Y (Akhlak Siswa).
19
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Cetakan Ketiga ), ( Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal.17. 20 Ali Abdul halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hal. 3839
15
I.
Sistematika Skripsi Untuk mempermudah dalam memahami proposal ini, sehingga akan diubah dan dikembangkan menjadi skripsi yang baik dan sistematis maka peneliti membagi beberapa bab dan sub-bab sebagai berikut : Bagian awal, terdiri dari : Halaman sampul depan, halamam judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto ( jika ada ), persembahan ( jika ada ), kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar lampiran, abstrak. Bagian utama / inti, terdiri dari : BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, BAB V dengan penjelasan sebagai berikut : BAB I
Merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesa penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional dan sistematika skripsi. BAB II merupakan landasan teori penelitian yang membahas tentang kecerdasan emosinal, akhlak siswa, kajian penelitian terdahulu dan kerangka berpikir penelitian. BAB III
Merupakan metode penelitian yang membahas tentang
rancangan penelitian, sunber data, variabel, dan skala pengukuran, teknik pengumpulan data, serta analisiis data.
16
BAB IV Merupakan hasil laporan penelitian yang berisa tentang deskripsi data untuk masing-masing variabel. Pengujian serta pembahasan hasil penelitian. BAB V
Merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan saran-
saran. Bagian akhir dari skripsi memuat daftar rujukan, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.