1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1. Permasalahan Sepak bola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 (sebelas) orang. Jika seseorang berpikir tentang sepakbola di Indonesia, bayangan yang mungkin akan tertuju tidak hanya pada 11 pemain danpara official di lapangan saja, tetapi juga sebagai relasi politik untuk mencapai kekuasaan. Sepakbola yang hanya digunakan untuk mencapai kekuasaan dan terkesan menghilangkan nilai-nilai asli tentang permainan itu sendiri akhirnya berdampak pada penurunan prestasi tim nasional sepakbola Indonesia. Sepak bola Indonesia dijadikan alat politik oleh Ir. Soeratin dan kawankawan sebagai kaum terpelajar yang menjalankan politik etis menggemakan ideide nasionalisme untuk menggugah para perintis kemerdekaan akan pentingnya olahraga pada periode 1930-an (Palupi, 2004:88). Mereka menyadari bahwa olahraga tidak saja dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk membentuk fisik dan mental tetapi juga sebagai alat perjuangan bangsa terutama dalam memupuk rasa kebangsaan. Sepak bola merupakan salah satu alat politik dan usaha perjuangan kearah kemerdekaan di Indonesia pada masa lalu (Palupi, 2004:vi), tetapi kepentingan
2
politik tersebut harus memenuhi nilai-nilai etik agar mampu tercapai kemajuan sepak bola nasional sekarang ini dan bukan politik kotor yang hanya memakai sepak bola sebagai instrument agar meraih sesuatu yang diinginkan. Sepak bola yang digunakan untuk mencapai kekuasaan dan terkesan menghilangkan nilainilai asli tentang permainan itu sendiri akhirnya berdampak pada penurunan prestasi tim nasional sepak bola Indonesia. .Sepak bola sebagai alat politik yang diharapkan seperti puluhan tahun lalu ternyata berbanding terbalik pada saat ini. Politisasi sepak bola hanya menjadi sebuah masalah dalam sepak bola di negeri ini dan berdampak pada penurunan prestasi tim nasional dan jatidiri bangsa. Sepakbola yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tercantum pada pasal tiga ayat 1 dan 2 statuta PSSI 2011 telah banyak menemui penyimpangan.Permasalahan penunggakan gaji yang berdampak pada beberapa pemain akhirnya jatuh sakit kemudianmeninggal dunia karena kesulitan
hidup,
korupsi,
dan
lain-lain merupakan
salah satu
bentuk
penyelewengan kedua pasal tersebut. Pasal lima statuta PSSI tentang netralitas dari intervensi politik ternyata tidak berjalan dengan semestinya. Intervensi politik sangat besar terjadi dalam tubuh PSSI memunculkan banyaknya mafia politik dan berdampakpada masalah-masalah seperti verifikasi liga yang tidak jelas, pelatihan yang tidak masif, dan lainnya. Sementara itu penyimpangan juga terlihat dalam pasal 19 ayat 3 statuta PSSI 2011 mengenai badan hukum atau kelompok yang tidak boleh mempunyai lebih dari satu klub sepakbola (PSSI, 2011). Badan hukum atau induk perusahaan faktanya mempunyai lebih dari dua bahkan tiga klub sepakbola dalam sebuah kompetisi yang menyebabkan integritas suatu
3
pertandingan sepakbola diragukan.Penyelewengan dana timnas U-19 yang dilakukan PSSI semakin memperburuk citra persepakbolaan di Indonesia. Salah satu media pernah memberitakan ada beberapa pemain yang masih belum dibayarkan gajinya oleh klub tempat pemain tersebut (detiksport.com, 2014). Pemain-pemain tersebut antara lain: 1.
Eugene Dadi (Persibo Bojonegoro).
2.
Robbie Gaspar (Persema Malang).
3.
Steven Hesketh (Arema Cronous).
4.
Josh Maguire (Bontang FC).
5.
Satoshi Otomo (Persela Lamongan).
6.
Kenji Adachihara (Bontang FC).
7.
Yuichi Sibakoya (Persiwa Wamena).
8.
Steven Pantalidis (Medan Bintang FC).
9.
Emile Linkers (PSIM Jogja).
10.
Lorenzo Rimkus (PSIM Jogja).
11.
Jhony van Beukering (Pelita Jaya FC).
12.
Kristian Adelmund (PSIM Jogja).
13.
Masahiro Fukasawa (Bontang FC).
4
14.
Yusuke Sasa (Persikad depok).
Permasalahan sepak bola nasional juga dapat dilihat dari kutipan media detik.com dan salah satunya yaitu permasalahan pemungutan biaya dalam seleksi timnas U-19: “BANDUNG - Pelatih Timnas Indonesia U-19 Indra Sjafri, mengancam menolak proses seleksi pemain Timnas U-19 asal Jawa Barat (Jabar). Ini merupakan buntut adanya pungutan atau uang pendaftaran kepada pemain seleksi, yang digelar di kota dan kabupaten Jabar. Itu diungkapkan Indra saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (17/12/2013), terkait adanya biaya pendaftaran sebesar Rp 200 ribu oleh pihak PSSI Jabar, terhadap setiap pemain yang diseleksi. Indra sangat tidak setuju dengan adanya biaya pendaftaran untuk seleksi pemain U-19 di Jabar.Menurutnya, seleksi pemain Timnas U-19 merupakan hak setiap warga Indonesia tanpa terkecuali. Indra tidak membantah sudah diberitahu terkait proses seleksi yang digelar PSSI Jabar. "Konfirmasi seleksi itu sudah ada ke saya, tapi enggak ada yang bayar, karena seleksi itu hak semua pemain. Saya sangat tidak setuju kalau dipungut biaya. Saya enggak akan datang di seleksi itu. Kalau murni tanpa bayar saya mau, kasihan pemainnya kalau harus bayar," papar Indra. Indra sangat mengharapkan konsentrasi semua pihak tidak terpecah dengan adanya isu ini.Sebab, saat ini pasukannya sudah matang terbentuk. Dalam kurun dua tahun ke depan, ia akan berkonsentrasi penuh mengelola Timnas U-19. "Kalau mau bicara U-19 sekarang sudah telat, paling dua tahun ke depan lagi baru ada," katanya. PSSI Jabar sedang menyeleksi 300 pemain menuju Timnas U-19 yang digelar pada 14-22 Desember 2013. Jumlah tersebut akan mengerucut menjadi 30 pemain, dan selanjutnya akan dipantau langsung oleh Indra. Pihak PSSI Jabar mengakui bahwa dalam proses seleksi pemain Timnas U-19, pihaknya memberlakukan biaya pendaftaran.
5
Wakil Ketua Bidang IV Papat Yunisal mengatakan, sebagai penyelenggara seleksi U-19, biaya pendaftaran itu bukanlah pungutan, melainkan untuk biaya yang sepenuhnya akan diberikan untuk pemain sendiri. "Uang itu digunakan misalnya untuk kaus tim seleksi yang khusus untuk seleksi timnas, piagam penghargaan, dan lain-lain," tutur Papat. (Detik.com, 2013). Penyimpangan yang terjadi di pasal 19 ayat 3 statuta PSSI seperti dijelaskan sebelumnya tentang badan hukum yang tidak bisa memiliki klub lebih dari satu karena akan menyebabkan integritas suatu pertandingan diragukan ternyata ditemukan pada klub peserta ISL 2014 saat ini. Salah satu contohnya adalah klub Arema Cronous, Persebaya Surabaya, Pelita Bandung Raya yang dimiliki oleh kelompok usaha Bakrie yang sebenarnya berafiliasi ke dalam partai peserta pemilu tertentu sehingga rawan politisasi dalam sepak bola yang tidak sehat dan sebagai sarana penggiringan publik karena sepak bola merupakan alat yang paling menarik dalam berkampanye. Statuta PSSI pasal 68 ayat 2 tentang sanksi disiplin sebenarnya secara jelas tertulis bahwa badan hukum atau dalam hal ini klub yang tergabung dalam PSSI harus sudah dikenai sanksi berupa denda, skorsing, bahkan pengembalian apabila mempunyai masalah dalam kondisi internal klub tersebut seperti penunggakan gaji, tidak fair play, dan lain sebagainya, namun kekurang-tegasan PSSI terhadap klub-klub tersebut menjadikan kompetisi akhirnya rawan akan kecurangan. Hal tersebut akan terus terulang secara terus menerus jika tidak ada antisipasi sejak dini yang dilakukan PSSI dalam hal ini induk organisasi sepak bola tertinggi di Indonesia.
6
Palupi (2004:vi) pernah berkata dalam bukunya bahwa korupsi, drug¸ kerusuhan, masalah wasit, dan ketidakberesan pengelolanya adalah sesuatu yang sehari-hari kita dengar. Semua permasalahan diatas jelas berdampak pada penurunan prestasi tim nasional sepak bola Indonesia pada saat ini Banyaknya permasalahan yang terjadi dalam tubuh persepakbolaan nasional, penulis mendapatkan sebuah kegelisahan dan akhirnya ingin mencoba mengkaji permasalahan tersebut dari kacamata ilmiah.Salah satu kajian dalam bidang filsafat yaitu etika oleh penulis dirasa sanggup memberikan sedikit tanggapan dan solusi dari keterpurukan sepak bola yang ada di Indonesia saat ini khususnya kajian tentang behaviorisme dalam etika dari tokoh B.F. Skinner. Penulis menganggap bahwa behaviorisme sebagai salah satu kajian dari etika sangat penting diteliti untuk dijadikan sebuah laporan penelitian, karena kajian Skinner tentang konsep pengkondisian operan akan mampu membawa bagaimana perubahan perilaku yang mempunyai efek bagi lingkungan dalam hal ini kondisi persepakbolaan nasional sebagai objek materi yang ingin diteliti oleh penulis. Selain itu, kajian tentang bagaimana agensi pengendali etik dari kelompok atau individu terutama melalui kekuasaannya untuk menguatkan atau menghukum akan mampu memanipulasi sejumlah variable tertentu (Skinner, 2013:511). Kajian tersebut akan dibahas untuk memperoleh suatu formulasi tentang bagaimana peran agensi etis seperti Negara, departemen terkait, bahkan intelektual dalam memperbaiki persepakbolaan di tanah air. Tentu saja penulis akan melihat konsepsi tentang individu maupun kelompok yang berperilaku di
7
bidang ini sebelum menganalisis dan menelaah secara komprehensif bagaimana selanjutnya agensi etis tersebut akan bermain didalamnya. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana konsep behaviorisme dalam etika Burrus Frederich Skinner? b. Apa permasalahan dalam perkembangan PSSI? c. Apaperanan behaviorisme dalam etika Burrus Frederich Skinner dalam penyelesaian masalah yang ada didalam persepakbolaan Indonesia saat ini? 3. Keaslian Penelitian. Peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian yang berkaitan dengan pemikiran Burrus Frederic Skinner dan Sepak Bola. Penelusuran penelitian yang terkait dengan pemikiran Skinner dan sepak bola antara lain: a. Widi Aristanto, 2006,Praktik Rasisme dalam Sepak Bola Eropa (tinjauan filsafat manusia, Fakultas Filsafat UGM. Tulisan tersebut memaparkan tentang upaya menyelidiki dan menganalisis praktek rasisme yang terjadi dalam sepak bola Eropa kemudian melakukan refleksi terhadap praktek rasisme tersebut menggunakan tinjauan filsafat manusia. b. Apriginta Purba, 2011, Pengaruh Kapitalisme Global dalam Industri Sepak Bola, Fakultas Filsafat UGM.
8
Tulisan ini membahas tentang bagaimana nilai-nilai kapitaliskme global untuk berkembang. Nilai-nilai tersebut berupa ekspansi ke berbagai penjuru dunia, praktek penjualan saham klub sepak
bola
kepada
pihak
yang
ingin
menanam
saham,
pembentukan perusahaan multinasional di bidang olahraga sepak bola, serta penggunaan media massa sebagai fasilitas penjualan komoditas dan promosi yang mempengaruhi konsumen penikmat sepak bola. c. M. Tamamul Iman, 2012, Dimensi Etis dalam pertandingan sepak bola, Fakultas Filsafat UGM. Tulisan ini memaparkan tentang bagaimana pertandingan sepak bola saat ini telah memberikan sebuah gambaran baru bagi masyarakat dunia, karena pertandingan sepak bola ditampilkan sebagai olah raga yang multikultur, penuh dengan ajaran-ajaran moral dan kemanusiaan. d. Epsi Euriga, 2012, Pengujian Prospect TheoryDampak Hasil Pertandingan Sepak Bola Sea Games Terhadap Return Saham Di Indonesia Tahun 1997-2011, S2 Manajemen UGM. Tulisan
ini
membahas
tentang
bagaimana
hasil
pertandingan olahraga mampunyai dampak yang kuat terhadap mood.Penelitian ini mengginvestigasi dampak hasil sepak bola Sea Games terhadap pasar saham Indonesia.
9
e. Guntur Cahyo Utomo, 2013, Agresivitas pemain sepakbola: Studi Fenomenologi Tentang Kekerasan Pemain Sepak Bola Tingkat Universitas, Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Manajemen UGM. Tulisan ini membahas tentang kasus-kasus kekerasan sepakbola di Indonesia yang berada dalam kondisi yang memprihatinkan.Penelitian ini mengungkap makna dari agresivitas yang dilakukan oleh para pemain. Dari berbagai penelitian tentang Sepakbola dan Behaviorisme Etika yang telah disebutkan diatas, peneliti belum menemukan tulisan maupun laporan penelitian yang mengkaji tentang Kemajuan Sepak Bola Indonesia dikaji menurut Behaviorisme dalam Etika B.F. Skinner sebagai objek material dan objek formal.
4. Manfaat yang Diharapkan. Penelitian ini diharapkan memberikan faedah yang baik secara langsung maupun tidak langsung. Faedah yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi ilmu pengetahuan penelitian ini dapat memperkaya literatur serta pengetahuan secara umum sehingga dapat berguna bagi penelitian selanjutnya.
10
b. Bagi
Filsafat,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
sumbanganpemikiran terhadap studi perkembangan sepak bola secara umum dansecara khusus bagi Behaviorisme dalam Etika. c. Bagi Bangsa dan Negara. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam kaitannya terhadap tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara. B. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan behaviorisme dalam etika B.F. Skinner. 2. Menjelaskan bagaimana berdirinya PSSI dan keadaan PSSI saat ini. 3. Menjelaskan
pemikiran
Skinner
sebagai
pisau
analisis
dalam
menyelesaikan masalah di tubuh persepakbolaan Indonesia.
C. Tinjauan Pustaka Sepakbola adalah permainan beregu, yang setiap regu terdiri dari sebelas orang pemain salah satunya adalah penjaga gawang, permainan seluruhnya menggunakan kaki kecuali penjaga gawang boleh menggunakan tangan di daerah hukumannya (Sucipto, 2000:7). Permainan sepak bola merupakan permainan kelompok yang melibatkan banyak unsur, seperti fisik, teknik, taktik, dan mental (Herwin, 2006 : 78). Menurut Shalimow (2011: 47), asal-muasal sepak bola dibawa oleh para pedagang dari negeri tiongkok sekitar abad ke-7 masehi dan mulai masuk wilayah
11
Nusantara khususnya di wilayah kerajaan sriwijaya. Masyarakat Cina abad kedua sampai dengan ke-3 SM sudah mengenal permainan olahraga sejenis sepak bola yang dikenal dengan sebutan “Tsu-Chu”.Ada pula yang menyebutkan bahwa sepak bola dibawa masuk ke Indonesia oleh para pedagang dari negeri Belanda sekitar tahun 1602 M, sehingga lahirlah sepak bola dari perkembangan aktivitas dagang orang Belanda di Indonesia. Pendapat lain mengatakan bahwa penelusuran sepak bola bisa dijelaskan melalui peranan kolonialisasi yang dilakukan oleh bangsa Eropa, terutama Belanda dan Inggris. Sejak Belanda masuk di abad 15, maka persilangan budaya cukup cepat dan pada dasawarsa pertama abad ke-19 pengaruh Belanda semakin cepat.Pengaruh dan persilangan budaya tersebut yang menjadi titik awal masuknya sepakbola di Indonesia (Aji, 2010:50).Interaksi perdagangan, instansi pemerintah, bahkan interaksi non-formal yang semakin dimungkinkan sebagai salah satu factor penyebaran olah raga khususnya sepak bola di negeri ini. Sepak bola Indonesia dijadikan alat politik oleh Ir. Soeratin dan kawankawan sebagai kaum terpelajar yang menjalankan politik etis menggemakan ideide nasionalisme untuk menggugah para perintis kemerdekaan akan pentingnya olahraga pada periode 1930-an (Palupi, 2004:88). Mereka menyadari bahwa olahraga tidak saja dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk membentuk fisik dan mental tetapi juga sebagai alat perjuangan bangsa terutama dalam memupuk rasa kebangsaan. Beberapa tahun sebelumnya tepatnya pada tahun 1902-1922, Haji Muhammad Zein mendirikan klub local Indonesia yang bernama “PatjarKeling” sebagai gerakan olah raga dan menentang penjajahan (PSSI,
12
1987:16).Sepak bola berarti mampu menjadi suatu alat politik untuk membangun sebuah bangsa yang besar, keyakinan etis masyarakat, dan melawan penjajahan dengan prestasi di bidang tersebut. Sepak bola Indonesia mengalami perkembangan pada periode tahun 1980an. Lahirnya Galatama sebagai program jangka panjang PSSI dipersiapkan agar klub-klub yang ada di Indonesia mampu berprestasi lebih dengan kompetisi yang lebih profesional karena sudah tidak menggunakan dana APBD. Galatama juga merupakan tonggak kebangkitan sepak bola Indonesia saat itu. Hasil dari kompetisi yang lebih profesional dan pemain yang lebih baik menjadikan tim nasional Indonesia lebih berprestasi di tingkat Internasional dengan memperoleh juara piala kemerdekaan III (PSSI, 1987:46). Menganalisis tentang persepakbolaan nasional dari kacamata berpikir Skinner, ada baiknya melihat dahulu bagaimana realitas yang terdapat dalam sepak bola di Indonesia pada saat ini dan mengetahui sejarah persepakbolaan nasional. Pertama-tama, apa yang terjadi dengan kondisi persepakbolaan nasional saat ini. Kedua latar belakang sejarah sepak bola di Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa dan untuk melawan penjajahan.Ketiga adalah budaya masyarakat Indonesia secara komunal.Hal ini penting karena pemikiran Skinner menekankan pada perancangan perilaku individu maupun kelompok yang terlibat dalam persepakbolaan nasional agar dapat menghasilkan sebuah kondisi etik yang diinginkan.
13
Pembahasan mengenai sepak bola dunia harus dibuka dengan pengakuan adanya daya tarik global.Daya tarik sepak bola meluas dari budaya tertentu di Eropa, Amerika Selatan ke khalayak Australia, Afrika, Asia, bahkan Amerika Serikat (Aji, 2010:49). Setelah melihat sejarah masuknya sepakbola di Indonesia, penulis akan menjabarkan tentang bagaimana kondisi persepakbolaan nasional pada saat ini. Statuta PSSI 2011 akan menjadi rujukan hukum sebagai gambaran penyesuaian kondisi sepak bola Indonesia sekarang ini. (PSSI, 2011) dalam statutanya mempunyai kedudukan strategis dalam mendukung pembangunan organisasi yang mandiri sebagai bagian dari upaya memajukan organisasi PSSI yang profesional dan modern sebagaimana diamanahkan oleh FIFA. Oleh karena itu, keputusan PSSI bersifat strategis dan jika ada sebuah penyimpangan dari statute akan berdampak fatal bagi persepakbolaan di Indonesia. D. Landasan Teori. Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani “ethos” dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: adat kebiasaan. Arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani basar bernama Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral (Bertens, 1993:4).
14
Etika merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji masalah kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai moral bagi perilaku.Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan seseorang. Kebutuhan akan refleksi itu akan dirasakan, antara lain karena pendapat etis orang tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Behaviorisme merupakan sebuah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme - termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku.Behaviorisme mempunyai inti bahwa sebuah rangsangan pada situasi tertentu dapat dikembangkan sebagai kerangka teoritis perilaku manusia (Suseno, 2000:130). Behaviorisme mempelajari bagaimana perilaku belajar dari sebuah kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dengan cara merekayasa perilaku dan lingkungan sosial.Lingkungan manusia harus direkayasa sedemikian rupa sehingga perilaku manusia yang diharapkan diperkuat secara positif
dan
yang
tidak
diharapkan diperkuat
secara
negatif
(Suseno,
2000:134).Dengan kata lain, penguatan positif dan negatif tersebut diharapkan akan menjadikan pelaku individu dan lingkungan sosial mampu melihat mana yang baik dan mana yang buruk dan diprkuat terus-menerus menjadi sebuah kebiasaan. Behaviorisme mempunyai relevansi dengan etika sebagai pemilah antara tindakan yang baik dan yang buruk serta kebiasaan-kebiasaan perilaku yang akan dianut oleh individu maupun kelompok tesebut. Etika juga merupakan
15
sistem nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat dan sangat mempengaruhi tingkah lakunya.Kumpulan asas yang atau nilai moral dan yang dimaksud disini adalah kode etik (Bertens, 1993:6).
E. METODE PENELITIAN 1. Bahan Penelitian dan Materi Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan metode pengambilan data melalui berbagai sumber tertulis seperti bukubuku, jurnal, dan, literatur yang berkaitan dengan objek material dan objek formalnya. a. Sumber Pustaka Primer 1. Sumber objek material yaitu: a. Buku karya Sri Agustina Palupi yang berjudul POLITIK DAN SEPAK BOLA di Jawa (1920-1942), 2004, Penerbit Ombak, Yogyakarta. b. Buku karya R.N. Bayu Aji yang berjudul TIONG HOA: Surabaya dalam sepak bola (1915-1942),2010, Penerbit Ombak, Yogyakarta. c. PSSI (LAPORAN EMPAT TAHUNAN PERIODE 19831984) 1987’. d. Statuta PSSI 2011. 2. Sumber objek formal yaitu:
16
a. ILMU PENGETAHUAN DAN PERILAKU MANUSIA, B.F Skinner, 2013, Pustaka Pelajar. b. ETIKA, K. Bertens, 1993, Gramedia Pustaka Utama. b. Sumber pustaka sekunder. Bahan sekunder yang digunakan adalah buku dan website yang berkaitan dengan sepak bola di Indonesia, behaviorisme Burrus Frederich Skinner, dan etika. Sumber objek formal antara lain:Theories of Personality(2008), karya Jess Feist dan Gregory Feist; 12 Tokoh Etika Abad ke-20 (2000), karya Frans Magnis-Suseno; Etika(1993), karya K. Bertens. Sumber objek material antara lain: National Identity and Global Sports Events(1996), karya Christopher Young dan Alan Tomlison; Sepak bola (2000), karya Sucipto.
2. Jalannya penelitian Penelitian ini melewati tiga tahap utama yaitu: a. Pengumpulan data, yaitu menelaah bahan kepustakaan yang berkaitan dengan tema yang membahas baik tentang persepakbolaan nasional maaupun pemikiran dari B.F Skinner. b. Pengolahan data: setelah mencerna dan memahami berbagai referensi kepustakaan tersebut, berbagai bahan itu kemudian dioalah, disistematisasi
17
untuk mendapatkan analisis tentang persepakbolaan nasional yang dikaji dari pemikiran behaviorisme Skinner. c. Penulisan; merupakan tahap terakhir dari jalannya penelitian ini yakni proses dan hasil-hasil analisis dituangkan dalam tulisan yang sistematis.
c. Analisis Data. Proses analisis data dilakukan untuk mewujudkan konstruksi teoritis, yaitu menemukan pola sistematis pandangan filosofis dari filsuf yang merupakan objek material penelitian filsafat (Kaelan, 2005: 171). Metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu (Kaelan, 2005: 171-175); 1. Interpretasi. : menelaah data yang diperoleh dan berusaha mengungkap maknanya. Data tersebut diinterpretasikan untuk mengartikan arti yang tersirat. 2. Verstehen: metode verstehen digunakan pada tahap pengumpulan data. Data yang dikumpulkan berdasarkan karakteristik masing-masing. 3. Deskripsi : menguraikan seluruh materi yang didapat dengan lengkap dan sistematis. 4. Metode hermeneutika: untuk menangkap makna esensial sesuai dengan konteksnya. Tingkat penangkapan makna esensial dilakukan pada waktu proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul peneliti melakukan analisis data dengan melakukan penafsiran terhadap data, sehingga esensi
18
makna dapat ditangkap dan dipahami sesuai dengan konteks waktu sekarang.
F. Hasil yang telah Dicapai. Penelitian tentang kemajuan sepak bola nasional saat ini menurut Behaviorisme dalam etika Burrus Frederic Skinner ini dapat dihasilkan: 1. Pemahaman tentang sepak bola di Indonesia. 2. Pemahaman tentang Behaviorisme dalam etika Burrus Frederich Skinner. 3. Pemahaman tentang Behaviorisme dalam etika Burrus Frederic Skinner dalam mengkaji peningkatan dalam persepakbolaan Indonesia. G. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini dideskripsikan dengan bahasa tulis. Deskripsi penelitian ini diuraikan dalam lima bab, yaitu bab pertama pendahuluan, bab tentang Behaviorisme dalam etika Skinner, bab tentang persepakbolaan nasional, bab tentang analisis kajian Behaviorisme Skinner terhadap kemajuan sepak bola nasional, serta bab penutup. Bab
pertama,
memuat
pendahuluan
yang
berisi
latar
belakang
dilakukannya penelitian ini, rumusan masalah yang hendak dijawab, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian yang digunakan, hasil yang akandicapai, dan sistematika penulisan.
19
Bab kedua akan membahas tentang objek formal yaitu pemikiran Burrus Frederic Skinner, mendeskripsikan tentang pengertian etika, teori-teori etika, dan Behaviorisme dalam Etika Burrus Frederic Skinner Bab ketiga, memuat tentang pembahasan objek material terkait yaitu organisasi, anggaran rumah tangga dalam statuta, pembibitan, pembinaan, dan prestasi. Bab keempat akan membahas bagaimana analisis kondisi operan, agensi etis sebagai instrumen perilaku operan dan hasil yang di dapat dari analisis tersebut pengkaji bagaimana sepakbola nasional kedepan akan diarahkan. Bab terakhir, merupakan bagian penutup dari seluruh rangkaian penelitian ini yang memuat kesimpulan sebagai refleksi pemikiran dari hasil penelitian, dan saran dalam karya tulis ini.