BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah. Suasana pembangunan yang lebih terfokus di bidang ekonomi ditambah dengan era globalisasi dewasa ini telah membawa pengaruh yang tidak lagi bisa dibendung. Seperti menikmati gaya hidup global, telah memacu semua orang untuk bekerja tak kenal
batas waktu. Kondisi demikian ini telah mengubah tatanan
kehidupan keluarga termasuk memunculkan penampilan ibu yang berbeda dalam peran dan fungsinya selaku penyelenggara rumah tangga dan pendidik bagi anakanaknya. Adapun pemunculan ibu dalam kegiatan (bekerja) di luar rumah
yang
mewarnai kehidupan keluarga di perkotaan, menimbulkan pertanyaan tentang hasil yang bisa diperoleh dari pendidikan anak. Pertanyaan ini menjadi terasa lebih bermakna karena ayah tak juga menjadi surut dari kegiatannya di luar rumah, bahkan cenderung meningkat seiring dengan tuntutan kehidupan, padahal kehadiran keduanya sangat
diperlukan
oleh
anak-anaknya,
tak
peduli
berapapun
umurnya
(http://elearn.bpplsp-reg5.go.id/cetak.php?id=24 diakses tanggal 07/06/09 pukul 09.35 Wib). Kaitannya dengan itu, siapa yang layak ditunjuk dan diserahi tanggung jawab sebagai ‘keluarga pengganti’ mengandung makna bukan mengambil alih atau menghilangkan tanggung jawab dan fungsi keluarga sepenuhnya, melainkan hanya mengganti untuk sementara waktu selama orang tua berhalangan dalam memberikan pendidikan sehingga anak terhindar dari stagnasi proses tumbuh kembang. Fenomena ini tentunya perlu disikapi sungguh-sungguh sejak sekarang, karena tidak mudah memperoleh keluarga pengganti untuk membantu ibu menjaga anaknya, seperti yang
Universitas Sumatera Utara
banyak dialami
ibu
rumah tangga pada masa dulu sampai sekarang.
Dalam perspektif tersebut, pemahaman mengenai berbagai kebutuhan bagi perkembangan anak, serta pentingnya pemenuhan kebutuhan dasar tersebut dalam meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak, termasuk pemahaman mengenai lembaga yang dapat dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan dasar perkembangan anak, seperti pengasuhan, dan pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas tumbuh kembang
anak
sangatlah
penting
(http/www.pengembangan.anak.go.id/news-
detailphp218-2468 diakses tanggal 07/06/09 pukul 11.15 Wib). Peranan “keluarga pengganti” mengandung makna bukan mengambil alih atau menghilangkan tanggungjawab dan fungsi keluarga sepenuhnya, melainkan hanya mengganti untuk sementara waktu selama orangtua berhalangan dalam memberikan asuhan, dan pendidikan sehingga anak terhindar dari stagnasi proses tumbuh kembang yang pada gilirannya dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak secara umum (Depdiknas, 2003). Keberadaan Taman Penitipan Anak di Indonesia sebenarnya bukan hal yang baru, karena sudah tumbuh sejak zaman Belanda, namun pada saat itu khusus untuk buruh-buruh perkebunan. Sedangkan pemerintah baru merintis penitipan anak sejak tahun 1964 di TPA Kampung Melayu, Jakarta timur dan menyusul TPA Pertiwi yang juga berada di Jakarta (http://elearn.bpplsp-reg5.go.id/cetak.php?id=24 diakses 07/06/09 pukul 16.30 wib). Di Negara lain, seperti Jepang, Penitipan anak sudah ada yang buka sampai malam hari dan bahkan pada hari libur. Sehingga tidak mengherankan apabila kemudian ada yang menjuluki sebagai “baby hotels”. Namun yang menarik pengelola penitipan anak disana sudah dapat menjadi ladang bisnis yang menguntungkan (http://elearn batukota-reg5.go.id/cetak.php?id. diakses 07/06/09 pukul 17.00 wib).
Universitas Sumatera Utara
Di Malaysia, ada sebuah pendidikan anak usia yang dinamakan dengan TASKA (Taman asuhan kanak-kanak) yang diperuntukkan bagi usia 2-6 tahun. Modelnya menyerupai penitipan anak dan kebanyakan beraba dilingkungan pemukiman. Yang menarik adalah bahwa penitipan anak di Malaysia, pengasuhnya mendapatkan pendidikan khusus dari pemerintah dan digaji oleh pemerintah, sehingga standarisasi
model
pendidikannya
juga
dapat
dipertanggung
jawabkan
(http://elearn.wedanjae-reg5.go.id diakses 08/06/09 pukul 17.30 wib). Menurut John Bolby, pada dasarnya
pengasuhan anak yang baik selalu
ditandai dengan adanya ikatan yaitu interaksi yang terjadi antara ibu dan anak dalam rangka pemenuhan kebutuhan anak. ( John Bolby dan Elizabeth B. Hurlock, 1993). Selo Sumardjan mempunyai pandangan yang berbeda dengan John Bolby, dia mengatakan, keluarga jaman sekarang seharusnya menganut model symmetrical family atau keluarga yang seimbang, yang demokratis dimana tanggung jawab pengasuhan anak tidak selalu dibebankan kepada ibunya. Hal ini berarti bahwa ayah juga dapat menggantikan fungsi ibu dalam pengasuhan anak usia dini sehingga masalah keterpisahan antara anak dan orang tua (mis: karena keadaannya bekerja) tidak mengganggu tumbuh kembang anak ( Buletin Padu Edisi 2 ). Walaupun ibu bekerja diluar rumah tentu saja mengharapkan agar anaknya memperoleh kesejahteraan. Hal ini penting, sebab ibu akan berpisah dengan anaknya selama beberapa jam setiap hari kerja. Mulai dari makan, minum ganti pakaian, sampai ke hal yang bersifat edukatif harus bergantung pada sang pengganti ibu. UU No.11 Tahun 2009, Pasal 1 ayat 1, Kesejahteraan sosial ialah suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial setiap warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi
Universitas Sumatera Utara
sosialnya. Karena itu jelas sekali bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai calon generasi penerus perlu mendapatkan perhatian penuh (Depsos, 2003). Sejalan dengan undang-undang tentang kesejahteraan anak dalam UU No 23 Tahun 2002 tercantum hak perlindungan anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlingdungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu inflementasi dari hak ini, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka mengembangkan pribadinya dan tinkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Depdiknas,2002) Dewasa ini populasi anak usia dini sangat besar, jika upaya mendidik anak usia dini berumur antara 0-6 tahun, maka jumlahnya tidak kurang dari 24 juta orang atau 16,6% dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia pada tahun 2005. perkiraan ini berdasarkan pada statistik hasil sensus 2005 yang mencatat jumlah penduduk 0-4 tahun sebanyak 20.302.376 (10,09%) dan usia 5-6 tahun sebanyak 4.098.818 (2,03%). Dari jumlah tersebut, diperkirakan baru sekitar 5-10% yang terjangkau pendidikan anak
usia
dini
dalam
bentuk
kelompok
bermain/penitipan
anak.
(http://www.bevinandaputri.multiply.com/journal/item/6 diakses 09/06-2009) Di Indonesia pelaksanaan pendidikan anak usia dini masih sangat terkesan eksklusif dan baru menjangkau sebagian besar masyarakat meskipun berbagai program pengasuhan dan pendidikan bagi anak usia dini telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun tahun 2005 menunjukkan anak usia 0-6 tahun yang memperoleh
layanan
pengasuhan
dan
pendidikan
masih
rendah
(http://elearn.wedanjae-reg5.go.id diakses 07/06/09 pukul 17.30 wib).
Universitas Sumatera Utara
Dari tahun 2005 terlihat bahwa dari sekitar 24 juta atau 16,6% anak usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan pendidikan usia dini melalui program baru sekitar 4,5 juta anak (2,4%), kontribusi tertinggi melalui Bina Keluarga Balita (9,5%), taman kanak-kanak/Raudhatul
Atfal
(7,6%
),
sedangkan
melalui
penitipan
anak
kontribusinya sangat kecil yaitu sekitar 0,42%. (http://.harian global.com diakses tanggal 09/06/2009). Taman penitipan anak (TPA) merupakan salah satu anternatif tempat layanan pendidikan usia dini bagi ibu rumah tangga yang bekerja dan mempunyai anak usia pra sekolah. Di TPA anak tidak saja dirawat dan di asuh tetapi juga ditanamkan nilainilai hidup sehat, pemberian makanan bergizi, kebiasaan nilai-nilai kesetiakawanan sosial maupun berbagai macam bentuk permainan dan pendidikan. Taman penitipan anak yang juga dikenal dengan “day care center”, di Indonesia pada perkembangannya menggunakan berbagai macam istilah seperti Tempat Penitipan Anak, Sasana Penitipan Anak, Sasana Bina Balita, Panti Penitipan Anak, Penitipan Anak, ini semua menjadi tanggung jawab Mendiknas, sedangkan kesejahteraan anak menjadi tanggungjawab Menteri Sosial. Taman Penitipan Anak juga sebagai salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia dini sejak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun dan anak yang memerlukan pengasuhan dan perlindungan ketika orangtuanya berhalangan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa Taman Penitipan Anak adalah wahana pelayanan pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak atau lembaga yang melengkapi peranan keluarga dalam merawat dan mengasuh anak selama orangtua tidak ada di tempat atau sedang melakukan aktivitasnya. (Depdiknas 2003)
Universitas Sumatera Utara
Taman Penitipan Anak Dharma Asih Medan merupakan TPA yang membantu ibu rumah tangga bekerja dalam pengasuhan anak-anak mereka yang masih berusia balita. TPA Dharma Asih merupakan TPA yang berada dalam naungan Departemen Sosial. TPA ini dilengkapi dengan sarana-sarana bermain bagi anak-anak yang dititipkan, anak tidak saja diperhatikan dalam hal kesehatan, namun dibantu dalam mengembangkan intelektual mental dan sosialnya. Hal ini dilakukan agar ibu bekerja memperoleh ketenangan dalam melaksanakan tugasnya di tempat kerja. Tidak dapat kita pungkiri bahwa peranan pendidik taman penitipan anak merupakan hal pokok yang paling menentukan tumbuh kembang seorang anak, peranan yang dilakukan oleh pengelola Dharma Asih sudah selayaknya menjadi tanggung jawab/ gambaran perilaku yang dilakukan secara aktual dan ditampilkan oleh pengelola Taman Penitipan Anak tersebut Karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik melihat bagaimanakah peranan Taman Penitipan Anak Dharma Asih Medan Dinas sosial Propinsi Sumatera Utara dalam pelayanan sosial anak usia dini melalui para kelompok fungsional. Untuk menjawab
hal tersebut maka penulis
memilih Taman Penitipan Anak Dharma Asih Medan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara sebagai tempat penelitian. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan pokok dari suatu rancangan/usulan penelitian. Perumusan masalah bertujuan agar keseluruhan proses penelitian bisa benar-benar terarah dan fokus pada satu topik penelitian yang jelas. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu: “Bagaimana Peranan Taman Penitipan Anak Dharma Asih Medan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara Dalam Pelayanan Sosial Anak Usia Dini?”
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejauh manakah Peranan yang telah diberikan oleh para kelompok fungsional di TPA Dharma Asih Medan dalam pelayanan sosial anak usia dini yang dititipkan oleh orang tua mereka. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap pengembangan
ilmu
kesejahteraan
sosial
dengan
nyata
dalam
mengembangkan bentuk-bentuk pelayanan sosial, baik dalam lembagalembaga tertentu maupun masyarakat secara luas, khususnya peranan pelayanan sosial yang diberikan oleh para kelompok fungsional terhadap anak usia dini agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas nantinya. 2. Secara teoritis, dapat melatih diri mengembangkan pemahaman atau cara berpikir. Penulis juga menambahkan khasanah pengetahuan penulis mengenai peranan penitipan anak oleh para kelompok fungsional terhadap anak di TPA Dharma Asih dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama belajar di FISIP Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial . 3. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi peningkatan kualitas pelayanan di TPA Dharma Asih dalam memberikan pelayanan terhadap pendidikan anak usia dini, dan dapat menjadi masukan bagi TPA lainnya.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.
BAB III
: METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.
BAB V
: ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.
BAB VI
: PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara