59
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Penyajian Data Penelitian Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis melalui metode wawancara maupun observasi langsung ke lapangan dengan mengumpulkan bukti-bukti yang otentik mengenai strategi produksi program BASECAMP TRANS 7.
4.1.2 Strategi Produksi Program BASECAMP TRANS 7 Untuk membuat sebuah program yang baik, setiap produser program memiliki cara agar program yang ia buat menarik dan dapat bersaing dengan program televisi lainnya. Selain itu dalam merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser profesional akan dihadapkan dengan beberapa hal yang memerlukan pemikiran yang mendalam. Saat melakukan penelitian, penulis menguraikan strategi produksi yang dipakai dalam program BASECAMP TRANS 7.
1.
Materi Produksi Menurut Fred Wibowo (2007:24), bagi seorang produser, materi poduksi dapat
berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan produser BASECAMP TRANS 7. 59
60
Berawal dari pengalaman produser BASECAMP TRANS 7, Yoga Endryanto, saat itu ia menemukan masalah-masalah yang terjadi oleh para pelajar remaja di Indonesia sejak program ini dibuat satu setengah tahun yang lalu. Saat itu tawuran pelajar sedang marak terjadi ditengah masyarakat. Kurangnya disiplin diri juga menjadi fokus masalah yang ia temukan. Selain itu dia juga melihat bahwa saat ini pelajar remaja kurang peduli terhadap negara Indonesia. Salah satu contoh kecil yang ia lihat di lapangan adalah banyak pelajar remaja yang tidak dapat menghafal PANCASILA dan syair lagu Indonesia Raya. Masalah lain yang ia lihat pada pelajar remaja saat ini adalah berkurangnya sikap hormat kepada kedua orang tua mereka. Oleh sebab dan permasalahan itulah tujuan khusus dari pembuatan program BASECAMP ini adalah salah satu upaya kami (TRANS 7) dalam membantu pemerintah untuk mengurangi kenakalan remaja yang saat ini semakin banyak. Selain itu BASECAMP adalah salah satu bentuk kepedulian kami (TRANS 7) terhadap remaja saat ini yang kurang memiliki jiwa cinta terhadap tanah air dan cinta terhadap kedua orang tua. Penulis melihat, dengan apa yang produser lihat, rasakan, serta pengalamannya, menjadikan materi produksi program itu berkualitas dan memiliki visi yang baik. Kemudian, dari riset materi produksi, muncul gagasan atau ide yang kemudian menjadi latar belakang judul dari program ini, yaitu BASECAMP TRANS 7. Kata “BASECAMP” diambil karena kata tersebut yang sering dikatakan oleh remaja saat ini untuk menyebut tempat mereka berkumpul, sehingga diharapkan program BASECAMP TRANS 7 ini menjadi tempat berkumpulnya para remaja yang memiliki karakter yang baik.
61
2.
Sarana Produksi Beberapa sarana penunjang yang dipakai oleh kru dalam proses produksi
BASECAMP TRANS 7 antara lain sebagai berikut : Jenis Peralatan Nama Tipe Kamera AG 450 VTR/VCR Betacam Mikrofon Boom/Shootgun Clip‐on/lavaliere Pencahayaan/lampu Standard Broadlight Spotlight Pita/Tape Mini DV Perlengkapan Tripod Kamera Stand lampu Kabel kamera Kabel lampu Kabel audio
Jumlah 3 1 1 2 2 1 2 50 3 2 3 2 3
Tabel 4.1.2 Sarana Produksi
Sarana-sarana tersebut dipakai pada saat pelakasanaan proses produksi program BASECAMP TRANS 7 yang berlangsung selama lima hari.
62
3.
Organisasi Pelaksanaan Produksi Dalam menjalankan pelaksanaan produksi, program BASECAMP TRANS 7
dikelola oleh beberapa bidang ataupun orang yang bertanggung jawab dalam setiap menjalankan fungsinya masing-masing dan setiap pelaksanaannya dilakukan melalui prosedur yang berlaku di setiap bagiannya. Susunan organisasi yang ada dalam BASECAMP TRANS 7 yaitu sebagai berikut. REPORTER : PEMIMPIN REDAKSI :
Widya Pramudita
Titin Rosmasari CAMERA PERSON:
WAKIL PEM.REDAKSI : PRODUCER :
Micky Peressia
Pracoyo Wiryoutomo Yoga Endryanto EXECUTIVE PRODUCER : M. Gatut Mukti
CAMERA PERSON: Gilang Gumilang
ASSISTANT PRODUCER :
CAMERA PERSON:
Eleonora Ira Aghny Mauludi Raharjo
EDITOR :
EDITOR :
Pandu Prakoso
Ade Boy Hermawan
Gambar 4.1 Organisasi Pelaksanaan Produksi BASECAMP TRANS 7
63
Penulis akan menjelaskan susunan kerja pada setiap bagian yang mempunyai peran dalam program BASECAMP TRANS 7 sebagai berikut. Pemimpin
redaksi
yang
mengepalai
seluruh
bagian
organisasi,
yang
berhubungan langsung dengan wakil pemimpin redaksi, executive producer, produser, dan assistant producer dimana semua keputusan ditentukan langsung olehnya. Wakil pemimpin redaksi dan executive producer berhubungan dengan produser. Produser dibantu dengan assistant producer yang mengatur semua kru yang bertugas di lapangan, yaitu reporter, camera person, dan editor. Dalam program BASECAMP TRANS 7, reporter menjalankan tugas untuk mencari calon peserta sekaligus sebagai bendahara yang memegang keuangan. Camera person bertugas untuk mengambil gambar yang terjadi di lapangan. Yang terakhir editor bertugas untuk menggabungkan semua gambar menjadi satu tayangan penuh yang akan ditayangkan di layar kaca. Produser yang akan menentukan semua gambar yang akan digabungkan oleh editor.
4.
Tahap Pelaksanaan Produksi Menurut Fred Wibowo (2007:39), tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di
televisi yang lazim disebut standart operation procedure (SOP), seperti berikut : a. Pra-produksi b. Produksi c. Pasca produksi Penulis akan menjabarkan tahap pelaksanaan produksi program BASECAMP TRANS 7, dimana penulis terlibat langsung dalam pelaksanaan program BASECAMP TRANS 7 sebagai production assistant. Tahapannya adalah sebagai berikut.
64
a. Tahap Pra Produksi 1. Menentukan tema Setiap episode program BASECAMP ditentukan tema yang telah disepakati seluruh kru melalui meeting pra produksi dimana seluruh kru akan berkumpul untuk merencanakan produksi program. 2. Memilih tempat lokasi shooting Tempat yang dijadikan lokasi shooting adalah pangkalan TNI AU yang sekaligus merupakan tempat para peserta BASECAMP TRANS 7 dididik selama 5 hari. Sebelumnya akan dilakukan kesepakatan antara TNI AU dengan pihak BASECAMP TRANS 7 untuk pelaksanaan program.
3. Mencari Peserta Pencarian peserta dilakukan dengan mendatangi sekolah-sekolah setempat. Setiap sekolah dicari dua orang peserta dengan karakter yang paling kuat dan sesuai dengan tema program. Jumlah peserta enam orang dan diambil dari tiga sekolah yang berbeda.
4. Seleksi Peserta Peserta yang akan mengikuti program BASECAMP TRANS 7 harus melalui seleksi dengan melakukan beberapa tes. Pertama peserta diwajibkan mengisi biodata lengkap seperti data pribadi, data orang tua, data fisik, dan data psikologi. Kedua peserta akan melalui tes psikologi dengan cara menggambar beberapa bentuk pada
65
selembar kertas dimana hasil gambar mereka akan di analisa oleh ahli psikolog untuk mengetahui karakter dari peserta dan kemudian diambil peserta yang memiliki karakter yang kuat. Ketiga peserta akan melalui proses wawancara untuk mengetahui
kesungguhan
serta
kesanggupan
peserta
mengikuti
program
BASECAMP TRANS 7. Kemudian terakhir peserta akan melalui tes kesehatan.
5. Persetujuan Setelah mendapatkan peserta maka akan dilakukan persetujuan antara pihak sekolah dan orang tua peserta bahwa anak tersebut akan mengikuti program BASECAMP TRANS 7 selama lima hari. Proses persetujuan ini sangat penting karena tanpa persetujuan dari pihak sekolah dan orang tua, pihak BASECAMP TRANS 7 tidak akan memaksakan peserta untuk mengikuti program BASECAMP TRANS 7.
Setelah mendapatkan para peserta, maka akan dipilih dua orang peserta yang memiliki karakter yang kuat untuk dijadikan tokoh. Tokoh disini maksudnya adalah peserta yang akan menjadi sorotan pada satu episode BASECAMP TRANS 7.
b. Tahap Produksi Tahap produksi ini dilakukan selama lima hari, dimana selama lima hari tersebut seluruh kru akan menginap dan melakukan pengambilan gambar setiap harinya. Program pembentukan karakter serta pelatihan kepada peserta juga dilakukan pada
66
tahap produksi ini. Penulis akan menjelaskan secara singkat proses pelatihan dan pembentukan karakter yang dilakukan peserta. Selama lima hari berturut-turut, peserta BASECAMP TRANS 7 akan diberikan pelatihan-pelatihan untuk membentuk dan mengubah karakter mereka. Sebelumnya, pihak TNI AU sudah mendapatkan biodata dan karakteristik para peserta yang akan mengikuti program BASECAMP TRANS 7 sehingga pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak tersebut. Pelatihan dilakukan dengan memberikan beberapa materi yang berbeda. Pada hari pertama, peserta akan dijemput dari sekolahnya masing-masing dan langsung menuju pangkalan TNI AU. Setelah sampai,setiap peserta akan diberikan mentor yang akan mengawasi mereka. Mereka diajarkan JIWA KORSA yaitu kekompakan yang bertujuan untuk melatih kerjasama antar peserta. Pada hari kedua hingga keempat , peserta akan diberikan pelatihan semi militer dimana peserta akan terjadi perubahan suasana dalam keseharian mereka dimana mereka nyaman dengan kebisaan lama mereka. Tetapi disini mereka harus bertahan dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang mereka lakukan. Berbagai materi seperti Pelajaran Baris Berbaris diberikan. Setiap peserta yang melakukan kesalahan akan diberikan hukuman. Tindakan tersebut bertujuan untuk melatih rasa bertanggung jawab atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Para pelatih yang memberikan instruksi serta perintah tidak boleh dilanggar oleh peserta. Dengan pelatihan semi militer tersebut mulai terjadi perubahan pada peserta dalam karakter mereka. Hari kelima mereka akan dipertemukan dengan orang tua mereka tanpa sepengetahuan peserta. Lalu pserta akan berjanji untuk mengubah sikap dan perilaku mereka yang buruk untuk menjadi
67
lebih baik di depan pelatih dan orang tua mereka. Kemudian akan dilakukan upacara penyematan slayer sebagai simbolisasi bahwa mereka telah melakukan perubahan sikap, mental, dan karakter mereka selama ada di program BASECAMP TRANS 7 .
c. Tahap Pasca Produksi Dalam pasca produksi, semua hasil rekaman berupa kaset akan dikumpulkan dan dilakukan proses editing. Proses editing akan memakan waktu kurang lebih satu minggu sebelum siap tayang. Proses editing meliputi proses penyuntingan film, menambah ilustrasi musik, mixing suara dan membuat hasil akhir produk atau disebut print seperti dalam bentuk rol film, atau kaset. Kemudian hasil editing yang sudah melalui proses print akan dikumpulkan untuk siap ditayangkan.
4.1.3 Peranan Produser Dalam Strategi Produksi Program BASECAMP TRANS 7 Dalam pengamatan penulis, dalam pelaksanaan produksi program BASECAMP TRANS 7 sangat diperlukan peranan produser. Dengan konsep reality show, maka setiap kejadian dan adegan yang terjadi sedapat mungkin berjalan natural. Berjalan natural maksudnya adalah seakan-akan tidak ada yang mengarahkan dan berjalan seperti apa adanya. Saat pelaksanaan shooting BASECAMP TRANS 7, Yoga Endryanto selaku produser program BASECAMP TRANS 7 terjun langsung ke lapangan. Ia mengarahkan kepada seluruh kru termasuk para pelatih TNI AU yang memberikan pelatihan. Yoga mengarahkan agar setiap adegan berjalan sesuai naskah yang sudah dibuat sebelumnya.
68
Namun kendala selalu ada dan kadang tidak berjalan sesuai naskah. Sebagai salah satu contoh, saat pelaksanaan shooting salah satu peserta ada yang mengalami sakit, dan terpaksa tidak bisa melanjutkan shooting dalam beberapa hari. Yoga selaku produser tetap mengutamakan kesehatan peserta sehingga ia mengarahkan kepada camera person untuk mengambil gambar fokus kepada satu peserta saja yang menjadi tokoh dalam satu episode tersebut, agar seolah-olah tidak ada peserta yang sakit. Setiap pelaksanaan di lapangan adalah tanggung jawab dan wewenang produser untuk semua adegan dan gambar yang akan diambil selama shooting. Dengan peran penuh dari seorang produser dalam pelaksanaan produksi program, maka strategi produksi program BASECAMP TRANS 7 berjalan dengan baik, sehingga akhirnya BASECAMP TRANS 7 mencapai tujuannya yaitu dapat merubah karakter remaja.
Didalam strategi produksi program yang dilakukan BASECAMP TRANS 7, penulis juga menganalisa bagaimana program BASECAMP TRANS 7 dapat merubah karakter remaja, dalam hal ini adalah peserta BASECAMP TRANS 7 dengan mengaitkan dengan teori komunkasi. Berikut hasil analisis.
4.2 Pengolahan Analisis 4.2.1 Program BASECAMP TRANS 7 Melihat Adanya Kesempatan Melihat kenyataan yang terdapat di lapangan, penulis menganalisa banyaknya tingkat masalah sosial yang terjadi pada remaja khususnya pelajar sekolah. Salah satu penyebab meningkatnya masalah sosial adalah perilaku negatif serta sikap disiplin yang semakin menurun dari para remaja sekolah serta kurangnya perhatian dari orang-orang
69
terdekat dan sekitarnya. Kurangnya penaganan yang khusus menanggulangi masalah sosial juga menjadi kendala dalam mengatasi masalah tersebut. Selain itu saat ini masih sedikit program televisi yang menyoroti masalah tersebut. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, objek penelitian penulis adalah para peserta BASECAMP TRANS 7. Penulis melihat bahwa saat ini program-program televisi yang ditayangkan kepada pemirsa kurang menyentuh sisi kemanusiaan yang sesungguhnya lebih dibutuhkan oleh para remaja saat ini yang sudah jauh berbeda permasalahan hidupnya dengan remaja, misalnya pada era tahun 1980-an. Program-program televisi yang mendidik para remaja sekolah menurut penulis masih sangat kurang. Sebagian besar program televisi saat ini hanya mementingkan rating dan share sehingga lebih banyak menayangkan program-program yang bersifat menghibur. Sementara itu, program-program yang menghibur hanya membuat karakter para remaja sekolah menjadi pemalas dan hanya memikirkan tayangan televisi dibanding dengan tugas utamanya yaitu sekolah. Selain itu program-program yang memperlihatkan adegan kekerasan serta kriminalitas membuat karakter remaja sekolah cenderung memberontak dan mengarah pada hal-hal yang negatif. Nurudin dalam bukunya berjudul “Pengantar Komunikasi Massa”, (halaman 166) mengatakan “Karena begitu kuatnya pengaruh terlevisi, penonton tidak kuasa untuk melepaskan diri dari keterpengaruhan itu”. Remaja sekolah tersebut saat ini sedikit banyak sudah terpengaruh oleh program televisi. Dengan berbagai jenis program televisi tersebut para remaja sekolah hanya menjadi khalayak yang pasif. Mereka hanya menyerap begitu saja semua informasi yang ditayangkan program televisi dan mempengaruhi pada tingkat pembentukan karakter remaja tersebut.
70
Fenomena tersebut sesuai dengan teori Jarum Suntik, dimana dikatakan pesan atau informasi yang disampaikan oleh media massa langsung mengenai sasaran atau langsung sampai kepada audience. Teori ini menganggap bahwa media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi seseorang dan berkeyakinan bahwa khalayak bersifat pasif terhadap berbagai macam informasi yang diterimanya. Sesuai dengan fakta dari teori tersebut, maka fenomena ini dilihat oleh program BASECAMP TRANS 7 menjadi sebuah kesempatan. Berdasarkan observasi penulis, sebelum mengikuti program BASECAMP TRANS 7, peserta BASECAMP TRANS 7 dapat disebut sebagai khalayak. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara penulis dengan para peserta, bahwa mereka sudah pernah menonton program BASECAMP TRANS 7 di televisi sebelum mereka mengikuti program BASECAMP TRANS 7. Situasi ini kemudian dimanfaatkan oleh program BASECAMP TRANS 7 menarik audience untuk mengikuti program BASECAMP TRANS 7 dengan cara menjadi peserta program. Dengan demikian, posisi audience yang pasif, kini menjadi aktif. Maksudnya adalah bahwa audience ikut serta dalam penyampaian informasi karena posisi audience dari khalayak telah berubah menjadi peserta BASECAMP TRANS 7. Dengan demikian, terbuktilah bahwa teori Jarum Suntik menjadi tidak relevan dalam menjelaskan penelitian ini.
4.2.2 Program BASECAMP TRANS 7 Sebagai Media Perantara Dalam Merubah Karakter Remaja Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, kehidupan manusia pun dituntut untuk mengikuti perkembangan tersebut. Perkembangan tersebut dapat dilihat
71
dari berbagai faktor. Faktor yang paling terlihat adalah teknologi. Teknologi dalam komunikasi adalah contoh yang paling mudah terlihat saat ini. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju diiringi dengan kebutuhan manusia yang semakin kompleks adalah salah satu faktor berkembangnya teknologi dalam komunikasi. Beberapa teknologi komunikasi yang telah berkembang misalnya pesawat telepon, printer, fax, dan sebagainya. Salah satu teknologi komunikasi yang sangat terlihat perkembangannya adalah teknologi internet. Dengan berkembangnya dunia maya ini, komunikasi antar manusia menjadi tidak terbatas. Ruang lingkup manusia dengan orang lain semakin kecil dan membuat segala kebutuhan komunikasi menjadi praktis. Penyebaran informasi dan juga komunikasi menjadi lintas batas. Tidak ada lagi hambatan ruang dan waktu dalam pendistribusian informasi. Manusia kini dituntut untuk belajar secara cepat, bahkan instan, namun memiliki ilmu atau pengetahuan yang luas juga. Ini berpengaruh terhadap kaum remaja masa kini. Mereka harus mengikuti pola yang telah ada, yaitu belajar cepat dan berwawasan luas, namun dengan tempo waktu yang singkat pula. Hal ini menambahkan kesibukkan para remaja diluar sekolah. Dapat kita lihat dengan begitu ramainya berbagai tempat kursus keterampilan, seperti bahasa inggris, musik, ataupun kursus mata pelajaran sekolah. Kesibukan kaum remaja ini seringkali menimbulkan berbagai hambatan dalam berkomunikasi dengan orang lain, khususnya di kota-kota besar dimana individualisme dijunjung tinggi. Hubungan antara kaum remaja dengan lingkungannya ataupun dengan keluarganya merupakan tantangan tersendiri bagi mereka. Tingginya individualisme dalam kehidupan remaja masa kini menyebabkan tiap individu hidup terkotak-kotak, sesuai dengan kepentingan dan kebutuhannya masing-
72
masing. Kondisi ini sangat mempengaruhi karakter seseorang, khususnya bagi kaum remaja yang sedang mencari jati dirinya. Kondisi ini juga menjadi tantangan besar bagi remaja masa kini. Pembentukkan karakter mereka berdasarkan kepada hal-hal yang terlihat pada karakter remaja. Akibatnya, remaja masa kini memiliki berbagai macam issue dengan karakter mereka. Berbagai issue tersebut contohnya pemalas, tidak peduli dengan orang tua, selalu ingin diperhatikan, memberontak, egois, tidak dapat mengontrol emosi, dan lain sebagainya. Semua karakter yang telah disebutkan menjadi perhatian khusus bagi para orang tua yang memiliki anak remaja. Mereka merasa bahwa dibutuhkan adanya perubahan karakter ke arah yang lebih positf. Perubahan karakter negatif ke positif ini dirasa perlu karena orang tua beranggapan bahwa pada masa remaja inilah merupakan kesempatan baik untuk pengembangan diri seluas-luasnya. Sayangnya, media yang mampu membantu perubahan karakter para remaja ini belum banyak ditemui di kalangan masyarakat kita. Kesempatan inilah yang dilihat BASECAMP TRANS 7. Penulis akan mengaitkan program BASECAMP TRANS 7 dengan teori Agenda Setting. Teori Agenda Setting menekankan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan tersebut. Dengan kata lain,apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting oleh khalayak. Program BASECAMP TRANS 7 adalah program televisi yang mempunyai latar belakang pembentukan karakter terhadap masalah sosial remaja. Sesuai dengan teori
73
Agenda Setting tersebut, penulis menganalisa bahwa sebagai sebuah program televisi, BASECAMP TRANS 7 berperan sebagai media perantara. BASECAMP TRANS 7 menjadi sarana penyampaian pesan dari media ke masyarakat mengenai masalah sosial di kalangan remaja. Dalam topik ini, kalangan remaja yang dimaksud adalah para peserta program BASECAMP TRANS 7. Peristiwa yang diangkat disini yaitu mendisiplinkan seorang anak yang mempunyai masalah sosial di tengah masyarakat. Masalah pada kaum remaja ini seringkali diacuh tidak acuhkan oleh masyarakat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, BASECAMP TRANS 7 mengikutsertakan khalayak dalam programnya dengan menjadi peserta. Oleh karena itu, untuk menangani masalah remaja ini, dibutuhkan sedikit penekanan terhadap pembentukan karakter peserta. BASECAMP TRANS 7 melihat bahwa masalah sosial pada kaum remaja ini perlu ditanggulangi. Salah satu upayanya ialah melalui media massa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori Agenda Setting sesuai dengan program BASECAMP TRANS 7 yang menekankan suatu peristiwa. BASECAMP TRANS 7 merupakan sebuah respons dari media terhadap pembentukan karakter remaja. Keikutsertaan khalayak sebagai peserta program BASECAMP TRANS 7 secara tidak langsung menuntut para peserta untuk menganggap penting peristiwa yang diangkat oleh program BASECAMP TRANS 7 ini, yaitu pembentukkan karakter remaja. Dengan demikian, teori Agenda Setting tercerminkan dalam program BASECAMP TRANS 7.
74
4.2.3 Perubahan Karakter Peserta BASECAMP TRANS 7 Dengan Memberikan Berbagai Pelatihan Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap orang tua peserta, penulis menemukan poin-poin dimana program BASECAMP TRANS 7 memiliki dampak dalam perubahan karakter peserta. Poin-poin tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Pendisiplinan Remaja Program BASECAMP TRANS 7 dengan latar belakang pelatihan semi militer yang bekerjasama dengan TNI AU sangat mengedepankan sikap disiplin bagi para peserta BASECAMP TRANS 7. Pelatihan kedisiplinan tersebut dapat dilihat pada apel pagi, dimana peserta harus terbiasa dalam bangun pagi dan selalu dalam keadaan siap siaga. Peserta juga selalu diperiksa kelengkapan dalam memakai seragam oleh para pelatihnya. Pelatihan baris berbaris, dimana peserta harus mendengarkan instruksi pelatih dalam berbaris. Dalam pelatihan ini peserta dituntut untuk konsentrasi yang tinggi karena
tidak boleh melakukan kesalahan dalam menerima instruksi. Bila
melakukan kesalahan akan diberikan hukuman. Pelatihan pendisiplinan anak tersebut memiliki dampak terhadap peserta. Ini dibuktikan berdasarkan wawancara penulis kepada salah satu peserta BASECAMP TRANS 7, Muhammad Reza Firmansyah. Reza mengatakan bahwa sebelumnya dia susah untuk bangun pagi, namun setelah mengikuti program BASECAMP TRANS 7, Reza menjadi sering bangun tepat waktu untuk pergi ke sekolah.
75
2. Merubah Sikap Remaja Selama mengadakan penelitian di lapangan, penulis mengamati cara BASECAMP TRANS 7 dalam merubah sikap buruk para peserta. Saat pertama kali para peserta datang dan mengikuti program BASECAMP TRANS 7, peserta langsung dihadapkan dengan suasana militer. Semua kegiatan dan peraturan yang berlaku dibawah instruksi para pelatih. Peraturan dan instruksi yang berlaku membuat para peserta mengalami shock pada awalnya karena mereka tidak terbiasa dalam lingkungan peraturan militer. Peserta tidak lagi berada pada “zona aman” mereka, dimana sebelum mengikuti program BASECAMP TRANS 7 mereka terbiasa dengan hidup sesuai dengan kehendak mereka. Semua sikap manja, egois, temperamen, dan lainnya tidak lagi berlaku dalam lingkungan militer. Saat mengalami perasaan shock tersebut sikap-sikap buruk dari para peserta mulai terlihat. Perasaan kesal, marah, dan takut terlihat pada bahasa tubuh mereka. Namun mereka mau tidak mau mereka harus mematuhi semua perautran dan instruksi serta menjalani pelatihan pembentukan karakter program BASECAMP TRANS 7. Penulis melihat, dengan memberikan shock teraphy pada peserta, merupakan cara yang cukup efektif dalam pembentukan sikap peserta. Para peserta yang semula bersikap sesuai kehendak mereka harus dipaksa untuk berubah agar mematuhi semua peraturan dan instruksi yang berlaku di program BASECAMP TRANS 7. Perubahan sikap peserta
dapat dibuktikan dengan hasil wawancara dengan ibu
Rahmawati Dewi salah satu orang tua dari peserta BASECAMP TRANS 7, Mahardika Putra. Ibu Dewi mengatakan saat ini Dika menjadi lebih sopan dan santun kepada orang tua serta moralnya menjadi jauh lebih baik. Program BASECAMP TRANS 7
76
mempunyai dampak bagi perubahan karakter Dika dan bersyukur Dika dapat mengikuti program BASECAMP TRANS 7.
3. Cinta Tanah Air Program pelatihan cinta tanah air diberikan di sela-sela program pembentukan karakter. Misalnya saat para peserta melakukan kesalahan dalam menerima atau menjalankan instruksi pelatih. Peserta yang melakukan kesalahan harus menyanyikan lagu Indonesia Raya atau mengucapkan Pancasila secara lantang dan hafal. Karena pada kenyataannya para peserta banyak yang tidak hafal syair lagu Indonesia Raya ataupun kelima sila Pancasila. Dengan memberikan hukuman seperti itu, membuat para peserta akan lebih mencintai negara Indonesia. Program pelatihan cinta tanah air terakhir diberikan saat upacara penutupan pada hari terakhir program BASECAMP TRANS 7. Saat upacara tersebut para peserta BASECAMP TRANS 7 harus memberikan hormat kepada bendera merah putih serta mencium kain bendera. Program ini berpengaruh kepada pesertanya dan dibuktikan pada wawancara terhadap salah satu peserta BASECAMP TRANS 7, Ferdian Syah. Ferdi mengatakan bahwa dia merasa terharu saat memberikan penghormatan pada bendera merah putih dan mencium kain benderanya. Dia merasakan jiwa nasionalisme semakin bertumbuh dalam dirinya.
77
4. Cinta Terhadap Orang Tua Program cinta terhadap orang tua diberikan kepada peserta saat kegiatan malam yang diikuti oleh peserta. Kegiatan malam yang dilakukan lebih dalam pendekatan verbal dalam bentuk sharing antar peserta dengan pelatih. Selain itu pelatih juga memberikan sugesti-sugesti yang positif kepada para peserta serta nasihat-nasihat yang berguna bagi para peserta dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Salah satu nasihat yang diberikan adalah nasihat akan pentingnya orang tua dalam hidup. Orang tua adalah sosok yang melahirkan dan membesarkan mereka hingga sampai saat ini.
5. Merubah dan Membentuk Karakter Remaja Program BASECAMP TRANS 7 dalam merubah dan membentuk karakter peserta merupakan poin penting bagi penelitian penulis. Berbagai program pelatihan yang diberikan BASECAMP TRANS 7 seperti yang telah dijabarkan pada poin-poin diatas merupakan satu rangkaian pelatihan dalam merubah dan membentuk karakter para peserta BASECAMP TRANS 7. Semua pelatihan yang diberikan telah menyentuh semua aspek dari latar belakang dan tujuan BASECAMP TRANS 7. Dengan
demikian,
pengolahan
analisis
yang
dilakukan
penulis
dalam
menghubungkan antara Teori Agenda Setting dengan masalah yang diteliti sesuai. Penulis menyimpulkan bahwa Teori Agenda Setting relevan.