BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.I.1 Siklus Pertama 4.1.1.1 Perencanaan Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah sebagai berikut 1) Peneliti bersama-sama dengan mitra pelaksana menentukan pokok bahasan yang akan dipakai, dalam hal ini adalah kompetensi dasar mengarang deskripsi khususnya deskripsi sugestif. Disamping itu, peneliti juga menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis KTSP. Peneliti tidak lupa juga memilih media gambar untuk mengarang yaitu media gambar cetak. 1) Gambar yang dipilih adalah gambar yang dikenal siswa, edukatif, dengan warna kontras dengan tema “Jembatan Layang Ampera” . Jembatan yang menghubungkan Seberang Ulu dan Seberang Ilir dimana di bawah jembatan terdapat sungai”Musi” 2) Peneliti menyiapkan instrument yang akan digunakan yaitu Lembar jawab karangan siswa , fotokopi gambar untuk setiap siswa, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi perencanaan rpp. Pengamatan dilakukan oleh guru mitra (kolabor) terkait dengan perencanaan pembelajaran dan proses pelaksanaannya. Hasil yang diperoleh sebagai berikut.
Tabel 4.1Data Penilaian Perencaan Pembelajaran Siklus Pertama Siklus Pertama No
Indikator Skor
1 2
Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran Pemilihan materi ajar
4
3 3
Pengorganisasian materi ajar
4
Pemilihan sumber /media pembelajaran Kejelasan skenario pembelajaran Kerincian skenario pembelajaran Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran Kelengkapan instrumen
5 6 7 8
Rerata
4 3 3 3 4 4 28
Catatan Uraian cukup jelas Penggunaan frase ajektif dalam paragraph deskriptif tidak terpakai Cukup relevan Media gambar kurang dikenal siswa Ada satu skenario kurang tepat Penetapan waktu kurang tepat Cukup relevan Cukup relevan 28: 40 x 100 = 70 (Sedang)
Skor tertinggi dalam setiap indikator pada data penilaian perencanaan pembelajaran adalah 4, sementara rentang nilai setiap indicator adalah nol sampai dengan lima (0-5). Bila dalam penilaian perencanaan pembelajaran terdapat nilai 3 maka ada indicator yang belum memenuhi kriteria penilaian standar. Oleh sebab itu bi)la ada indicator yang belum mencapai nilai standar terdapat catatan yang belum memenuhi dalam criteria standar itu. Berdasarkan data penilaian di atas rata-rata penilaian yang diberikan oleh kolabor (mitra) adalah 70(sedang), maka rencana pelaksana pembelajaran perlu diperbaiki.
4.1.1.2 Pelaksanaan Proses pembelajaran konstruktuvis lebih menekankan pada informasi yang diterima siswa menjadi bermakna dan relevan bagi siswa, memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-idenya.
Pembelajaran konstruk membuat siswa kreatif, menuangkan pengalamannya ke dalam karangan sesuai dengan gambar yang ditayangkan
Dalam proses pembelajaran konstruk siswa juga
melakukan diskusi dengan kawan di sampingnya dan tanya jawab bila mengalami kesulitan.
Siklus I dilaksanakan pada bulan Juli 2009, dengan pertemuan sebanyak 1 kali. Peneliti dan kolabor masuk kelas yang dikenai tindakan, setelah membaca doa bersama, guru (peneliti) melaksanakan administrasi kelas seperti biasa. Kegiatan selanjutnya adalah guru menjelaskan bahwa materi hari ini adalah mengarang dengan kompetensi dasar mengarang deskripsi (deskripsi sugestif) yang bertujuan siswa dapat mendeskripsikan secara luas dan rinci apa yang dilihat, siswa dapat mendeskripsikan gambar yang dilihat dengan menggunakan bahasa yang baik. Guru menjelaskan hal-hal yang belum jelas selama pembelajaran berlangsung, siswa boleh berdiskusi dengan teman atau bertanya dengan guru.
Setelah menjelaskan guru mulai memaparkan materi pembelajaran, dimulai dengan mengajukan pertanyaan kecil untuk merangsang siswa berpikir lebih lanjut. Kegiatan selanjutnya guru memberikan fotokopi gambar untuk dideskripsikan oleh siswa dengan menggunakan lembar jawab karangan siswa.
Setelah enam puluh menit kemudian siswa (perwakilan) membacakan hasil deskripsinya di depan kelas, sementara siswa yang tidak maju menuliskan rangkuman hasil pembacaan deskripsi temannya. guru bersama siswa menyimpulkan hasil deskripsinya. Dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran peneliti melakukan penilaian pada aktivitas siswa yang tergambar dalam tabel berikut. Tabel 4.2 Penilaian Aktivitas Siswa Siklus Pertama Kelas X2 dan X3
No
1 2 3 4
5
Aspek
Kerja sama antarindividu Keantusiasan berdiskusi Keaktifan siswa
Rerata aktivitas siswa X2 X3 3
3
3
3
3
3
Teknik memberikan ide/gagasan
3
3
Penggunaan waktu
2
2
Keterangan
Siswa cukup dalam kerjasama diskusi Siswa cukup antusias Siswa cukup aktif dalam diskusi Siswa lumayan dalam mengemukakan pendapat, bisa dipahami Pelaksanaan membuat karangan tidak tepat waktu
Nilai rerata keseluruhan aspek adalah 2,8 dinyatakan cukup. nilai rerata ini menunjukkan bahwa siswa dalam proses pembelajaran masih belum aktif.
Pelaksanaan aktivitas belajar mengarang deskripsi siswa di kelas X2 pada siklus pertama mencapai 51,28%, ssementara di kelas X3 mencapai 52,63 % Dari data persentase di atas menunjukkan kedua kelas tersebut masih pasif.
4.1.1.3 Sistem Penilaian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, maka analisis sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan, peneliti melakukan konsultasi dengan ahli dan mitra untuk memberi penilaian terhadap instrument perencanaan pembelajaran . Hasil penilaian dari mitra sebesar 0,75
Nilai 0,75 menandakan instrument rencana pembelajaran sangat kuat dan dapat dipakai untuk rencana pembelajaran dengan kata lain tingginya koefisien reliabilitas rating dapat diartikan bahwa pemberian rating yang telah dilakukan oleh masing-masing rater adalah konsisten satu sama lain.
Demikian pula dengan instrument evaluasi kemampuan menulis karangan deskripsi. Para rater telah memberikan penilaian terhadap kemampuan menulis karangan deskripsi dengan hasil olahan nilai sebesar 0,7. Penilai konsisten dengan penilaian terhadap instrument ini, karena 0,70 menunjukkan tingginya koefisien reliabilitas rating. Ini berarti instrument evaluasi menulis karangan deskripsi dapat dipakai sebagai instrument penelitian.
Hasil perhitungan validitas soal uraian di kelas X2 menghasilkan data reliabilitas skor 0,89(sangat kuat), validitas soal 0,82( sangat kuat), tingkat kesukaran 85,23(sangat mudah) Di kelas X3 reliabilitas skor 0,73(kuat), validitas soal 0,81(kuat), tingkat kesukaran 75,00 (mudah)
4.1.1.4 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskrispi Hasil penilaian karangan deskripsi siswa diperoleh data di bawah ini Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Mengarang deskripsi Siklus Pertama Persentase Frekuensi NO Rentang Nilai Keterangan (%) 1
75 - 79
15
19,48
Tuntas
2
70 - 74
25
32,46
Tuntas
3
65 – 69
7
9,09
Belum Tuntas
4
60 – 64
9
11,68
Belum Tuntas
5
55 - 59
11
14,28
Belum Tuntas
6
50 - 54
10
12,98
Belum Tuntas
Dari instrumen penilaian tes latihan mengarang diperoleh hasil siswa kelas X2 dan X3 tahun ajaran 2009/2010, siswa yang mencapai ketuntasan sebesar 51,94 %. Sementara siswa yang belum mencapai ketuntasan di kedua kelas adalah 48,03% Secara global prestasi mengarang deskripsi siswa belum mencapai ketuntasan padahal gambar yang ditayangkan adalah gambar jalan layang “Ampera”,Jembatan yang ada di Sumatra Selatan. Jembatan bersejarah di Palembang yang menghubungkan antara Seberang Ulu dengan Seberang Ilir ditengahnya sungai Musi Hal seperti ini siswa belum bisa mengungkap (mendeskripsikan) denga baik. Hasil karangan menunjukkan bahwa siswa belum dapat mendeskripsikan dengan jelas dan panjang apa yang mereka lihat dan pernah alami atau dengar tentang “Ampera”pada jembatan layang tersebut.
Akibat kurang banyaknya pendeskripsiaan jembatan layang itu, pengembangan kalimat, paragraf, hubungan antarkalimat dan paragraf menjadi kurang. Kondisi waktu juga mempengaruhi siswa menyelesaikan karangan deskripsi masih kurang tepat. Saat memulai mengarang siswa terasa kekurangan waktu, karena waktu yang dipergunakan tidak mencukupi. Hal ini karena isolasi tidak merekat lama, sering pasang – lepas dan penjelasan tentang teori mengarang terlalu panjang.
4.1.1.4 Refleksi Hasil yang didapat dari siklus pertama ini dirasakan peneliti cukup memprihatinkan, terutama pada hasil deskripsi siswa terhadap gambar yang dilihat. Siswa tidak mampu mengungkap deskripsi gambar jembatan layang Ampera karena siswa belum mengenal gambar yang diberikan, akibatnya siswa dalam mendeskripsikan gambar hanya sebagian saja,isi karangan sedikit, belum banyak informasi yang disampaikan. Sebagian besar siswa masih belum bekerjasama dengan temannya dan terlihat siswa masih bingung melihat gambar yang ditayangkan karena persepsi mereka ada yang belum pernah ke Palembang sebelumnya atau gambar ”Jembatan ampera ” itu asing bagi mereka. Siswa masih belum bisa mengungkapkan gambar jembatan layang ”Ampera” yang mengakibatkan belum tercapainya ungkapan dalam bentuk kalimat dengan kalimat berikutnya. Siswa belum dapat mendeskripsikan jembatan yang menghubungkan muara ilir dan muara ulu dengan runtut. Mengingat kondisi ini, maka dalam sesi refleksi yang berlangsung Agustus 2009 peneliti sekaligus guru dan kolabor sepakat untuk melakukan perbaikan pada beberapa poin yang akan dilakukan pada siklus 2, perbaikan itu diantaranya:
1) Guru pelaksana (peneliti) menugaskan kembali kepada siswa mengarang deskripsi gambar. Siswa ditugaskan lagi untuk mengamati gambar secara detail. 2) Guru memperpanjang waktu pembelajaran. Sebelumnya sudah direncanakan bahwa setiap siklus masing-masing 1 kali pertemuan. Siklus 2 dan 3 diubah menjadi 2 sampai 3 kali pertemuan, dengan menambah penjelasan tentang kebahasaan dan menambah waktu mengarang dengan gambar yang berbeda atau gambar yang sedikit mudah dideskripsikan. 3) Guru mengupayakan gambar yang mudah dideskripsikan (dikenal) siswa yaitu gambar ”Pantai” dengan segala keramaian yang ada di tepi pantai, sehingga siswa dapat mengungkap (deskripsikan) dengan lebih baik dan suasana pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk berpikir lebih kritis, seperti mengajukan lebih banyak lagi pertanyaan kepada siswa sehingga siswa menjadi sedikti terpancing untuk lebih berpikir. Berdasarkan tes awal mengarang deskripsi menunjukkan siswa dengan 8 indikator keberhasilan menunjukkan kurang keseriusan dalam proses pembelajaran dan kurang paham dalam teknik mengarang. Hasil data menunjukkan hanya 40 siswa tuntas dalam pembelajaran. Dari hasil pengamatan peneliti sebagai observer 8 indikator karangan yaitu a
Kesesuaian judul dengan Isi
4 Penggunaan dan Penulisan EYD b Pilihan kata/Diksi c
Struktur kalimat
a
Keterpaduan antarkalimat
b Keterpaduan antarparagraf c
Isi keseluruhan
a
Menulis karangan dengan rapi dan bersih
Sementara dari hasil tes karangan berikutnya, yang tergambar dalam distribusi frekuensi menunjukkan jumlah siswa yang mendapatkan nilai 70 sebanyak 40 anak atau 51,94%,
sedangkan siswa yang belum menguasai karangan deskripsi atau belum tuntas 48,03% Maka dengan mengacu dari data yang ada siswa yang mendapatkan nilai kurang sebanyak 37 anak (48,03%). Sementara hasil pengamatan aktivitas proses belajar, siswa masih belum dapat bekerjasama dan serius dalam kegiatan pembelajaran serta waktu yang terbatas. Selain itu, siswa masih sulit menerka gambar yang ditayangkan. Siswa masih bertanya gambar tersebut gambar layang dimana? Berikut ditambahkan penjelasan mengenai rata-rata nilai setiap aspek kebahasaan pada siklus pertama dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Aspek Kebahasaan Siklus Pertama NO 1
Aspek
Rata-Rata Nilai 3,00
Skor Maksimal 4
Persentase (%) 75,00
2,77
4
69,25
2,75
4
68,75
3
Kesesuaian judul dengan Isi 9JI) Penggunaan dan Penulisan Ejaan Pilihan kata (Diksi)
4
Struktur Kalimat
2,55
4
63,75
5
Keterpaduan antarkalimat Keterpaduan antarparagraf
2,40
4
60,00
2,20
4
62,5
2
6
NO
Aspek
7
Isi Keseluruhan
8
Kerapian
Rata-Rata Nilai 2,50
Skor Maksimal 4
Persentase (%) 62,50
3,10
4
77,50
Kemampuan nilai rata-rata mengarang deskripsi siswa menunjukkan bahwa nilai yang mencapai
rata-rata tiga ada pada aspek kesesuaian judul dengan isi, penggunaan dan penulisan ejaan, pilihan kata, struktur kalimat, isi keseluruhan, dan kerapian, namun dari aspek kebahasaan yang lain menunjukkan nilai rata-rata dua. Siswa masih ada yang belum memenuihi nilai yang diharapkan dari segi kebahasaan yaitu keterpaduan antarkalimat dan keterpaduan antarparagraf. Adapun solusi untuk permasalahan kebahasaan di atas adalah. Tabel 4.5 Solusi Kelemahan Kebahasaan pada siklus Pertama No 1
2
3
Kelebihan Kesesuaian judul dengan Isi (JI) Penggunaan dan Penulisan Ejaan
Pilihan kata (Diksi)
Struktur Kalimat 4
5 Keterpaduan antarparagraf 6
7
Isi Keseluruhan
Kerapian 9
Kelemahan Masih ada yang belum terurai dengan rinci Masih ada penulisan nama kota salah, peletakan tanda titk atau koma salah Masih ada penempatan kata tidak tepat Ada subjek, predikat atau objek hilang 9tidak tertulis) Keterpaduan antarkalimat Seharus terdapat beberapa paragraf tetapi dituliskan hanya satu paragraf Belum mencapai standar
Solusi Teori diulang dan latihan kembali Pengulangan teori dan banyak latihan
Banyak latihan menulis Latihan membuat kalimat
Penjelasan ulang tentang kalimat Latihan menghubungkan paragraf
Gambar yang mudah dideskripsikan Terkadang tulisan Latihan dengan tidak terbaca, tidak selalu terdapat kesalahan mencoret bila ada dengan cara dicoret kesalahan
4.1.2 Siklus II 4.1.2.1 Perencanaan Pada siklus pertama gambar belum dikenal siswa, sehingga siswa sulit mendeskripsikan gambar jembatan layang “Ampera” yang mengakibatkan hasil mengarang deskripsi kurang memuaskan. Hasil analisis karangnan penulis memilih dan merencanakan gambar yang lebih dikenal siswa yaitu gambar “Pantai”. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam siklus kedua adalah sebagai berikut 1) Peneliti bersama kolabor menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis KTSP. Peneliti tidak lupa juga memilih media gambar yang lebih dikenal siswa, agar siswa dapat mendeskripsikan gambar ‘Pantai” dengan baik 2) Gambar yang dipilih adalah gambar pantai. Peneliti beranggapan bahwa gambar yang ditayangkan adalah gambar yang mereka kenal, setidaknya mereka pernah pergi ke pantai dan siswa dapat mendeskripsikan pantai dengan lebih luas atau rinci. 3) Peneliti menyiapkan instrument yang akan digunakan yaitu Tes kompetensi karangan , lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi perencanaan, lembar jawab untuk mengarang (kertas HVS). 4) Peneliti dan siswa menyiapkan Gambar cetak
Tabel 4.6 Data Penilaian Perencaan Pembelajaran Siklus Kedua Siklus I No
Indikator Skor
1 2
Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran Pemilihan materi ajar
3
Pengorganisasian materi ajar
4
Pemilihan sumber /media pembelajaran Kejelasan skenario pembelajaran Kerincian skenario pembelajaran Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran Kelengkapan instrumen
5 6 7 8
Rerata
4 4 4 4 4 4 4 4 32
Catatan Menyusun paragraph deskripsi berdasarkan tujuan tepat Cukup jelas Cukup relevan Media gambar dikenal siswa Masih ada satu scenario pembelajaran belum tepat Penetapan waktu cukup optimal Cukup relevan Cukup relevan 32:40x100= 80
Penilaian perencanaan pembelajaran bila dilihat tabel diatas maka terjadi kenaikan. Penilaian rencana pembelajaran mencapai nilai 80. Penilaian perencanaan pembelajaran setiap indicator sudah memenuhi standar minimal yaitu empat koma nol. Perencanaan pembelajaran pada siklus pertama yaitu pada indicator pemilihan materi ajar, media pembelajaran, kejelasan scenario, kerincian scenario pembelajaran sudah diperbaiki pada siklus kedua. Walaupun penilaian perencanaan pembelajaran sudah mencapai standar, namun peneliti masih ingin memperbaiki perencanaan pembelajaran yang lebih baik lagi pada siklus ketiga.
4.1.2.2 Pelaksanaan Pelaksanaan proses pembelajaran konstruktuvis pada siklus II adalah perbaikan dari siklus I. Pembelajaran dengan media gambar dipilih dengan gambar yang memang atau sering dikenal oleh siswa yaitu media gambar pantai. Kurangtercapainya waktu dalam membuat karangan deskripsi diperbaiki pada siklus II. Ketidaktepatan waktu, saat siswa menyelesaikan karangan diperketat. Siklus II dilaksanakan pada bulan Agustus 2009, dengan pertemuan sebanyak dua kali. Peneliti dan kolabor masuk kelas yang dikenai tindakan, setelah membaca doa bersama, guru (peneliti) melaksanakan administrasi kelas seperti biasa. Kegiatan selanjutnya adalah guru mengapersepsi bahwa materi sebelumnya belum mencapai kepuasaan. Guru menjelaskan hal-hal yang belum jelas selama pembelajaran berlangsung, siswa boleh berdiskusi dengan teman atau bertanya dengan guru. Guru mulai memaparkan materi pembelajaran, dimulai dengan mengajukan pertanyaan kecil untuk merangsang siswa berpikir lebih lanjut. Kegiatan selanjutnya guru menayangkan gambar “Pantai” dengan segala keramaian di tepi pantai atau peristiwa yang menggunjang Indonesia di Aceh untuk dideskripsikan oleh siswa dengan menggunakan tes kemampuan mengarang deskripsi. Setelah sembilan puluh menit kemudian siswa (perwakilan) membacakan hasil deskripsinya di depan kelas, sementara siswa yang tidak maju menuliskan rangkuman hasil pembacaan deskripsi temannya. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil deskripsinya.
Tabel di bawah ini adalah table pelaksanaan aktivitas pembelajaran siswa. Tabel 4.7 Penilaian Aktivitas Siswa Siklus Kedua Kelas X2 dan X3
No
1
Aspek
Rerata aktivitas siswa X2 X3
Keterangan
Kerjasama antarindividu Keantusiasan berdiskusi Keaktifan siswa
3
3
3
3
3
3
4
Teknik memberikan ide/gagasan
3
3
Siswa cukup aktif dalam diskusi Siswa lumayan dalam mengemukakan pendapat, mudah dipahami
5
Penggunaan waktu
3
3
Cukup tepat waktu
2 3
Siswa cukup dalam kerjasama diskusi Siswa cukup antusias
Nilai rata-rata tiga dinyatakan baik pada semua aspek menunjukkan bahwa siswa sudah aktif dalam proses pembelajaran, Penilaian aktivitas siswa oleh mitra terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya, khususnya pada indicator penggunaan waktu dan teknik memberikan gagasan. Pemberian nilai pada indicator itu sebelumnya diberi nilai oleh mitra adalah dua, pemberian nilai meningkat menjadi tiga. Mitra melihat adanya perbaikan dalam penggunaan waktu dan penyampaian gagasan pada siswa. Persentase aktivitas belajar pada siklus dua di kelas X2 mencapai 64,10% sementara aktivitas belajar di kelas X3 mencapai 68,42%
4.1.2.3 Sistem Penilaian Instrumen perencanaan pembelajaran dan lembar tes mengarang setelah dilaksanakan pada siklus pertama masih tetap dipakai pada siklus kedua karena hasil rater menunjukkan masih tetap berlaku atau kuatnya instrument yang akan dipakai. Penilaian perencanaan pembelajaran berdasarkan penilaian standar APKG pada aspek pemilihan materi ajar, pemilihan sumber / media, kejelasan scenario, kerincian scenario terjadi peningkatan. Penilaian pada siklus pertama pada indicator tersebut hanya diberi tiga setelah diaplikasikan dan dianalis, penilaian meningkat menjadi empat (perencanaan dilaksanakan lebih baik)
Media gambar yang dipakai pada siklus pertama tentang jembatan layang diganti dengan gambar pantai. Semua siswa tahu dengan gambar pantai, mayoritas siswa pernah berkunjung menikmati liburan ke tepi pantai.
Peneliti memilih pantai sebagai media gambar bermaksud siswa dapat mendeskripsikan apa yang ada pada gambar itu dan mungkin teringat apa yang pernah mereka alami selama di tepi pantai atau mendeskripsikan peristiwa dahsyat yang pernah terjadi di Indonesia yaitu gempa dan tsunami. Hasil uji soal uraian di kelas x2 melalui anates menunjukkan bahwa reliabilitas mencapai skor 0,83(sangat kuat), tingkat kesukaran skor 82,95 (mudah), validitas 0,83(sangat kuat), di kelas X3 reliabilitas 0,35(sedang), validitas 0,671(kuat), tingkat kesukaran 77,50 (mudah)
4.1.2.4 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskripsi Kesalahan tindakan yang terjadi pada siklus pertam a diperbaiki pada siklus kedua dimana gambar diganti dengan gambar ”Pantai”. Gambar ini dipilih dengan alasan agar siswa dapat mendeskripsikan gambar pantai itu dengan lebih baik. Selain itu juga diperbaiki kegiatan perencanaan dan pemantauan, tindakan observasi dan refleksi, yang dirancang berdasarkan kesalahan, kelemahan, dan kekurangan yang sudah terjadi. Tabel 4.8 Penilaian Tes Kemampuan Menulis Siswa Siklus Kedua Kelas X2 dan X3 NO
Rentang Nilai
Frekuensi
Persentase (%)
Keterangan
1
75 – 79
15
19,48
Tuntas
2
70 – 74
36
46,75
Tuntas
3
65 – 69
10
12,98
Belum Tuntas
4
60 – 64
6
7,79
Belum Tuntas
5
55 – 59
9
11,68
Belum Tuntas
6
50 - 54
0
0
-
Hasil data di atas menunjukkan bahwa hasil penilaian karangan deskripsi terjadi peningkatan. Siswa yang mencapai nilai ketuntasan sebesar 66,23%, berarti terjadi kenaikan dari 51,94 % menjadi 66,23% sebesar 14,29%. Sementara siswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan dari 48,03% menjadi 32,45%. Siswa yang tidak mencapai ketuntasan mengalami penurunan., berarti siswa telah mengalami kemajuan dalam mengarang deskripsi.
Siswa sudah dapat mendeskripsikan gambar “Pantai” dengan baik, dimana hasil mengarang deskripsi sudah mengalami kemajuan. Siswa dapat mendeskripsikan detail pantai. Mayoritas siswa mendeskripsikan peristiwa pantai di Aceh tentang “Tsunami” dengan lumayan baik, namun dari segi kebahasaan, misalnya pengembangan paragraf siswa masih ada yang belum memisahkan ide pokok dalam satu paragraf.
4.1.2.5 Refleksi Hasil yang didapat dari siklus II ini dirasakan peneliti cukup baik, terutama pada hasil deskripsi siswa terhadap gambar yang dilihat. Siswa mampu mendeskripsikan gambar dengan urian rinci, namun masih ada paragraf tumpang tindih . Paragraf yang seharusnya terpisah alias satu ide pokok namun siswa masih meletakkan menjadi satu paragraf. Siswa sebagian besar dapat bekerjasama dengan temannya dan terlihat siswa tidak bingung lagi melihat gambar yang ditayangkan karena rata-rata siswa pernah ke tempat gambar yang ditayangkan (pantai) atau pernah melihat peristiwa dahsyat di media cetak atau elektronik tentang Tsunami, gempa yang pernah terjadi Aceh.
Siswa sudah bisa mendeskripsikan gambar lebih rinci walaupun ada sebagian yang masih mencampurkan ide pokok baru dengan ide pokok sebelumnya. Penulisan kata ”yang” masih disingkat, hubungan antarkalimat masih belum tepat., secara keseluruhan hasil mengarang siswa baik. Peneliti sekaligus guru dan kolabor sepakat untuk melakukan perbaikan pada beberapa poin yang akan dilakukan pada siklus 2, perbaikan itu diantaranya;
Guru memperpanjang waktu pembelajaran. Sebelumnya sudah direncanakan bahwa setiap siklus masing-masing satu kali pertemuan menjadi dua kali pertemuan dan peneliti memberikan latihan pengembangan paragraf kembali.
Hasil pengamatan terhadap karangan siswa dengan 8 indikator keberhasilan menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan hasil tindakan pertama, dimana siswa dalam mengarang hampir kedelapan indakator itu ada peningkatan. Siswa mulai dapat mengembangkan karangan dengan baik, mulai rapi dan bersih dalam mengarang, paham penggunaan dan penulisan EYD.
Hanya saja, kemampuan siswa dalam memadukan dan menyusun kalimat serta memadukan paragraf masih sebatas cukup baik walau terdapat peningkatan dibandingkan sebelumnya yang terlihat kurang. Sementara dari hasil tes mengarang kedua, yang tampak pada distribusi frekuensi melalui media gambar dari sebesar 51,94 % atau meningkat sebesar 66,23%. Dengan mengacu dari data yang ada walau siswa yang mendapatkan 70-74 terdapat 36 siswa dan 75-79 terdapat 15 siswa, bukan berarti harus puas sampai nilai itu saja, namum harus ditingkatkan untuk melihat peningkatan berikutnya. Secara klasikal pembelajaran karangan deskripsi melalui media gambar dinyatakan tuntas.
Tabel 4.9 Nilai Rata-Rata Aspek Kebahasaan Siklus kedua No
Aspek
Rata-Rata Nilai 3,05
Skor Maksimal 4
Persentase (%) 76,25
1
3
Kesesuaian Judul dengan Isi (JI) Penggunaan dan Penulisan Ejaan Pilihan Kata (Diksi)
2,93
4
73,25
2,87
4
71,75
4
Struktur Kalimat
2,75
4
68,75
5
Keterpaduan antarkalimat
2,59
4
64,75
6
Keterpaduan antarparagraf
3,76
4
94
7
Isi keseluruhan
2,56
4
64
8
Kerapian
3,16
4
79,75
2
Tabel data nilai rata-rata di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengarang deskripsi dari segi kebahasaan yang mencapai persentase baik ada pada keterpaduan antarparagraf 94% diikuti dengan kerapian 79%, kemudian judul dengan isi 76%, sementara kemampuan siswa yang masih lemah pada mengarang secara keseluruhan 64%
Adapun solusi untuk permasalahan kebahasaan di atas adalah. Tabel 4.10 Solusi Kelemahan Kebahasaan pada siklus Kedua No
Kelebihan Kesesuaian judul dengan Isi (JI)
1
2
Penggunaan dan Penulisan Ejaan
Pilihan kata (Diksi)
Kelemahan Mulai sedikit kelemahan, siswa dapat mendeskripsikan peristiwa tepi pantai di aceh Masih ada yang lupa menuliskan huruf awal kalimat dengan huruf kecil. Ada kosa kata yang
Solusi Latihan kembali dengan contoh peristiwa lain
latihan
Penjelasan/diskusi
3 belum tepat Struktur Kalimat
6
Keterpaduan antarparagraf
Masih ada penulisan struktur kalimat masih salah Keterpaduan antarkalimat masih ada yang belum tepat Belum padu
7
Isi Keseluruhan
Cukup baik
latihan
9
Kerapian
Masih ada coretan
latihan
4
Keterpaduan antarkalimat 5
latihan
Penjelasan ulang tentang paragraf
latihan
4.1.3 Siklus III 4.1.3.1 Perencanaan Peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan ketiga dilengkapi dengan skenario pembelajaran siklus ketiga 1.Pertemuan Pertama (Tindakan III-I) Tindakan III-I ini Aktivitas siswa mengarang deskripsi lebih banyak agar siswa menguasai dan meningkatkan pemahamannya pada karangan deskripsi melalui media gambar 2. Pertemuan ke-2 (Tindakan III-2) Pada tindakan III-2 ini siwa melakukan diskusi antarindividu kemudian setiap siswa membacakan kesimpulannya dan guru memantapkannya. Tabel 4.11 Data Penilaian Perencaan Pembelajaran Siklus Ketiga Siklus I No
Indikator Skor
1 2
Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran Pemilihan materi ajar
3
Pengorganisasian materi ajar
4
Pemilihan sumber /media pembelajaran Kejelasan skenario pembelajaran Kerincian skenario pembelajaran Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran Kelengkapan instrumen
5 6 7 8
Rerata
4 4 4 5 4 5 4 5 35
Catatan Perumusan tujuan baik Relevan relevan Media gambar dikenal siswa Baik Pelaksanaan tepat Relevan Relevan 35:40x100= 87,50
Penilaian perencanaan pembelajaran pada indicator media pembelajaran diperbaiki lebih baik lagi, agar memudahkan siswa dalam mengembangkan karangannya. Mitra memberikan nilai pada indicator media pembelajaran sebesar lima.
Pemilihan media gambar yang sudah dikenal siswa pada siklus kedua lebih ditingkatkan kembali pada pembelajaran pada siklus ketiga. Media gambar yang mudah dideskripsikan oleh siswa memudahkan siswa untuk mengekplorasi karangannya. Aplikasi pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran maka mitra memberikan penilaian pada indikator pemilihan sumber media dan kerincian scenario pembelajaran dengan nilai lima. Penerapan perencanaan pembelajaran sudah sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran maka hasil penilaian perencanaan pembelajaran diperoleh nilai rata-rata penilaian pembelajaran sebesar 87,50 berarti rencana pembelajaran ini baik.
4.1.3.2 Pelaksanaan Pada tindakan pertama seluruh objek penelitian terlihat tidak asing bagi siswa , sehingga siswa hafal urutan yang harus dilakukan dan suasana hidup (aktif). Proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus III dilakukan penilaian aktivitas siswa yang tergambar dalam table berikut
.Tabel 4.12 Penilaian Aktivitas Siswa Siklus Ketiga Kelas X2 dan X3
No
1
Aspek
Rerata aktivitas siswa X2 X3
Kerjasama antarindividu Keantusiasan berdiskusi Keaktifan siswa
3
3
3
3
4
4
4
Teknik memberikan ide/gagasan
4
4
5
Penggunaan waktu
3
3
2 3
Keterangan
Siswa cukup dalam kerjasama antarindividu Siswa cukup antusias dalam diskusi Siswa cukup aktif dalam diskusi Siswa lumayan dalam mengemukakan pendapat, jelas dipahami Pelaksanaan membuat karangan tepat waktu
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mencapai peningkatan, terdapat nilai rata-rata setiap indikator 3 dan 4. Nilai ini menunjukkan adanya perubahan daripada siklus sebelumnya. Peningkatan itu ada pada penyampaian ide dan keaktifan siswa. Kegiatan proses pembelajaran sudah sesuai dengan standar proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran mengarang siswa aktif dalam mengarang dan diskusi dan dalam menyampaikan ide bila siswa memberikan pernyataan sudah dapat dipahami penjelasannya. Penilaian pada aktivitas belajar di kelas X2 mencapai 84,61% sementara aktivitas belajar di kelas X3 mencapai 84,21%
4.1.3.3 Sistem Penilaian Pada tahap evaluasi siklus ketiga, siswa selain diberi lembar tes mengarang diberi juga fotokopi gambar gedung SMAN 4 Metro. Hasil mengarang dipresentasikan atau disimpulkan untuk disampaikan di depan kelas. Hasil uji soal uraian di kelas x2 melalui anates menunjukkan bahwa
reliabilitas mencapai skor 0,45(sedang), validitas 0,573(sedang), tingkat kesukaran 86,36 (sangat mudah) di kelas X3 reliabilitas 0,81(kuat), validitas 0,517 (sedang), tingkat kesukaran 76,25(mudah).
4.1.3.4 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskripsi Pada siklus pertama proses pembelajaran menggunakan media gambar ”Jembatan Ampera”, siswa belum banyak mendeskripsikan jembatan ”Ampera” lebih banyak yang mengakibatkan isi keseluruhan, pengembangan paragraf dan hubungan antarkalimat, penggunaan tanda baca titik dan koma belum baik.
Proses pembelajaran dilanjutkan pada siklus kedua dengan menggunakan media gambar ”Pantai”. Pendeskripsian lebih baik, siswa mulai banyak mendeskripsikan pantai lebih luas karena pantai adalah gambar yang sering dilihat dan imjinasi siswa teringat pada kegiatan yang pernah dialami atau didengan melalui media elektronik atau cetak misalnya bencana ’Tsunami”.
Pada siklus ketiga ini, proses pembelajaran menggunakan media gambar ”Gedung SMAN 4 Metro”, siswa mendeskripsikan gedung ini dengan lebih banyak. Banyak yang diuraikan pada gedung SMAN 4 karena siswa itu sendiri adalah siswa SMAN 4 yang memang lebih paham tentang informasi sekolah itu.
Dengan melihat gambar gedung SMAN 4 siswa langsung dapat mendeskripsikan gambar tersebut. Peneliti mengoreksi hasil karangan siswa, pengembangan paragraf sudah baik. Siswa
memerinci informasi SMAN4 lebih luas, penulisan informasi dalam kalimat sudah saling berhubungan, sudah dapat menempatkan tanda baca dengan baik, sudah dapat membedakan penulisan huruf besar dan kecil. Penulisan karangan sudah tidak ada coretan lagi. Pada tabel di bawah ini tergambar jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dan belum tuntas. Tabel 4.13 Penilaian Tes Kemampuan Menulis Siswa Siklus Ketiga Kelas X2 dan X3
1
75 – 79
18
Persentase (%) 23,37
2
70 – 74
47
61,03
Tuntas
3
65 – 69
9
11,68
Belum Tuntas
4
60 – 64
2
2,59
Belum Tuntas
5
55 – 59
0
0
6
50 - 54
0
0
NO
Rentang Nilai
Frekuensi
Keterangan Tuntas
Data penilaian kemampuan menulis karangan deskripsi, siswa sudah mencapai ketuntasan mengarang sebesat 84,40% berarti terjadi peningkatan penilaian yang signifikan dari siklus II yaitu sebesar 18.17%. Nilai rata-rata yang lebih banyak diperoleh antara 70 sampai dengan 74. 4.3.4 Refleksi Implementasi pembelajaran karangan deskripsi melalui media gambar ternyata menunjukkan peningkatan dari tiap siklus. Pada tindakan III siswa nampak hasil tes kompetensi menulis karangan menunjukkan tidak ada satu pun siswa yang nilainya di bawah 70
Berdasarkan data tabel aktivitas siswa pada tindakan III menunjukkan peningkatan nilai walau tidak terlalu mencolok pada siklus sebelumnya. Penelitian ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan peneliti sebagai observer dari 8 indikator menunjukkan nilai sebaran merata. Sementara itu, dari hasil mengarang siswa pada siklus III, yang termuat dalam distribusi frekuensi juga menunjukkan peningkatan yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang mendapatkan nilai 55-59 tidak ada.(0%), 75-79 ada 18 siswa (23,37%) dan nilai 70-74 sebanyak 47 siswa(61,03%).dan nilai 65-69 sebanyak 9 siswa (11,68%) Bila dibandingkan dengan rata-rata kelas hasil tes mengarang pertama dengan nilai rata-rata tes mengarang ketiga terjadi peningkatan sebesar 32,46% dan bila dibandingkan dengan rata-rata kelas hasil tes mengarang kedua maka terjadi peningkatan sebesar 18,17% maka dapat dikatakan siswa mulai merasakan manfaat pembelajaran karangan deskripsi melalui media gambar. Tabel 4.14 Nilai Rata-Rata Aspek Kebahasaan Siklus Ketiga No
Aspek
1
Kesesuaian Judul dengan Isi (JI)
2
Penggunaan dan Penulisan Ejaan
2,99
4
74,75
3
Pilihan Kata (Diksi)
3,00
4
75,00
4
Struktur Kalimat
2,95
4
73,75
5
Keterpaduan antarkalimat
2,80
4
70,00
No
Aspek
Rata-Rata Skor Persentase Nilai Maksimal (%) 3,05 4 76,25
Rata-Rata Skor Persentase Nilai Maksimal (%) 3,76 4 94,00
6
Keterpaduan antarparagraf
7
Isi keseluruhan
2,59
4
64,75
8
Kerapian
3,19
4
79,75
Keterangan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengarang deskripsi pada aspek kebahasaan mencapai kemampuan yang seimbang yaitu nilai dua dan tiga yang berjumlah empat aspek kebahasaan yang mencapai nilai kurang dan empat aspek yang mempunyai nilai baik. Adapun solusi untuk permasalahan kebahasaan di atas adalah sebagai berikut Tabel 4.15 Solusi Kelemahan Kebahasaan pada siklus Ketiga No 1
2
3
Kelebihan Kesesuaian judul dengan Isi (JI)
Penggunaan dan Penulisan Ejaan
Pilihan kata (Diksi)
4
Struktur Kalimat
5
Keterpaduan antarkalimat
6
Keterpaduan antarparagraf
No
Kelebihan Isi Keseluruhan
7
8
Kerapian
Kelemahan
Solusi
Sebagian kecil yang masih melakukan kesalahan Sebagian kecil yang masih melakukan kesalahan Sebagian kecil yang masih melakukan kesalahan Ada yang masih melakukan kesalahan Ada yang masih melakukan kesalahan Sebagian kecil yang masih melakukan kesalahan Kelemahan
Latihan lebih lanjut melalui media lain
Masih ada pengembangan karangan secara keseluruhan belum Mencapai target Sudah lebih rapi
Berikan contoh dan latihan menulis
Latihan pada materi lain Latihan
latihan latihan latihan
Solusi
Latihan membiasakan menulis bersih
4.2 Pembahasan 4.2.1 Perencanaan Pembelajaran Tujuan penyajian grafik seperti gambar di bawah ini adalah memudahkan bagi pembaca untuk melihat gambaran data penilaian yang dituliskan. Dari data penilaian perencanaan pembelajaran di atas digambarkan juga dalam bentuk gambar di bawah ini
Gambar 4.1 Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus Pertama Keterangan. KPTP : Kejelasan Perumusan Tujuan Pembelajaran PMA : Pemilihan Materi Ajar PMA : Pengorganisasian Materi A PMP : Pemilihan Sumber /Media Pembelajaran KSP :Kejelasan Skenario Pembelajaran KSP :Kerincian Skenario Pembelajaran KTP :Kesesuaian Teknik dengan Tujuan Pembelajaran KI :Kelengkapan Instrumen Ada beberapa temuan dalam perencanaan pembelajaran yang masih kurang tepat. Temuantemuan itu adalah penggunaan frase ajektif yang kurang jelas. Frase ajektif dalam sebuah paragraph jarang dipakai. Kemudian media gambar yang ditayangkan belum dikenal oleh siswa, karena siswa itu sendiri belum pernah melewati jalan layang tersebut. Persiapan pembelajaran yang kurang terpenuhi ditambah dengan penyelesaian mengarang deskripsi tidak tepat waktu,
maka hasil penilaian perencanaan dari mitra guru adalah 3,5. Penilaian tiga koma lima berdasarkan criteria penilaian perencanaan belum mencapai standar yang dibutuhkan. Perencanan pelaksanaan pembelajaran dari hasil penilaian diperbaiki pada siklus kedua.
Hasil siklus kedua menunjukkan indicator waktu sudah diperbaiki, perencanaan pembelajaran pada indicator waktu sudah ditambah, dalam pelaksanaan pembelajaran penyelesaian waktu teratasi. Pelaksanaan pembelajaran disiapkan sedemikian rupa berupa alat-alat pembelajaran sudah disiapkan sebelumnya, Sementara media gambar dipilih yang memang sudah dikenal siswa pada umumnya. Penilaian pada siklus kedua sudah mengalami kenaikan dari 3,50 menjadi 4,00. Penilaian tergambar juga di gambar di bawah ini KPTP PMA 4
PMA
3
PMP
2
KSP
1
KSP
0 KPTP
PMA
KSP
KTP
KTP KI
Gambar 4.2 Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus Kedua Pada siklus ketiga perencanaan sudah lebih baik, karena objek atau model yang siswa lihat lebih nyata dan memang biasa mereka lihat serta sudah paham atas gedung atau sekolah yang mereka lihat. Dari melihat objek sekolah ini siswa dapat mengekplorasi apa yang mereka lihat dan mereka tulis. Mitra memberikan nilai pada perencanaan pembelajaran sebesar 4,5. Nilai ini merupakan nilai lebih baik dari nilai siklus sebelumnya, maka penilaian perencanaan pembelajaran cukup pada siklus tiga saja.
Adapun penjelasan lebih mudah untuk melihat penilaian perencanaan pembelajaran pada siklus ketiga tergambar pada gambar di bawah ini
Gambar 4.3 Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus Ketiga 4.2.2 Pelaksanaan Pada siklus pertama penilaian pelakasanaan pembelajaran yang difokuskan pada aktivitas siswa antara kelas X2 dan X3 pada indicator kerjasama antarindividu menunjukkan saling berkerjasama, mitra memberikan nilai 3. Sementara penilaian penggunaan waktu kolabor memberi nilai 2, karena siswa saat menyelesaikan karangan deskripsi ini, mereka mengulur waktu. Mereka masih penasaran apa yang mereka tulis belum selesai sehingga mereka melakukan itu. Nilai 2 pada penggunaan waktu adalah nilai kurang alias siswa mayoritas pasif dalam proses pembelajaran.
Siswa kelas X2 dan X3 pada aspek keantusiasan berdiskusi, keaktifan siswa dan teknik memberikan ide atau gagasan sama-sama siswa tersebut cukup antusias, aktif dan wajar dan mudah dimengerti dalam menyampaikan ide. Untuk memudahkan penjelasan uraian data penilaian di atas digambarkan dalam bentuk gambar di bawah ini
Gambar 4.4 Penilaian aktivitas Belajar Siswa siklus Pertama Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus pertama, diperoleh dari lembar pengamatan aktivitas siswa meliputi aspek; 1. Kerjasama antarindividu 2. Keantusiasan berdiskusi 3. Keaktifan siswa 4. Teknik memberikan ide/gagasan 5. Penggunaan waktu
Data siklus kedua menunjukkan ada peningkatan pada aspek penggunaan waktu. Penggunaan waktu pada siklus pertama tercapai nilai 2 tetapi pada siklus kedua tercapai nilai 3, berarti terjadi peningkatan nilai satu poin. Siswa sudah memahami kondisi pembelajaran, sehingga mereka dapat membagi waktu antara diskusi dan mengerjakan karangan.
Penggambaran peningkatan aktivitas siswa lebih jelas dapat terlihat dalam grafik di bawah ini.
Gambar 4.5 Penilaian Aktivitas Siswa siklus kedua Pada siklus ketiga aktivitas pembelajaran mengarang siswa bertambah meningkat, khusus pada aspek aktivitas pembelajaran dalam mengarang dan menyampaikan ide atau gagasan dalam proses pembelajaran. Poin aktivitas pembelajaran mengarang dari poin tiga menjadi empat, terjadi kenaikan satu poin. Demikian pula dengan menyampaikan ide dari poin tiga menjadi empat. Siswa sudah dapat mengerti apa yang telah dijelaskan guru dan mengatur kata-kata yang dituliskan.
Sementara aspek kerjasama antarindividu masih tetap yaitu poin tiga, siswa masih selalu bertanya dan mengungkap hal-hal yang belum dimengerti dengan kawannya. Aspek antusias berdiskusi, erat sekali hubungannya dengan kerjasama antarindividu yaitu poin tiga, penilaian stabil dan kondisi kerjasama dan diskusi juga stabil. Aspek penggunaan waktu, siswa masih konsisten dengan tugasnya karena siswa tetap aktif dalam menulis karangan dan tidak ada lagi yang masih santai atau berbicara dengan topik yang lain. Gambaran aktivitas siswa dalam pembelajaran dijabarkan dalam grafik di bawah ini.
4 KK
3
KD
2
KS
1
TMI
0
PW KK
KD
KS
TMI
PW
Gambar 4.6 Penilaian Aktivitas Belajar siswa siklus Ketiga
4.2.3 Sistem Penilaian Sistem evaluasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah memakai instrumen kemampuan menulis karangan deskripsi yang sebelumnya sudah diberi penilaian terlebih dahulu oleh para rater, lalu dilakukan pemilihan gambar yang sesuai dengan usia siswa.
Gambar yang dipilih dalam hal ini adalah Jembatan Layang. Gambar, bagi peneliti sudah dikenal oleh siswa, karena jembatan layang ini sudah dibangun di berbagai provinsi, contoh jembatan layang Natar, jembatan layang Ampera, jembatan layang Semanggi, dan lain-lain .
Gambar jembatan layang dimaksudkan agar siswa dapat mendeskripsikan betapa dahsyat dan luar biasanya karya anak bangsa dapat mencipta sarana jalan pengantar antarwilayah Seberang Ulu dan Ilir atau daerah di propinsi Lampung atau provinsi lain.
Hasil penilaian rencana pembelajaran tercapai 0,75, nilai ini menandakan instrument rencana pembelajaran sangat kuat dan dapat dipakai untuk rencana pembelajaran dengan kata lain tingginya koefisien reliabilitas rating dapat diartikan bahwa pemberian rating yang telah dilakukan oleh masing-masing rater adalah konsisten satu sama lain.
Adapun hasil penilaian tes kemampuan mengarang deskripsi tercapai 0,7. Nilai ini menunjukkan adanya koefisien reliabilitas yang cukup tinggi, menandakan penilaian masing-masing rater cukup konsisten. Penilaian perencanaan pembelajaran oleh para rater hanya dilakukan satu kali namun penilaian perencanaan pembelajaran dilakukan oleh Mitra dilakukan setiap siklus, karena rencana
pembelajaran dengan aplikasi atau pelaksanaan pembelajaran terkadang berbeda. Oleh sebab itu penilaian rencana pembelajaran dilakukan setiap siklus. Penilaian rencana pembelajaran akan dihentikan bila nilai rencana pembelajaran meningkat setiap siklus dan tidak ada skor tiga (3) pada penilaian tersebut.
4.2.4 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskrispi Materi karangan deskripsi melalui media gambar disampaikan cukup jelas. Dalam pembelajaran ini digunakan metode pembelajaran diskusi. Dengan diskusi ini siswa (peserta didik) dibimbing dengan pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas. Melalui media gambar peserta didik dapat menyelesaikan tugas membuat satu karangan deskripsi dari gambar yang dilihat siswa di depan kelas. Dalam tahap pemahaman, pembelajaran diorientasikan pada aktivitas peserta didik. Sebagian besar siswa sudah dapat bekerjasama, hanya beberapa orang saja yang mempunyai ide kurang logis dan sulit dipahami, sementara gambar yang ditayangkan agak sulit dijelaskan karena gambar tersebut belum dikenal oleh siswa, dengan kata lain siswa belum kenal atau belum pernah ada kegiatan yang berhubungan dengan tempat gambar yang ditayangkan. Ini menandakan bahwa siswa dari segi bahasa sedikit tahu atau paham sementara dalam bentuk tulisan atau menjabarkan mereka masih belum dapat menyusun dan menghubungkan kalimat.
Peneliti sebagai fasilitator yang berperan membantu, memberi kemudahan dan membimbing peserta didik dengan sabar dan telaten. Peserta didik masih belum bisa menalarkan hal yang dilihatnya dengan baik. Data tentang hasil belajar peserta didik dari karangan yang dibuat dijaring melalui table dan grafik. Data kemudian dianalisis dengan cara sebagaimana tersebut
dalam alternatif pemecahan. Nilai kompetensi karangan Deskripsi siswa tergambar dalam gambar di bawah ini.
Ganbar 4,7 Prestasi Kemampuan Mengarang Deskripsi
Materi pembelajaran yang dipelajari pada pembelajaran siklus Kedua adalah pembuatan karangan deskripsi melalui media gambar berdasarkan gambar yang memang dikenal siswa. Yang menjadi fokus pembelajaran pada siklus kedua adalah ” Bagaimana pengembangan pendekatan kontruktivistik khususnya dalam mengungkapkan pikirannya untuk pembuatan karangan deskripsi melalui media gambar secara efektif dan menyenangkan”. Pada siklus kedua siswa ditugaskan mengarang kembali dengan gambar berikutnya yaitu ”Pantai”. Gambar suatu tempat yang sudah dikenal siswa. Pada gambar ini siswa diharapkan dapat mendeskripsikan gambar pantai lebih luas . Materi yang didiskusikan di atas diharapkan dikuasai siswa dengan baik, agar siswa sedikit melakukan kesalahan dalam mengarang deskripsi.
Selama proses pembelajaran peneliti melakukan observasi yang ditujukan pada aktivitas dan antusiasme peserta didik. Perbaikan proses pembelajaran dengan memperhatikan kesalahan, kelemahan dan kekurangan pada siklus pertama. Hasil penilaian mengarang deskripsi , siswa terlihat ada peningkatan ketuntasan belajar dari 51,94 pada siklus pertama menjadi 66,23% pada siklus kedua, terjadi kenaikan 14,70%
Gambar 4.8 Prestasi kemampuan Mengarang Deskripsi Siswa
Tindakan yang dilakukan pada siklus kedua hampir sama dengan kegiatan pada siklus pertama. Pada tahap pembuatan karangan deskripsi melalui media gambar, siswa lebih didorong untuk menguasai menulis karangan deskripsi. Pada saat melakukan kegiatan membuat karangan deskripsi siswa dapat menambahkan informasi gambar yang ditayangkan dengan pengalaman yang pernah dialami siswa saat di pantai. Pada dasarnya siswa didorong untuk lebih wajar menuangkan tulisannya. Peneliti masih belum puas dengan hasil nilai yang dicapai siswa.
Pada siklus ketiga siswa dapat mengungkap pengalamannya ke dalam karangan, apa yang diingat dan informasi yang didapat dari melihat gambar gedung SMAN 4. Nilai ketuntsan mengarang deskripsi rata-rata kelas sebesar 84,40% untuk rentang nilai antara 70 hingga 79, hal ini sudah
menunjukkan proses pembelajaran mencapai ketuntasan yang signifikan. Peningkatan ketuntasan pembelajaran ditunjang dari berbagai pihak antara lain pemilihan media pembelajaran, rencana pembelajaran yang baik dan ditunjang siswa yang melaksanakan proses pembeljaran juga ikut mendukung terciptanya proses pembelajaran yang baik.
Aspek Kebahasaan Setiap Siklus 3.19 2.59 3.76 2.80 2.95 3.00 2.99 3.05
3.16 2.56 3.76 2.59 2.75 2.87 2.93 3.05
3.10 2.50 2.20 2.40 2.55 2.75 2.77 3.00 1
2
3
Series1
Series2
Series3
Series4
Series5
Series6
Series7
Series8
Gambar 4.9 Hasil Penilaian Prestasi siswa Keterangan. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kesesuaian judul dengan isi Penggunaan dan penulisan EYD Pilihan kata/Diksi Struktu kalimat Keterpaduan antarkalimat Keterpaduan antarparagraf Isi keseluruhan Menulis karangan dengan rapi dan bersih
Grafik di atas menunjukkan prestasi siswa dalam mengarang deskripsi dari seluruh aspek kebahasaan dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengarang deskripsi pada setiap siklus adanya perubahan atau peningkatan kemampuan. Kemampuan mengarang deskripsi siswa pada
aspek keterpaduan antarkalimat mencapai nilai terendah 2,40, sementara pada siklus ketiga pada aspek yang sama siswa mencapai kenaikan nilai menjadi 2,80. Prestasi kemampuan mengarang deskripsi pada siklus ketiga masi hada satu aspek yang kurang mencapai target 2,59, namun hal ini relatif karena k eseluruhan hasil karangan siswa menunjukkan karangan yang baik.
4.3 Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan dalam penelitian. 1. Isolasi yang kurang melekat di tembok, mengakibatkan berulang kali pasang – lepas 2. Pemanfaatan waktu tidak memadai, terkadang molor.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, perencanaan pembelajaran yang baik, proses pembelajaran menggunakan media gambar sebagai media pembelajaran membuat siswa aktif belajar, didukung dengan sistem penilaian yang baik, mampu meningkatkan prestasi belajar mengarang deskripsi di SMAN 4 Metro. Simpulan ini didasarkan pada temuan sebagai berikut.
a. Penggunaan rencana pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran. Rencana pembelajaran terdapat delapan (8) indikator, setiap indikator dinilai dengan skor maksimal tiga (3) sehingga skor total maksimal adalah empat puluh(40). Pada siklus pertama skor dua puluh delapan (28) dengan rata-rata skor tiga koma lima (3,5) berarti 70% dari skor total masuk katagori sedang, siklus kedua skor 32 dengan rata-rata skor empat (4) berarti delapan puluh persen (80%) dari skor total masuk katagori baik, dan pada siklus ketiga (3) skor tiga puluh lima (35) dengan rata-rata skor empat koma tiga tujuh lima berarti delapan puluh tujuh koma lima (87,5%) dari skor total masuk katagori sangat baik.
b. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan media gambar mampu membuat siswa aktif belajar, pengamatan dilakukan pada 2 kelas, kelas X2 dan X3. Di kelas X2 terdapat 39 siswa dan di kelas X3 terdapat 38 siswa; pada siklus pertama siswa kelas X2 yang aktif 20 siswa berarti 51,28% ,
kelas X3 siswa yang aktif 20 siswa berarti 52,63%, jadi rerata siswa yang aktif pada siklus pertama 51,95% katagori kurang aktif; pada siklus kedua siswa kelas X2 yang aktif 25 siswa berarti 64,10%, siswa kelas X3 yang aktif 26 siswa berarti 68,42% jadi rerata siswa yang aktif pada siklus dua 66,26% katagori sedang, siklus ketiga siswa kelas X2 yang aktif 33 siswa berart 84,61%, siswa kelas X3 yang aktif 84,21%, jadi rerata siswa yang aktif pada siklus ketiga 84,41% katagori sangat aktif.
c. Sistem penilaian dilaksanakan sesuai prosedur, soal tes yang digunakan untuk mengukur prestasi mengarang deskripsi dibuat melalui tahapan pembuatan soal yang didiskusikan melalui beberapa ahli dalam bidang bahasa. Hasil diskusi dianalisis dengan mencari realibitas dan validitas. Hasil reliabilitas dan validitas 0,7 katagori kuat. Soal bentuk uraian diujicoba, hasil ujicoba dianalisis menggunakan anates. Tingkat Kesukaran Prop.Correct (P) kriteria sedang; Daya beda (D) kriteri sedang; reliabilitas (alpha) kriteria cukup; validitas kriteria baik, pada siklus pertama (I) dari 8 soal valid 7 soal, pada siklus dua (II) dari 8 soal valid 5 soal, pada siklus ketiga dari 8 soal valid 8 soal. Siklus pertama nilai validitas 0,57 cukup, reliabilitas nilai 0,89 tinggi, tingkat kesukaran 67,05 sedang; Siklus Kedua nilai validitas 0,58 cukup, reliabilitas 0,83 tinggi, tingkat kesukaran 62,50 sedang; Siklus ketiga nilai validitas 0,29, reliabilitas 0,45, tingkat kesukaran 71,59 mudah. Semua aspek ada yang meningkat maupun menurun setiap siklus, tetapi bila diinterpretasikan tingkat validitas dan reliabilitas sedang, sementara tingkat kesukaran makin tinggi menandakan soal itu mudah ada hubungannya dengan gambar yang mudah dimengerti oleh siswa.
d. Prestasi belajar siswa yang menggunakan media a sebagai media pembelajaran mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, Prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan jumlah siswa yang tuntas belajar, yaitu jumlah siswa yang setelah mengikuti tes memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 70. Pengamatan dilakukan pada 2 kelas, kelas X2 dan X3. Di kelas X2 ada 39 siswa dan di kelas X3 ada 38 siswa; pada siklus pertama siswa kelas X2 yang tuntas 20 siswa berarti 51,28%, kelas X3 yang tuntas 20 siswa berarti 52,63%, jadi rerata siswa yang tuntas pada siklus pertama 51,95%; pada siklus kedua siswa yang tuntas di kelas X2 25 siswa berarti 64,10%, kelas X3 yang tuntas 25 siswa berarti 65,78%, jadi rerata siswa yang tuntas pada siklus kedua 64,94%; siklus ketiga siswa yang tuntas di kelas X2 33 siswa berarti 84,61%, kelas X3 yang tuntas 33 siswa berarti 86,84%, jadi rerata siswa yang tuntas pada siklus ketiga 85,72%. Prestasi belajar siswa meningkat setiap siklus dan jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan maka pada siklus ketiga jumlah siswa yang tuntas lebih dari indikator yang ditetapkan 70%
5.2 Saran-saran Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian yang didukung dengan adanya temuan-temuan tersebut di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut. 1. Sebaiknya guru dapat menerapkan penggunaan media gambar yang mudah diinterpretasikan atau gambar yang banyak dikenal siswa agar mudah dideskripsikan dalam bentuk tulisan .
2. Hendaknya para guru mau membangun budaya tidak puas menggunakan satu metode tertentu saja, sehingga disarankan mengambil dari pengalaman mengajar untuk menjadi kreatif guna menemukan dan menciptakan model pembelajaran atau media baru . Hal ini dimaksudkan sebagai upaya guru dalam memotivasi siswa dalam proses pembelajaran melalui media lain.