BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK
Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah penetapan batas laut yang lebih tepatnya Zona Ekonomi Eksklusif dari Negara Indonesia dan Palau. Dalam bab ini akan dijelaskan proses dalam penetapan batas laut dari kedua negara tersebut. Proses penetapan batas laut antara Negara Indonesia dan Palau ini dilakukan diatas peta dasar. Berikut akan dijelaskan berbagai tahapan yang dilakukan dalam penentuan batas laut antara kedua negara ini:
3.1
Pengumpulan Data dan Dokumen Pendukung
Dalam tahapan ini dilakukan pengumpulan berbagai data-data dan dokumen dari berbagai sumber yang akan diolah dan diambil informasinya agar diperoleh suatu solusi dalam penetapan batas laut. Data yang dipakai adalah peta digital yang memuat wilayah ZEE Indonesia di Samudera Pasifik, dan dokumen yang digunakan adalah berbagai perjanjian dan peraturan dunia tentang penentuan batas laut antara negara. Dokumen-dokumen tersebut antara lain UNCLOS 1982, TALOS edisi ke-4, makalah tentang Prinsip Penentuan Batas Negara Menggunakan Prinsip Ekudistan dan Proporsionalitas, dan beberapa artikel dari internet tentang masalah batas negara di Indonesia. Dokumen UNCLOS 1982 digunakan sebagai dasar hukum dari pembuatan Peta . Dokumen TALOS edisi ke-4 terdapat pembahasan mengenai penarikan garis ekuidistan besrta penurunannya. Makalah tentang Prinsip Penentuan Batas Negara Menggunakan Prinsip Ekuidistan dan Proporsionalitas terdapat pembahasan tentang metode yang dapat digunakan dalam penentuan batas ZEE antara Indonesia dan Palau.
22
3.2
Penentuan Peta Dasar dan Program Aplikasi yang Digunakan
Peta dasar yang akan digunakan harus mempunyai sistem yang sama pada seluruh area yang akan ditentukan batasnya. Hal ini diharuskan dengan tujuan untuk meminimalkan terjadinya kembali perbedaan pendapat dan konflik batas antara negara yang berbatasan tersebut. Selain itu, pemilihan skala peta, sistem proyeksi, datum geodetik, serta elipsoid referensi yang digunakan seharusnya sudah mempunyai standar internasional dan memenuhi dasar hukum untuk penentuan batas laut kedua negara tersebut. Peta dasar yang digunakan diperoleh dari Bakosurtanal. Peta tersebut adalah peta dijital yang berupa Peta Zona Ekonomi Eksklusif No. 12 dengan skala 1 : 1.000.000, Peta Zona Ekonomi Eksklusif No. 13, dengan skala 1 : 1.000.000, Peta Zona Ekonomi Eksklusif No. 14, dengan skala 1 : 1.000.000 hasil survei Dishidros TNIAL. Indeks dari lokasi peta zona ekonomi eksklusif tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1. Serta peta No. 763 buatan The United Kingdom Hydrographic Office dengan skala 1 : 1.500.000, dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.1 Peta Indeks Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
23
Gambar 3.2 Peta No. 763
Selain peta dasar, beberapa program aplikasi harus disiapkan untuk proses penentuan batas laut ini karena pengerjaannya akan dilakukan secara digital. Software yang digunakan adalah AutoCAD Land Enabled Map 2009 dan ArcGIS 9.3.
3.3
Penentuan Titik Dasar dan Garis Pangkal di Kedua Negara
Setelah mendapatkan peta dasar yang akan digunakan selanjutnya dilakukan proses georeferencing dengan software ArcGIS 9.3. Proses ini dilakukan dengan menentukan titik sekutu dari masing-masing peta dasar. Hasil dari proses tersebut adalah sebuah peta dijital yang sudah bergeoreferensi. Selanjutnya dilakukan proses digitasi titik-titik dasar yang secara visual terdapat pada ketiga peta indeks ZEE Indonesia. Sedangkan pada peta No. 763 tidak terdapat visualisasi lokasi titik-titik dasar negara Palau, sehingga proses penentuan titik-titik dasar negara Palau dilakukan secara manual. Diperlukan kejelian agar tidak merugikan wilayah negara Palau. Hasil georeferensi dapat dilihat pada gambar 3.3.
24
Gambar 3.3 Peta hasil georeferensi
Karena Indonesia dan Palau keduanya merupakan negara kepulauan, maka garis pangkal yang banyak dipakai adalah garis pangkal kepulauan. Garis pangkal biasa digunakan jika konfigurasi pantainya tidak ekstrim atau berada pada perubahan arah umum garis pangkal kepulauan. Seperti ditunjukkan pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Garis pangkal kepulauan dan garis pangkal biasa
25
Proses penarikan garis pangkal baik garis pangkal kepulauan maupun garis pangkal biasa untuk kedua negara dilakukan dengan software ArcGIS 9.3. Hasil digitasi titiktitik dasar dan garis pangkal dari kedua negara ditunjukkan pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 Titik-titik dasar dan garis pangkal Indonesia - Palau
Berikut adalah daftar koordinat titik dasar Indonesia berdasarkan PP 38/2002 dan koordinat titik dasar Palau hasil digitasi. Tabel 3.1 Daftar koordinat titik dasar Indonesia
Daftar Koordinat Titik Dasar Indonesia No. TD Lintang Bujur TD 056A 05° 33' 57" U 126° 35' 29" T TD 057A 04° 46' 18" U 127° 08' 32" T TD 057 04° 45' 39" U 127° 08' 44" T TD 058A 04° 38' 38" U 127° 09' 49" T TD 058 04° 37' 36" U 127° 09' 53" T TD 059 03° 45' 13" U 126° 51' 06" T TD 060 02° 38' 44" U 128° 34' 27" T TD 061A 02° 25' 39" U 128° 41' 57" T TD 062 01° 34' 44" U 128° 44' 14" T TD 063 00° 43' 39" U 129° 08' 30" T TD 065 00° 32' 08" U 130° 43' 52" T 26
TD 066 TD 066A TD 070 TD 070A TD 071 TD 072 TD 072A
01° 05' 20" U 01° 04' 28" U 00° 20' 16" S 00° 20' 34" S 00° 21' 42" S 00° 56' 22" U 00° 55' 57" U
131° 15' 35" T 131° 16' 49" T 132° 09' 34" T 132° 25' 20" T 132° 43' 01" T 134° 17' 44" T 134° 20' 30" T
Tabel 3.2 Daftar koordinat titik dasar Palau
Daftar Koordinat Titik Dasar Palau No. TD Lintang Utara Bujur Timur PL 01 5° 21' 32'' 132° 13' 1.2'' PL 02 4° 39' 56.52'' 131° 57' 29.88'' PL 03 2° 59' 24.36'' 131° 10' 54.84'' PL 04 2° 46' 35.04'' 131° 44' 40.92'' PL 05 2° 46' 30.36'' 131° 45' 25.56'' PL 06 2° 46' 36.12'' 131° 46' 5.16'' PL 07 2° 46' 58.44'' 131° 46' 47.28'' PL 08 2° 47'' 24' 131° 47' 24'' PL 09 2° 47' 49.2'' 131° 47' 49.2'' PL 10 2° 48' 20.16'' 131° 48' 20.16'' PL 11 2° 48' 56.88'' 131° 48' 20.16'' PL 12 2° 52' 50.52'' 131° 50' 29.76'' PL 13 2° 55' 30.72'' 131° 51' 25.92'' PL 14 4° 17' 30.48'' 132° 19' 0.48'' PL 15 4° 18' 45.72'' 132° 19' 40.8'' PL 16 4° 20' 0.6'' 132° 13' 30.72'' PL 17 5° 21' 0.36'' 132° 14; 43.08'' PL 18 6° 52' 31.8'' 134° 7' 49.08'' PL 19 7° 18' 19.8'' 134° 35' 43.08''
3.4
Penarikan Garis Batas Laut ZEE
Setelah langkah-langkah di atas dilakukan, selanjutnya adalah menarik garis batas ZEE Indonesia – Palau di atas peta dasar dengan menggunakan software AutoCAD Land Enabled Map 2009. Dari garis pangkal kepulauan kedua negara seperti pada gambar 3.5 dilakukan penarikan garis batas laut sejauh 200 mil laut untuk mendapatkan garis batas ZEE. Namun ada bagian dari Samudera Pasifik yang lebarnya kurang dari 400 mil laut atau dengan kata lain terdapat wilayah ZEE antara 27
kedua negara yang bertampalan, sehingga seperti dijelaskan pada Dasar Teori akan diterapkan prinsip ekuidistan dan prinsip proporsionalitas sebagai solusi dalam memecahkan permasalahan ini. Prinsip ekuidistan yang digunakan adalah konsep lingkaran dan konsep bisek. Pada konsep lingkaran garis yang membentuk median line adalah dua garis ekuidistan (jari-jari pada bagian yang menyinggung garis pangkal kedua negara), sedangkan garis yang membentuk median line dengan menggunakan konsep bisek adalah tiga garis ekuidistan. Sedangkan pada prinsip proporsionalitas akan digunakan konsep bisek dengan memperhatikan kondisi geografis dari kedua negara seperti perbandingan luas negara ataupun perbandingan panjang garis pantai negara kepulauan.
3.4.1
Prinsip Ekuidistan Dengan Konsep Lingkaran
Konsep lingkaran merupakan penerapan prinsip ekuidistan dimana lingkaran yang terbentuk menyinggung garis pangkal kedua negara yang berbatasan. Kemudian median line dibentuk dengan menghubungkan pusat-pusat lingkaran tersebut dalam rangkaian garis lurus. Penarikan garis batas dengan menggunakan prinsip ekuidistan konsep lingkaran dapat dilihat pada gambar 3.6.
28
Gambar 3.6 Penarikan garis batas dengan menggunakan prinsip ekuidistan konsep lingkaran
Dari gambar 3.6 dapat dilihat bahwa lingkaran yang dibentuk merupakan persinggungan antara garis pangkal kepulauan Indonesia dengan garis pangkal kepulauan Palau. Garis berwarna merah adalah garis median line yang terbentuk oleh titik-titik pusat lingkaran dan lingkaran berwarna keoranyean adalah lingkaran yang digunakan dalam proses tersebut. Daftar koordinat garis batas laut yang dihasilkan dengan prinsip ekuidistan metode lingkaran dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Daftar koordinat garis batas laut prinsip ekuidistan metode lingkaran
Daftar Koordinat Batas Laut Indonesia-Palau Prinsip Ekuidistan Metode Lingkaran ID Lintang Utara Bujur Timur o QL01 4 45’ 55.8’’ 129o 27’ 54.72’’ QL02 3o 42’ 25.2’’ 129o 45; 26.64’’ QL03 2o 42’ 24.84’’ 129o 56’ 23.64’’ QL04 2o 1’ 58.8’’ 130o 8’ 6.72’’ QL05 2o 1’ 55.92’’ 131o 3’ 57.96’’ QL06 1o 55’ 53.76’’ 131o 30’ 6.84’’ 29
QL07 QL08 QL09 QL10
3.4.2
1o 50’ 42’’ 1 36’ 19.08’’ 2o 51’ 50.76’’ 3o 25’ 53.4’’ ’
131’ 48’ 11.52’’ 132o 43’ 25.68’’ 133o 54’ 21.24’’ 134o 41’’ 40.92’’
Prinsip Ekuidistan Dengan Konsep Bisek
Konsep bisek merupakan penerapan prinsip ekuidistan dimana titik belok yang terbentuk merupakan perpotongan antara dua garis tengah pada garis yang menghubungkan tiga titik dasar pada kedua negara. Kemudian median line dibentuk dengan menghubungkan titik-titik belok tersebut dalam rangkaian garis lurus. Penarikan garis batas dengan menggunakan prinsip ekuidistan konsep bisek dapat dilihat pada gambar 3.7.
Gambar 3.7 Penarikan garis batas dengan menggunakan prinsip ekuidistan konsep bisek
Dari gambar 3.7 dapat dilihat bahwa garis yang berwarna ungu merupakan garis ekuidistan yang membentuk median line pada konsep bisek dan warna merah adalah garis median line yang terbentuk dari metode bisek. Garis pembentuk titik belok ini
30
diperoleh dari hasil penarikan titik-titik dasar terdekat antara kedua garis pangkal kepulauan. Daftar koordinat garis batas laut yang dihasilkan dengan prinsip ekuidistan metode bisek dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4 Daftar koordinat garis batas laut prinsip ekuidistan metode bisek
Daftar Koordinat Batas Laut Indonesia-Palau Prinsip Ekuidistan Metode Bisek ID Lintang Utara Bujur Timur QB01 5o 27’ 34.56’’ 129o 24’ 14.76’’ QB02 5o 3’ 21.96’’ 129o 40’ 51.6’’ QB03 4o 59’ 20.4’’ 129o 41’ 25.08’’ QB04 4o 48’ 56.52’’ 129o 37’ 32.52’’ QB05 4o 38’ 32.28’’ 129o 33’ 39.6’’ o QB06 2 48’ 51.84’’ 129o 52’ 39.36’’ QB07 2o 42’ 24.84’’ 129o 56’ 23.64’’ QB08 2o 16’ 53.76’’ 129o 57’ 33.84’’ QB09 1o 51’ 24.48’’ 130o 9’ 41.76’’ QB10 1o 44’ 54.24’’ 131o 1’ 52.24’’ QB11 1o 39’ 18’’ 131o 14’ 16.8’’ QB12 1o 5’ 27.84’’ 131o 30’ 42.84’’ QB13 1o 55’ 40.44’’ 131o 31’ 45.84’’ o QB14 1 13’ 20.64’’ 131o 58’ 9.84’’ QB15 1o 12’ 38.16’’ 132o 14’.52.44’’ QB16 2o 16’ 23.52’’ 133o 11’ 28.32’’ QB17 2o 37’ 12’’ 133o 18’ 32.04’’ QB18 2o 37’ 0.48’’ 133o 19’ 54.84’’ QB19 3o 8’ 26.88’’ 133o 17’ 35.88’’ QB20 3o 54’ 12.6’’ 134o 14’ 8.88’’ QB21 4o 7’ 6.6’’ 134o 28’ 5.88’’
31
3.4.3
Prinsip Proporsionalitas
Pada metode ini mirip dengan prinsip ekuidistan dengan konsep bisek, hanya saja unsur geografis dari kedua negara diperhatikan untuk diberikan pembobotan. Pembobotan ini digunakan sebagai penentu lokasi titik balik pada garis pembentuk titik belok pada garis bisek sesuai dengan bobot yang diberikan. Dengan pemberian bobot ini maka posisi median line akan lebih mendekat ke arah negara yang bobotnya lebih kecil. Dari perbandingan panjang garis pantai Indonesia dengan panjang garis pantai Palau sebenarnya diperoleh nilai perbandingan 62,66:1 seperti terlihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Profil Negara Indonesia dan Palau
Profil
Nama resmi negara
The Republic of Palau
The Republic of Indonesia
Luas negara
± 459 km2
± 1.919.440 km2
Panjang pantai
± 1.519 km
± 95.181 km
70 21’ LU dan 1340 28’ BT
60 10’ LU dan 1060 50’ BT
Posisi
(Diolah dari Wikipedia tahun 2012 dan numbersandstatistic tahun 2009.)
Namun nilai perbandingan ini dirasa terlalu besar dan jika digambarkan maka wilayah ZEE Indonesia akan berada dalam wilayah laut teritorial Palau. Maka dipakai nilai perbandingan penuh yang lebih logis sesuai dengan UNCLOS 1982 pasal 47 ayat 1, yaitu 90:10 dan dikarenakan ekuidistan merupakan prinsip proporsionalitas dengan perbandingan 50:50 maka digambarkan nilai perbandingan di antara 90 dan 50 yaitu nilai perbandingannya 70:30. Penarikan garis batas dengan menggunakan prinsip proporsionalitas dengan bobot 90:10 dapat dilihat pada gambar 3.8.
32
Gambar 3.8 Penarikan garis batas dengan menggunakan prinsip proporsionalitas 90:10
Dari gambar 3.8 dapat dilihat bahwa garis yang berwarna ungu merupakan garis proporsionalitas dengan bobot 90:10
yang membentuk garis batas laut ZEE
Indonesia – Palau. Namun ada pada penarikan garis proporsionalitas dengan bobot 90:10 ini terdapat segmen garis ZEE Indonesia yang sedikit memotong wilayah batas teritorial Palau (gambar 3.9).
33
Gambar 3.9 Segmen garis ZEE Indonesia yang memotong wilayah laut teritorial Palau
Warna hijau merupakan garis batas wilayah laut teritorial Palau sedangkan garis berwarna ungu merupakan garis proporsionalitas dengan bobot 90:10
yang
membentuk garis batas laut ZEE Indonesia – Palau. Sedangkan menurut UNCLOS 1982 jika lebar laut antara dua negara lebih dari 24 mil laut maka batas wilayah laut teritorial ditarik sejauh 12 mil laut secara mutlak. Sehingga dalam kasus ini garis batas pada segmen tersebut penarikannya ditarik antar batas laut teritorial kedua negara (gambar 3.10).
34
Gambar 3.10 Segmen Batas ZEE Indonesia ditarik antar batas laut teritorial
Daftar koordinat garis batas laut yang dihasilkan dengan prinsip proporsionalitas 90:10 dapat dilihat pada tabel 3.6. Tabel 3.6 Daftar koordinat garis batas laut prinsip proporsionalitas 90:10
Daftar Koordinat Batas Laut Indonesia-Palau Prinsip Proporsionalitas 90:10 ID Lintang Utara Bujur Timur P901 4o 23’ 7.08’’ 131o 22’ 27.48 ‘’ P902 3o 54’ 25.2’’ 131o 7’ 46.2’’ P903 3o 49’ 12’’ 131o 5’ 53.52‘’ P904 3o 3’ 57.6’’ 130o 44’ 56.04’’ P905 2o 57’ 18’’ 130o 55’ 15.6’’ o P906 2 56’ 0.6’’ 130o 56’ 0.6’’ P907 2o 50’ 54.6’’ 130o 56’ 14.64’’ P908 2o 45’ 48.6’’ 130o 58’ 40.44’’ P909 2o 44’ 40.56’’ 131o 8’ 12.48’’ P910 2o 33’ 8.28’’ 131o 38’ 36.24’’ P911 2o 27’ 21.6’’ 131o 39’ 9.36’’ P912 2o 26’ 58.2’’ 131o 40’ 38.64’’ P913 2o 28’ 14.88’’ 131o 49’ 3.72’’ o P914 2 28’ 6.6’’ 131o 52’ 24.24’’ P915 2o 32’ 0.6’’ 131o 57’ 8.28’’ P916 3o 16’ 35.76’’ 132o 13’ 43.68’’ P917 3o 20’ 29.4’’ 132o 18’ 28.08’’ P918 3o 57’ 56.88’’ 132o 31’ 10.92’’ 35
Penarikan garis batas dengan menggunakan prinsip proporsionalitas dengan bobot 70:30 dapat dilihat pada gambar 3.11.
Gambar 3.11 Penarikan garis batas dengan menggunakan prinsip proporsionalitas 70:30
Dari gambar 3.12 dapat dilihat bahwa garis yang berwarna ungu merupakan garis proporsionalitas dengan bobot 70:30
yang membentuk garis batas laut ZEE
Indonesia – Palau. Daftar koordinat garis batas laut yang dihasilkan dengan prinsip proporsionalitas 70:30 dapat dilihat pada tabel 3.7. Tabel 3.7 Daftar koordinat garis batas laut prinsip proporsionalitas 70:30
Daftar Koordinat Batas Laut Indonesia-Palau Prinsip Proporsionalitas 70:30 ID Lintang Utara Bujur Timur o P701 5 14’ 2.76’’ 130o 39’ 23.04’’ P702 5o 10’ 38.28’’ 130o 41’ 43.44’’ P703 5o 8’ 13.56’’ 130o 42’ 3.96’’ P704 4o 53’ 39.84’’ 130o 36’ 37.8’’ P705 4o 39’ 6.12’’ 130o 31’ 11.61’’ P706 4o 3’ 54.72’’ 130o 14’ 53.52’’ o P707 3 48’ 15.12’’ 130o 9’ 16.56’’ 36
3o 13’ 4.08’’ 2o 53’ 4.92’’ 2o 49’ 12.72’’ 2o 33’ 54.36’’ 2o 18’ 36.72’’ 2o 15’ 12.24’’ 2o 6’ 13.68’’ 2o 16’ 10.56’’ 2o 16’ 27.12’’ 1o 50’ 47.76’’ 1o 50’ 22.56’’ 2o 2’ 4.2’’ 2o 36’ 44.64’’ 2o 48’ 33.84’’ 3o 17’ 34.8’’
P708 P709 P710 P711 P712 P713 P714 P715 P716 P717 P718 P719 P720 P721 P722
3.5
129o 52’ 58.08’’ 130o 23’ 57.48’’ 130o 26’ 12.12’’ 130o 26’ 54.24’’ 130o 34’ 10.92’’ 130o 58’ 55.92’’ 131o 26’ 26.52’’ 131o 35’ 56.4’’ 131o 37’ 24.96’’ 131o 53’ 36.6’’ 132o 3’ 38.52’’ 132o 17’ 51.36’’ 132o 30’ 45.36’’ 132o 44’ 52.08’’ 132o 54’ 51.12’’
Luas ZEE Indonesia
Dari hasil garis batas laut ZEE pada tahapan di atas maka perhitungan luas ZEE Indonesia diperoleh dengan bantuan software ArcGIS 9.3. Hasil luas ZEE Indonesia dapat dilihat pada tabel 3.8. Tabel 3.8 Hasil luas ZEE Indonesia
Metode
Luas ZEE (Km2)
Ekuidistan bisek
213401.219
Ekuidistan lingkaran
200130.502
Proporsionalitas 90:10
258099.204
Proporsionalitas 90:10 (penyesuaian)
257865.802
Proporsionalitas 70:30
233789.039
37