BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1 Definisi Perancangan •
Kegiatan mencipta, membuat atau mendesain suatu benda produk dengan berbagai pertimbangan dan analisa (ITS, 2001)
•
Mengatur
atau menata sesuatu dengan keinginan. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia III hlm 815) 2.1.2 Definisi SOHO SOHO adalah singkatan dari ‘Small Office, Home Office’, yaitu: tren bekerja di dalam rumah. (Imelda Akmal. 2010) Dari uraian di atas dapat disimpulkan definisi SOHO adalah sebuah hunian, yaitu rumah atau apartemen, yang menggabungkan fungsi tempat tinggal dengan kantor sehingga di dalamnya dilengkapi dengan fasilitas penunjang kantor. Konsep SOHO ini memungkinkan para pemilik dan pengguna unit apartemen untuk menggunakan unit apartemennya sebagai unit hunian ataupun sebagai unit kantor dengan izin yang legal. Menurut Imelda Akmal, 2010 (dalam buku SOHO Seri Rumah Ide hlm 15), Semakin banyak profesi yang cocok dengan konsep SOHO, yaitu jenis profesi yang tidak terlalu menuntut jam kerja tetap dan berada di belakang meja setiap saat (fleksibel). Contohnya adalah profesi yang bergerak dibidang kreatif seperti arsitek, desainer, grafis, penulis, fotografer, koki, pemusik, dan masih ada segudang profesi kreatif lainnya yang tumbuh makin marak dalam kurun 5 tahun terakhir.
11
12 Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan SOHO Plus Minus SOHO Kelebihan
Kekuarangan
Efisiensi waktu dan biaya (tak perlu sewa tempat), tak butuh waktu lama untuk mencapai tempat kerja)
Harus siap mendisiplinkan diri karena tidak ada aturan jam kerja yang mengikat
Biasa dekat dengan keluarga
Harus siap dengan tambahan biaya listrik, air, dan jaringan komunikasi
Fleksibel mengatur waktu istirahat (bahkan bisa tidur siang disela-sela jam istirahat)
Harus siap dengan area parkir tambahan, jika pegawai membawa kendaraan
Sumber: Buku SOHO Seri Rumah Ide Hlm 15
Menurut Imelda Akmal, 2010 (dalam buku SOHO Seri Rumah Ide hlm 32 - 33), Hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan Orientasi dan sirkulasi ruang dalam SOHO: • Hitung jumlah pengguna • Data kebutuhan furniture • Mengatur sirkulasi ruang • Memilih furniture yang sesuai dengan ukuran ruang • Mengatur tata letak furniture • Memilih pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan Yang terpenting dalam mendesain SOHO adalah pembatasan antara area kantor dengan area hunian, seperti diberi sekat antara kantor dengan ruangan lain. Pemberian batasan tersebut diharapkan bisa memunculkan aura profesionalisme yang tertuang dalam ketersediaan ruang sebagai sebuah kantor. Dengan begitu tidak akan memunculkan kesan bekerja dari rumah bisa dilakukan sesuka hati. Akibat positif SOHO adalah efisiensi ruang dan waktu, percepatan proses, peningkatan kinerja dan reduksi biaya. Akibat negatifnya adalah hilangnya sejumlah fungsi, struktur dan aktivitas serta ketergantungan
13 terhadap teknologi. Lingkungan dan budaya kerja akan berubah secara drastis, apabila tidak disikapi dengan bijaksana oleh manajemen akan menimbulkan shock, friksi dan resistensi karena harus senantiasa beradaptasi. Tabel 2.2 Perbandingan Tipe Hunian untuk SOHO No
Tipe Hunian
1
Rumah di lingkungan perumahan
2
3
Apartemen / Rumah Susun
Town House
Perbandingan Tipe Hunian untuk SOHO Kelebihan (+) Kekuranagan (-) Dekat dengan fasilitas publik Berisiko menggangu tetangga Suasana Lingkungan Mendukung Jika pembagian ruang untuk Cocok untuk Keluarga tempat tinggal dan bekerja kurang jelas, aktivitas kantor Suami atau istri bisa bekerja dari dapat menggangu kenyamanan rumah sambil mengurus penghuni keluarga Bisa direnovasi sesuai kebutuhan rumah dan kantor Fleksibel untuk berbagai bidang pekerjaan, baik sendiri atau bersama pegawai
-
Lokasi strategis di tengah kota
Berada di gedung tinggi, jumlah unit cukup banyak sehingga kemungkinan lebih sulit dicari jika ada tamu klien yang berkunjung Luas terbatas
Fasilitas penunjang lengkap, mendukung berbagai aktivitas di satu tempat Memiliki pilihan luas dan desain sesuai kebutuhan Cocok untuk pekerjaan kreatif yang bisa dilakukan sendiri dengan fleksibel Lokasi strategis di tengah kota Memiliki citra eksklusif Sistem keamanan lebih terjaga
Kurang leluasa untuk bekerja dengan beberapa orang Sulit mengganti desain rumah Unit dan penghuni sedikit, sosialisasi dengan tetangga terbatas
Lingkungan tenang dan nyaman
No
Tipe Hunian
Desain unit umumnya sudah dilengkapi ruang kerja
-
Kelebihan (+)
Kekuranagan (-) Hunian berada di lantai atas sehingga gerak penghuni lebih terbatas Lokasi di tepi jalan raya menimbulkan kebisingan
Lokasi sesuai untuk peruntukan kantor
4
Rumah Kantor (Rukan)
Kesan lebih formal dan profesional Ruang untuk kantor sudah disediakan, siap digunakan Cocok untuk bekerja dengan beberapa orang
Sumber: Buku SOHO Seri Rumah Ide Hlm 17
-
14 2.1.3 Definisi Apartemen • Menurut kamus umum bahasa Indonesia, Apartemen adalah bangunan bertingkat yang terdiri dari beberapa kamar yang diperuntukan untuk tempat tinggal dan biasanya mempunyai beberapa jenis semacam itu. • Apartemen adalah ruang atau beberapa ruang yang dirancang sebagai tempat tinggal dimana satu atau beberapa ruangannya sama dalam satu gedung,
definisi
apartemen
tersebut
berdasarkan
Dictionary
of
Architecture and Cunstruction.
2.1.4 Definisi Kantor Dalam sebuah kantor terdapat aktivitas yang sama yaitu ‘bekerja’. Perbedaanya terletak pada jenis pekerjaan yang dilakukan, cara melakukan serta kebutuhan-kebutuhan lain dalam proses pekerjaan tersebut. Perbedaanperbedaan inilah yang harus diakomodasi oleh sbuah desain. Menurut Philips, Derek (2004) menyatakan bahawa kantor adalah salah satu fungsi dimana persoalan visual sangat penting sehingga pencahayaannya harus memenuhi persyaratan tingkay iluminasi dan kesialuan. Hal-hal lain yang juga penting adalah view keluar. Jadi sudah merupakan kebutuhan dalam desain untuk menyediakan ruangan dengan tingkat iluminasi yang sesuai dengan kegiatan yang berlangsung di dalam ruangan itu. Jenis aktivitas yang beragam dalam sebuah kantor, seperti bekerja dengan menggunakan komputer, kegiatan menulis, membaca, rapat, kegiatan teknis dengan tingkat ketelitian yang tinggi, tentu membutuhkan pencahayaan yang berbeda. Demikian pula dengan tingkat kesialuan harus direduksi sampai sekecil mungkin agar berbagai kegiatan di dalamnya berjalan dengan baik.
15 Pengertian Tata Ruang, menurut George R. Terry (dalam Jurnal Anita B. Wandanaya dan Meta Amalya Dewi, 2010) yang menyatakan sebagai berikut : “ Office layout is the determination of space requirement and the detailed utilization of this space in order to provide a practical arrangement of the physical factors considered necessary for the execution of the office work within reasonable cost “ (tata ruang kantor adalah penentuan mengenai kebutuhan-kebutuhan ruang dan tentang penggunaannya secara terperinci dari ruangan tersebut untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktorfaktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak). Istilah Tata Ruang Kantor sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu Office Layout atau sering disebut juga Layout saja. Tata Ruang Kantor adalah pengaturan perabotan , mesin, dan sebagainya di dalam ruangan yang tersedia. Ada beberapa ahli yang mendefenisikan Tata Ruang Kantor diantaranya sebagai berikut: “Lingkungan fisik atau Tata Ruang Kantor adalah suatu yang berada di sekitar pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara, suara serta musik yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan “ (Moekijat 1997) Sedangkan menurut The Liang Gie (1981) lingkungan fisik merupakan segenap faktor fisik, yang bersama-sama merupakan suatu suasana fisik yang melingkupi suatu tempat kerja. Menurut George Terry (dalam buku The Liang Gie, 1981) menyatakan “Tata Ruang Kantor adalah penentuan mengenai kebutuhankebutuhan dalam penggunaan ruang secara terperinci dari ruang ini untuk
16 menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak” Menurut Littlefield and Peterson menyatakan “Tata Ruang Kantor dapat dirumuskan sebagai penyusunan perabotan dan alat perlengkapan pada luas lantai yang tersedia”(1956:117) Bahkan ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa lokasi fisik atau Tata Ruang tempat orang bekerja mempunyai pengaruh terhadap produktivitas dan sikap antara karyawan yang satu dan yang lainnya.
2.1.5 Definisi Industri Kreatif Definisi industri kratif, menurut Departemen Perdagangan pada studi pemetaan industri kreatif tahun 2007 dalam buku Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 (2008) adalah: “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
Gambar 2.1 Jenis Industri Kreatif di Indonesia Sumber: Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 (2008)
17 Industri kreatif dapat dikelompokkan menjadi 14 subsektor. Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia dalam buku Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif 2025, ke 14 subsektor industri kreatif Indonesia adalah : 1. Periklanan (advertising) Definisi periklanan menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: • Kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. • Segala bentuk pesan tentang suatu produk disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. 2. Arsitektur Definisi jasa arsitektur menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005 adalah jasa konsultasi arsitek, yaitu mencakup usaha seperti: desain bangunan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, dan sebagainya. Misalnya arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi,
18 perencanaan kota, konsultasi kegiatan teknik dan rekayasa seperti bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan elektrikal. 3. Pasar Barang Seni Yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, meliputi barang-barang musik, percetakan, kerajinan, automobile, dan film. 4. Kerajinan (craft) Industri kreatif subsektor kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. 5. Desain Yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan. 6. Fesyen (fashion) Industri kreatif Subsektor fesyen/mode adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
19
7. Video, Film dan Fotografi Industri kreatif Subsektor film, video, dan fotografi adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi, produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film dan hasil fotografi.Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film. 8. Permainan Interaktif (game) Industri kreatif sub sektor permainan interaktif adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Sub sektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi. 9. Musik Industri kreatif sub sektor musik adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan musik, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara. Seiring dengan perkembangan industri musik ini yang tumbuh sedemikian pesatnya, maka Klasifikasi Baku Lapangan Indonesia 2005 (KBLI) perlu dikaji ulang, yaitu terkait dengan pemisahan lapangan usaha distribusi reproduksi media rekaman, manajemen-representasipromosi (agensi) musik, jasa komposer, jasa pencipta lagu dan jasa penyanyi menjadi suatu kelompok lapangan usaha sendiri. 10. Seni Pertunjukan (showbiz) Industri kreatif kelompok seni pertunjukan meliputi kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten,
20 produksi pertunjukan, musik-tradisional, musik-teater, opera, termasuk tur musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. 11. Penerbitan dan Percetakan Industri kreatif subsektor penerbitan dan percetakan meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita. 12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak (software) Industri kreatif sub sektor layanan komputer dan piranti lunak meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal. 13. Televisi & Radio (broadcasting) Industri kreatif kelompok televisi dan radio meliputi kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan transmisi televisi dan radio. 14. Riset dan Pengembangan (R&D) Industri kreatif subsektor riset dan pengembangan meliputi kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.
21
Tabel 2.3 Pengelompokan Kebutuhan Ruang Aktivitas Industri Kreatif R. Principal
R. Karyawan
R. Rapat
Advertising
√
√
√
Arsitektur
√
√
√
Pasar Brg Seni
√
√
Kerajinan
√
√
Desain
√
√
Fesyen
√
√
Video,Film,Fotografi
√
Permainan Interaktif
√
√
√
Musik
√
√
√
Seni Pertunjukan
√
Penerbitan
√
√
√
Layanan Komputer
√
√
√
Televisi & Radio
√
√
Riset & Dev.
√
√
√
100%
86%
57%
Industri Kreatif
Total Persentase
√
R. Tamu
R. Display
√
√
Studio
Sound Editing
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ 29%
36%
√
50%
14%
Sumber: Data Olahan Pribadi, 2013
Tabel 2.4 Elemen Pendukung Aktivitas Industri Kreatif Industri Kreatif Advertising Arsitektur
Cahaya √ √
Suara
Pasar Brg Seni Kerjainan Desain Fesyen Video,Film,Fotografi
√ √ √
View √ √ √ √ √
Space
√
√
√ √
Permainan Interaktif
√
Musik Seni Pertunjukan
√
√ √
Penerbitan Layanan Komputer Televisi & Radio Riset & Pengembangan
√ √
Gudang
√
Sumber: Data Olahan Pribadi, 2013
36%
22
2.2 2.2.1
Tinjauan Khusus Definisi Adaptive Building Semua arsitektur beradaptasi pada tingkat tertentu, karena bangunan selalu dapat disesuaikan 'secara manual' dalam beberapa cara. Penggunaan istilah 'Arsitektur Adaptif' harus dilihat dalam konteks keseluruhan antara beradaptasi dan adaptif : Arsitektur Adaptif berkaitan dengan bangunan yang secara khusus dirancang untuk beradaptasi (dengan lingkungan mereka, untuk para penghuninya, dan objek di dalamnya) baik secara otomatis maupun melalui campur tangan manusia. Hal ini dapat terjadi pada berbagai tingkat dan seringkali melibatkan teknologi digital (sensor, actuator, pengendali, teknologi komunikasi).
2.2.2
Teori Adaptive Architecture Menurut Holger Schnädelbach Menurut Holger Schnädelbach, Adaptive Architecture berkaitan dengan bangunan yang didesain untuk beradaptasi dengan lingkungannya, penghuninya, dan obyek termasuk bangunan itu sendiri yang keseluruhannya dikendalikan oleh data internal. Bangunan dalam konteks adaptif ini digambarkan dengan fleksibel, interaktif atau dinamis, menmberikan kesan bahwa arsitektur itu adaptif dan bukan merupakan artefak statis, hal ini seringkali didukung oleh adaptasi komputer. Semua arsitektur dapat diadaptasikan pada tingkatan tertentu, karena bangunan dapat selalu diadaptasikan secara manual dalam berbagai cara. Penggunaan istilah ‘Adaptive Architecture’ dapat diartikan sebagai bangunan
23 yang secara spesifik dirancang untuk beradaptasi, baik secara otomatis ataupun melalui intervensi manusia. Pendorong atau motivasi untuk mendesain sebuah bangunan yang adaptif dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Cultural b. Societal c. Organisational d. Communication Untuk elemen yang diadaptasikan pada bangunan dapat meliputi beberapa hal berikut : a. Permukaan Dalam hal ini, permukaan merujuk pada permukaan luar bangunan atau selimut bangunan yang dapat diadaptasikan, biasanya fasad. Adaptasi mekanis mengubah tampilan dan properti secara keseluruhan pada selimut bangunan. b. Komponen atau modul Komponen yang dapat dipakai ulang yaitu konstruksi bangunan yang focus pada penggunaan kembali komponen-komponen yang sudah ada seperti karya Santiago Cirugeda di Spanyol (2005). Penggunaan ulang modul merupakan kemungkinan lain dan sudah memiliki sejarah panjang dalam desain arsitektur. Contohnya Nakagin Capsule Tower karya Kurukawa. Setidaknya pada dasarnya mereka didesain untuk dapat dipindahkan dan dihilangkan. c. Fitur spasial
24 Fitur spasial dapat ditransformasikan , mulai dari lokasi, topologi, dan orientasi, hingga bentuk, hubungan antara ruang luar dan dalam serta partisi internal. Lokasi bangunan dapat berubah selama siklus kehidupan penghuni.Salah satu contoh yang menarik yaitu Markies karya Bohtlingk, yaitu camper trailer yang dapat diperluas dengan melipat keluar sisinya untuk menciptakan penutup yang lebih besar. d. Sistem teknis Dalam arsitektur adaptif terdapat sistem tertentu meliputi sensor, software, dan actuator yang sesungguhnya menciptakan adaptasi ketika tidak sepenuhnya berada di bawah intervensi manusia.Sistem teknis merupakan elemen yang beradaptasi sekaligus metode untuk beradaptasi.
2.2.3
Definisi Pencahayaan Alami Cahaya matahari (sunlight) adalah gelombang magnet-elektro yang mempunyai gelombang antara 290 hingga 2300 nm dan mempunyai spektrum lengkap dari ungu-ultra hingga merah-infra. Mata manusia paling peka terhadap cahaya kuning (550nm). Cahaya langit (sky light) adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang dipakai untuk penerangan alami ruangan, bukan sinar langsung matahari. Sinar langsung matahari akan sangat menyilaukan dan membawa panas sehingga tidak dipakai untuk menerangi ruangan. Arus cahaya (luminous flux, flow; diukur dengan lumen) adalah banyak cahaya yang dipancarkan ke segala arah oleh sebuah sumber cahaya per satuan waktu.
25 Iluminan (Illuminance; diukur dengan lux) adalah banyak arus cahaya yang datang pada satu unit bidang. Iluminasi (Ilumination) adalah datangnya cahaya ke suatu obyek. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, penerangan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan ditempat kerja harus diperhatikan yaitu pencahayaan. Nilai Pencahayaan
yang
dipersyaratkan
oleh
Kep-Menkes
RI
No.
1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100 lux. Peran Pencahayaan Alami pada Manusia Parmonangan Manurung (2012:17) memaparkan bahwa salah satu peran yang diberikan cahaya alami pada manusia adalah dalam hal kenyamanan. Peran ini diberikan tidak hanya di dalam bangunan, tetapi juga di luar bangunan. Setidaknya ada dua macam kenyamanan yang dipengaruhi oleh cahaya alami pada diri manusia yaitu, kenyamanan visual dan kenyamanan termal. Kenyamanan visual terkait dengan cahaya alami yang membantu manusia dalam mengakses informasi visual dalam mengakses informasi visual tanpa menganggu indera visual manusia. Kondisi visual yang terlalu gelap karena kurangnya cahaya akan menciptakan ketidaknyamanan bagi indera visual. Sebaliknya, tingkat iluminasi yang berlebihan yang ditimbulkan oleh cahaya alami juga akan menimbulkan ketidaknyamanan pada indera visual. Tingginya tingkat iluminasi cahaya akan mengakibatkan silau dan berpengaruh pada kenyamanan visual, serta dapat berdampak negatif tidak hanya pada fisiologi, tetapi juga pada sisi psikologi manusia. Kekurangan maupun
26 kelebihan cahaya akan membuat mata manusia menjadi cepat lelah. Kelelahan pada mata pun dapat menimbulkan berbagai efek yang buruk pada diri manusia.
27
Menurut Steffy (2012), terdapat lima pengaruh yang terkait dengan pencahayaan, yaitu: 1. Visual Clarity (kejelasan visual) Visual Clarity mengacu pada kemampuan pengguna (users) mebedakan detail-detail arsitektur dan interior, perlengkapan serta objek lainnya. Untuk mengujinya dapat digunakan kata clear (jelas) melawan hazy (kabur). 2. Spaciousness Spaciousness mengacu pada persepsi pengguna terhadap volume ruang. Kurangnya pencahayaan pada sebuah ruang akan menciptakan pembatasan ruang. Kata-kata yang bisa digunakan untuk menguji kondisi visual sebuah ruang adalah spacious (luas) melawam cramped (sempit). 3. Preference Preference mengacu pada evaluasi pengguna secara keseluruhan terhadap pencahayaan ruang. Skala diferensial yang bisa digunakan adalah like (suka) melawan dislike (tidak suka). 4. Relaxation Relaxation mengacu pada derajat intensitas pekerjaan yang dirasakan pengguna. Pencahyaan yang tidak seragam (bervariasi) akan menciptakan perasaan santai. Sedangkan pencahyaan yang seragam dan memusat akan menumbuhkan perasaan tegang. 5. Intimacy Intimacy mengacu pada persepsi pengguna terhadap privasi atau keakraban sebuah ruang. Skala diferensial yang bisa digunakan adalah privat melawan public (umum)
28
Penerangan atau cahaya yang cukup merupakan pertimbangan yang penting dalam fasilitas fisik kantor. Lebih-lebih dalam gedung yang luas dan kurang jendalanya, cahaya alam itu tidak dapat menembus sepenuhnya, karena itu sering dipergunakan cahaya lampu untuk mengatur penerangan dalam kantor. Pencahayaan yang tidak memadai akan menyebabkan kelelahan pada otot dan saraf mata yang berlanjut pada kelelahan lokal mata dan akhirnya kelelahan keseluruhan fisiologis pada seorang pekerja. Kelelahan yang timbul kemudian akan mengakibatkan turunnya konsentrasi kerja, meningkatkan tingkat kesalahan dalam bekerja yang berujung pada tingginya cacat produksi. Hal-hal ini yang
kemudian
menyumbang
peran
untuk
menurunkan
produktivitas pekerja secara individual maupun perusahaan secara keseluruhan. Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi benda-benda ditempat kerja. Penerangan dapat berasal dari cahaya alami dan cahaya buatan, banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja, hal ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi, selain itu penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan. Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan bagi pekerja, sehingga dapat menimbulkan gangguan performance (penampilan) kerja yang akhirnya dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini sangat erat kaitannya dan mutlak harus ada karena berhubungan denganfungsi indera penglihatan, yang dapat mempengaruhi produktifitas bagi tenagakerja. Berdasarkan baku mutu lingkungan kerja,
29 standar pencahayaan untuk ruangan yang dipakai untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah 500 - 1000 Lux. Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman.Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai. Pencahayaan alami diartikan sebagai cahaya yang masuk ke dalam ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari. Sebelum masuk kedalam ruangan melalui bukaan, cahaya ini dapat diproses terlebih dahulu dengan menggunakan ”shading”. Shading dimaksudkan sebagai penyaring cahaya yang masuk kedalam ruangan sehingga menghasilkan kualitas pencahayaan pada ruang yang diinginkan. Tujuan Pencahayaan Alami Norbert Lechner (1991:132) dalam bukunya yang berjudul Heating, Cooling, Lighting memaparkan bahwa sejak pertengahan abad ke-20, pencahayaan alami kurang diperhatikan lagi karena adanya pencahayaan buatan yang dapat dijadikan pilihan utama. Dimana pencahyaan buatan dianggap menguntungkan karena perencana bengunan tidak memperdulikan lagi bukaan (jendela) pada perancangan bangunannya. “There is no need for great precision in daylight carculations, because daylight is only one aspect of lighting” (Peter R. Smith, 1983:144) Selain cahaya matahari sebagai sumber kehidupan, pencahayaan alami juga bertujuan untuk menghemat energi yang tak-terbarui. Mengapa kita harus
30 terus mengeksploitasi sesuatu yang terbatas sedangkan tersedia yang melimpah. Dalam buku Prasasto Satwiko yang berjudul Arsitektur Sadar Energi dijelaskan bahwa matahari adalah sumber energi bumi. Boleh dikatakan hampir semua energi yang ada di bumi dapat dilacak asal usulnya dari matahari. Dengan kelimpahan ini, sudah seharusnya potensi cahaya matahri dapat dimanfaatkan
dalam
perancangan
bangunan
yang
tentunya
juga
memperhatikan aspek-aspek lain yang menyangkut lingkungan dan manusia. Kelebihan dan Kekurangan Pencahayaan Alami Beberapa kelebihan cahaya matahari menurut Prasasto Satwiko (2004:80) dalam bukunya Fisika Bangunan, antara lain sebagai berikut: •
Bersifat alami (natural)
•
Tersedia berlimpah
•
Tersedia secara gratis
•
Terbarui
•
Memiliki spektrum cahaya lengkap
•
Memiliki daya panas dan kimiawi yang diperlukan makhluk hidup di bumi
•
Dinamis Sedangkan beberapa kelemahan cahya matahari menurut Prasasto
Satwiko (2004:80) dalam bukunya Fisika Bangunan, antara lain sebagai berikut: • Pada bangunan berlantai banyak dan berdenah rumit sulit untuk memanfaatkan cahaya alami matahari • Intensitas tidak mudah diatur, dapat sangat menyilaukan atau sangat redup • Pada malam hari tidak tersedia
31 • Sering membawa serta panas masuk ke dalam ruangan • Dapat memudarkan warna Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktorfaktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu: •
Variasi intensitas cahaya matahari
•
Distribusi dari terangnya cahaya
•
Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
•
Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung
Pemanfaatan Pencahayaan dan Aplikasi Memanfaatkan cahaya mahari yang masuk ke dalam bangunan dapat mengontrol pula penggunaan energi pada bangunan, namun pemasukan cahaya kedalam bangunan menimbulkan banyak permasalahan terutama dikaitkan dengan panas dan visual. Panas yang masuk ke dalam bangunan akibat cahaya matahari yang masuk langsung ke dalam sehingga suhu dalam ruang meninggkat. Dalam visualisasi juga berpengaruh misal sebuah ruangan yang membutuhkan kaca besar untuk mengambil view sebesar-besarnya namun hal tersebut dapat membuat cahaya matahari masuk langsung. Berikut adalah halhal yang perlu diperhatikan dalam mengontrol cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan untuk memperoleh kenyamanan pengguna ruangnya:
32 1. Pembayangan Bayangan dari cahaya matahari diperlukan dalam mengurangi panas akibat cahaya matahari yang terkena ke bangunan, bila digabungkan dengan konsep arah peletakan bangunan yang tepat maka pembayangan akan lebih efektif. Penggunaan kaca hemat energi (low-transmission glass) tidak dapat mengalahkan keefektifan dari penggunaan pembayangan pada bangunan karena kaca hemat energi hanya mampu mencegah cahaya matahari yang masuk sebanyak 10% (William. M, 2003) 2. Pengalihan pencahayaan matahari Distribusi cahaya dimana cahaya dibutuhkan untuk meminimalisir penggunaan cahaya buatan, namun dalam keadaan nyata distribusi cahaya matahari pada bangunan tidak tersebar secara merata, hanya daerah dekat jendela memiliki pencahayaan paling kuat, yang dapat dilakukan adalah dengan mengalihkan cahaya agar tingkat penerangan setiap area ruang merata. 3. Pengambilan view ke luar Maksimalkan view ke luar bangunan dengan membuka bukaan ke arah view bagus dan menghalangi view ke arah area tidak bagus. Penggunaan kisi-kisi pada bukaan merupakan solusi untuk membiarkan cahaya masuk namun view yang tidak bagus dapat terhalangi
2.2.4
Definisi Kenyamanan Visual Menurut Ken Yeang dalam bukunya. The Green Skyscraper (Yeang, 1996), menyatakan bahwa terdapat beberapa parameter yang menjadi konsep dasar desain sadar energi, yaitu:
33 1. Kenyamanan Thermal Bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan sinar matahari sesuai dengan kebutuhannya. Bangunan yang berada pada iklim dingin harus mampu menerima radiasi matahari yang cukup untuk pemanasan, sedangkan bangunan yang berada pada iklim panas, harus mampu mencegah radiasi matahari secukupnya untuk pendinginan. 2. Kenyamanan Visual Membahas mengenai bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan cahaya matahari (penerangan) sesuai dengan kebutuhannya. 3. Kontrol Lingkungan Pasif Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal maupun visual dengan memanfaatkan seluruh potensi iklim setempat yang dikontrol dengan elemen – elemen bangunan (atap, dinding, lantai, pintu, jendela, aksesoris, lansekap) yang dirancang tanpa menggunakan energi (listrik). 4. Kontrol Lingkungan Aktif Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal dan visual dengan memanfaatkan potensi iklim yang ada dan dirancang dengan bantuan teknologi maupun instrumen yang menggunakan energy (listrik). 5. Kontrol Lingkungan Hibrid Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal maupun visual dengan kombinasi pasif dan aktif untuk memperoleh kinerja bangunan yang maksimal. Menurut Frick, 2009 (dalam Jurnal Sofia Pamela, 2012) menjelaskan bahwa karena pencahayaan matahari di daerah tropis mengandung gejala sampingan dengan sinar panas, maka di daerah tropis tersebut manusia sering
34 menggangap ruang yang agak gelap terasa sejuk dan nyaman. Akan tetapi untuk ruang kerja ketentuan tersebut melawan kebutuhan cahaya untuk mata manusia. Karena pencahayaan buatan dengan lampu mempengaruhi kesehatan manusia, maka dibuthkan pencahayan alami yang terang tanpa kesilauan dan sinar panas. Menurut Lenchner, 2007 (dalam
Jurnal Sofia Pamela, 2012)
menyebutkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi penampilan pada kegiatan visual dimana penglihatan menjadi penting. Faktor dasar yang mempengaruhi kegiatan visual dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Karakteristik kegiatan visual, yaitu ukuran atau jarak kedekatan, keterbatasan waktu, tingkat terang, kontras, dan keakraban; b. Kondisi pencahayaan, yaitu tingkat iluminasi, rasio terang, dan kilau; c. Karakteristik pengamat, yaitu kondisi mata, adaptasi dan tingkat kesadaran. Standar Besar Kekuatan Cahaya Berdasarkan Ruang Standar tingkat pencahayaan dalam ruang akan mempengaruhi bagaimana desain besarnya bukaan bangunan nantinya, sehingga kekuatan cahaya tidak akan berlebihan dan ditempatkan pada sesuai fungsi ruang sehingga tidak akan menimbulkan efek panas yang berlebih dalam ruang namun akan menghemat pemakaian pencahayaan buatan dalam ruangan.
35
Tabel 2.5 Standar Lux Industri Kreatif Industri Kreatif
IES Standar Illumination Level (lux)
Advertising
200 - 500
Standar SNI Kepmenkes 300 – 500
Arsitektur
750
500 - 1000
Pasar Brg Seni
600
500 - 1000
Kerjainan
600
500 - 1000
Desain
750
500 - 1000
Fesyen
750
500 - 1000
Video,Film,Fotografi
200 - 500
300 – 500
Permainan Interaktif
200 - 500
300 – 500 300 – 500
Musik
100
Seni Pertunjukan
350
300 – 500
Penerbitan
200 - 500
300 – 500
Layanan Komputer
200 - 500
300 – 500
Radio
350
300 – 500
Televisi Riset dan Pengembangan
50 200 - 500
300 – 500 300 – 500
Sumber : IES (Illuminance Engineering Society)dan Kepmenkes (Olahan)
Gambar 2.2 Standar Tingkat Pencahayaan Bersadarkan Jenis Pekerjaan Sumber: Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002
36
Tabel 2.6 Kebutuhan Lux Rumah Tinggal Tingkat Fungsi Ruangan
Pencahayaan
Kelompok Renderasi Warna
(lux) Rumah Tinggal : Teras
60
1 atau 2
Ruang tamu
120~250
1 atau 2
Ruang makan
120~250
1 atau 2
Ruang kerja
120~250
1
Kamar tidur
120~250
1 atau 2
Kamar mandi
250
1 atau 2
Dapur
250
1 atau 2
Garasi
60
3 atau 4
Sumber: Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002
2.2.5 Definisi Embedded Computation (dalam Tesis Hafizs, Y., dan Indraprastha) Responsive architecture merupakan pendekatan yang pada umumnya digunakan untuk menjelaskan adaptasi dan interaksi antara arsitektur dengan lingkungannya (Beesley, 2006) termasuk respon langsung terhadap kebutuhan pengguna. Untuk menciptakan arsitektur yang responsif secara autonomy ini, dapat dicapai dengan memberikan kemampuan intelegensi dan kinetic pada arsitektur (Negroponte, 1970). Perkembangan
teknologi
dan
kemampuan
engineer
pada
saat
ini,
memungkinkan untuk mewujudkan banyak hal yang diimajinasikan oleh arsitek, dan meninggalkan pertanyaan “apa yang seharusnya arsitek
37 imajinasikan”. Pertimbangan yang dilakukan oleh arsitek dalam pengambilan keputusan pada responsive architecture meliputi ekspresi, perilaku, konfigurasi dan mekanisme yang dilakukan arsitektur dalam merespon kondisi lingkungan yang berubah dan diterjemahkan ke dalam pemrograman algoritma. Oleh karena itu, dalam melakukan rancangan arsitektur yang responsif, arsitek dituntut untuk mengembangkan pemahaman tentang dasar elektronika, kontrol sistem, sensor dan actuator(Fox, 2009). Dengan perkembangan embedded computation yang pada saat ini telah terjangkau bagi arsitek maupun mahasiswa arsitektur, sehingga memiliki potensi untuk diterapkan sebagai alat bantu dalam proses eksplorasi perancangan arsitektur yang berbasiskan intelligence, hal ini dimaksudkan untuk memahami keunggulan dan keterbatasan perilaku kinetic pada arsitektur dan memberikan kebebasan yang lebih luas dalam mengembangkan eksplorasi dalam perancangan responsive architecture. Embedded Computation Embedded computation (EC) merupakan sistem yang menyatu dengan komponen bangunan, dan memiliki kemampuan dalam mengumpulkan informasi,
mengolah
informasi
tersebut
dan
menggunakannya
untuk
mengendalikan perilaku atau bentuk fisik arsitektur (Fox, 2009). Embedded computation terdiri dari sensor (input), prosesor (mikrokontroler) dan actuator(output), sehingga EC tidak hanya berfungsi untuk mengetahui perubahan kondisi lingkungan, namun juga berfungsi sebagai pengendali perilaku bangunan dalam merespon terhadap perubahan lingkungan.
38
Gambar 2.3 Metode Embedded Computation Sumber: Tesis Hafizs, Y., dan Indraprastha, 2012
Komponen embedded computation tersebut antara lain, sensor merupakan perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari dunia nyata. Sensor terdiri dari dua jenis : contact-based sensor yang mendeteksi informasi secara bersentuhan baik dari pengguna maupun kondisi lingkungan seperti, sentuhan tangan, gerakan angin, tekanan, kelembaban dan lainnya. Sedangkan non-contact basedmerupakan sensor yang mendeteksi informasi dengan adanya perubahan, seperti infrared, sonar, gyroscopic, accelerometer, kinect, photocell, camera, tilt, microphone dan lainnya. Mikrokontroler, merupakan gabungan perangkat prosesor, memory dan fungsi input/output. Mikrokontroler berfungsi untuk menjalankan framework yang telah dirancang oleh arsitek melalui algoritma. Mikrokontroler sangat baik dalam mengeksekusi tiga hal yaitu, menerima informasi dari sensor, mengendalikan actuator (servo) dan perangkat kinetic lainnya, serta mengirimkan informasi ke mikrokontroler atau komputer lainnya.
2.2.6 Mekanisme Camshaft (dalam Jurnal Friza Utama Sjarifudin) Cam memiliki bagian menonjol yang sering disebut cam lobe. Bagian inilah yang mengatur saat pembukaan katup. Letak cam lobe berbeda sesuai
39 dengan urutan pembukaan katup masuk dan katup buang. Peletakan posisi cam lobe untuk katup masuk dan katup buang disusun berdasarkan konstruksi poros engkol (crankshaft).
Gambar 2.4 Camshaft Sumber:http://www.google.com/ diakses 4 Mei 2013
Gambar 2.5 Mekanisme Camshaft Sumber: Jurnal Friza Utama Sjarifudin
Gambar 2.6 Mekanisme Camshaft Sumber: Jurnal Friza Utama Sjarifudin
Camshaft yang diterapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa fase perubahan yang nantinya akan digunakan untuk menggerakkan shading dengan membentuk sudut yang berbeda-beda. Mekanisme ini diterapkan pada selimut bangunan (building envelope) untuk beradaptasi dengan radiasi matahari yang mengarah ke bangunan. Camshaft yang dapat berotasi ini dibentuk penampangnya berdasarkan analisis
40 pola pergerakan matahari sepanjang tahun agar menghasilkan selimut bangunan yang optimal menahan radiasi matahari.
2.3
Studi Banding Perkembangan konsep SOHO di Jakarta yang tergolong masih baru beberapa tahun terakhir ini membuat jumlahnya masih belum terlalu banyak. Beberapa diantaranya adalah Citylofts Sudirman dan SOHO Central Park. Citylofts Sudirman sudah selesai tahap pembangunannya dan sudah mulai dihuni pada akhir tahun 2007 sedangkan untuk SOHO Central Park saat ini (2013) masih dalam tahap pembangunan.
2.3.1 Citylofts Sudirman
Gambar 2.7 Citylofts Sudirman Sumber: http:// www.citylofts.co.id/news.html, 2April 2013
Data Proyek: Pengembang
: PT. Duta Anggada Realty
41 Lokasi
: Jl. KH Mas Mansyur
Konsultan Arsitek
: PT. DAIP
Konsultan Struktur
: WHL – Los Angeles
Kontraktor Utama
: PT. Murinda
Pengelola
: PT. Graha Sarana Inti Management
Gambar 2.8 Lokasi Citylofts Sudirman Sumber: http:// www.citylofts.co.id/news.html, 2 April 2013
Gambar 2.9 Fasilitas Citylofts Sudirman Sumber: http:// www.citylofts.co.id/news.html, 2 April 2013
42 Citylofts adalah apartemen berkonsep lofts yang menggabungkan fungsi tempat tinggal dengan tempat kerja dalam setiap unitnya atau yang dikenal small office home office (SOHO). Sebagai sebuah hunian vertikal, Citylofts dilengkapi dengan citywalk (mall) yang difungsikan untuk food and beverage, leisure, entertaiment, fitness centre (gym), kolam renang dan fasilitas pedukung lainnya. Citylofts terdiri dari satu tower dengan empat puluh lantai, terdiri dari 466 unit lofts dimana fungsi SOHO mulai dari lantai tujuh sampai dengan empat puluh. Setiap lapis lantai citylofts terdapat enam tipe hunian. Penamaan unitnya mengambil nama-nama kota besar di dunia yakni San Fransisco, Paris, Boston, Milan, London, dan New York. Unit-unit ini memiliki kesamaan secara umum yakni memiliki mezanin, void luas, ketinggian ceiling 5,4 m pada bagian void, denah terbuka tanpa sekat, jendela yang besar dan tidak ada area servis. Berikut adalah beberapa contoh unit yang ada di Citylofts Sudirman:
Gambar 2.10 Denah Lantai Unit SOHO di Citylofts Sudirman Sumber: http:// www.citylofts.co.id/floorplan.html, 2 April 2013
1.
Unit San Fransisco (SF)
43
Gambar 2.11 Denah Lantai Unit San Fransisco Sumber: http:// www.citylofts.co.id/sfa.html, 2 April 2013
2.
Unit London
Gambar 2.12 Denah Lantai Unit London Sumber: http:// www.citylofts.co.id/london.html, 2 April 2013
3.
Unit New York
Gambar 2.13 Denah Lantai Unit New York Sumber: http:// www.citylofts.co.id/newyork.html, 2 April 2013
Hampir semua unit di Citylofts dapat difungsikan sebagai hunian maupun tempat bekerja namun pada Unit New York hanya dapat difungsikan sebagai hunian saja. Hal ini dikarenakan bentuk ruangan yang kurang mengakomodasi kebutuhan kantor. Bentuk ruang seperti ini akibat dari adanya tangga darurat.
44
Gambar 2.14 Interior Unit Citylofts Sudirman Sumber: http:// www.citylofts.co.id/, 2 April 2013
Interior setiap unit di Citylofts memiliki ceiling setinggi 5,4 m dengan void yang lebar dan jendela kaca yang lebar dan tinggi. Denah ruang yang terbuka tanpa partisi memberikan kebebasan bagi penghuni. Bukan hanya sebagai hunian, pengembang juga menawarkan unit-unit ini untuk digunakan sebagai kantor ataupun dua fungsi sekaligus seperti yang telah dijelaskan di atas.
2.3.2 SOHO Central Park Data Proyek: Pengembang
: PT. Tiara Metropolitan Indah
Lokasi
: Jl. Let. Jend. S. Parman
Konsultan Arsitek
: DP Architects, Pte., Ltd.
Pengelola
: PT. Agung Podomoro Land
Gambar 2.15 SOHO Central Park Night View
45 Sumber: http:// www.sohopodomorocity.com, 2 April 2013
Gambar 2.16 Lokasi SOHO Central Park Sumber: http:// www.sohopodomorocity.com, 2 April 2013
Gambar 2.17 SOHO Central Park from Street View Sumber: http:// www.sohopodomorocity.com, 2 April 2013
SOHO adalah apartemen yang menggabungkan fungsi tempat tinggal dengan tempat kerja dalam setiap unitnya. Sebagai sebuah hunian vertikal, SOHO dilengkapi dengan Premium Mall yang difungsikan untuk food and beverage, leisure, entertaiment, fitness centre (gym), kolam renang dan fasilitas pedukung lainnya. SOHO terdiri dari satu tower dengan empat puluh lantai, terdiri dari 720 unit lofts dimana fungsi SOHO mulai dari lantai 10 – 26 dan lantai 28 - 40. Setiap lapis lantai SOHO terdapat enam jenis tipe hunian yakni Avenue, Maple, Melrose, Dakota, Ebony, dan Hampton. Unit-unit ini memiliki kesamaan secara umum yakni memiliki mezanin, void luas, ketinggian ceiling
46 6.0 m pada bagian void, denah terbuka tanpa sekat, jendela yang besar dan tidak ada area servis.
Gambar 2.18 SOHO Central Park Master Plan Sumber: Brosur SOHO Central Park
Berikut adalah beberapa contoh unit yang ada di SOHO Central Park:
Gambar 2.19 SOHO Central Park Typical Floor
47 Sumber: Brosur SOHO Central Park
1. Unit Avenue
Gambar 2.20 Denah Lantai Unit Avenue Sumber: Brosur SOHO Central Park
2. Unit Maple
Gambar 2.21 Denah Lantai Unit Maple Sumber: Brosur SOHO Central Park
3. Unit Melrose
Gambar 2.22 Denah Lantai Unit Melrose Sumber: Brosur SOHO Central Park
48
4. Unit Dakota
Gambar 2.23 Denah Lantai Unit Dakota Sumber: Brosur SOHO Central Park
5. Unit Ebony
Gambar 2.24 Denah Lantai Unit Ebony Sumber: Brosur SOHO Central Park
6. Unit Hampton
Gambar 2.25 Denah Lantai Unit Hampton Sumber: Brosur SOHO Central Park
49
Dalam setiap unit SOHO ini diberi kebebasan kepada setiap pemilik SOHO untuk memfungsikan unitnya sebagai Home/Home atau Office/Home. Oleh karena itu, dalam setiap brosur tersebut terdapat 2 jenis gambar denah agar pembeli dapat membandingkan dan menggambarkan layout di dalamnya untuk kedua jenis aktivitas tersebut. Jenis unit SOHO dibedakan menurut ukuran unitnya misalnya unit Maple dan Unit Melrose, pada unit Maple memiliki ukuran yang lebih luas dibandingkan unit Melrose sehingga pemilik dapat mempekerjakan karyawan + 5 orang, sedangkan pada unit Melrose hanya dapat mempekerjakan karyawan + 3 orang.
Gambar 2.26 Interior View 1 SOHO Central Park Sumber: Brosur SOHO Central Park
Gambar 2.27 Interior View 2 SOHO Central Park Sumber: Brosur SOHO Central Park
50 Interior setiap unit di SOHO memiliki ceiling setinggi 6.0 m dengan void yang lebar dan jendela kaca yang lebar dan tinggi. Denah ruang yang terbuka tanpa partisi juga memberikan kebebasan bagi penghuni untuk menata interior di dalamnya. Kesimpulan studi banding: •
Konsep SOHO pada kedua proyek diatas didesain dengan layout unit tipikal dimana area kantor diletakkan di lantai bawah dan area hunian di lantai atas (mezzanin).
•
Setiap unit SOHO memiliki izin untuk melakukan aktivitas kantor pada umumnya secara legal (IMB). Tamu atau pengunjung setiap unit kantor dapat berkunjung dengan leluasa seperti kantor-kantor pada umunya.
•
Dari kedua proyek SOHO di atas, desain unit dibuat berbeda-beda. Perbedaan utamanya adalah ukuran unitnya, yaitu unit yang lebih besar akan dapat menampung karyawan yang lebih banyak, namun tidak didesain secara spesifik untuk jenis pekerjaan tertentu.
51
2.4
Unsur Kebaruan Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya atau sebelumnya yaitu adanya analisis besaran lux (intensitas cahaya alami) yang dibutuhkan untuk aktivitas kerja yang diadaptasikan melalui sistem shading (dengan sudut-sudut bukaan tertentu) agar sesuai dengan kebutuhan penerangan bagi 14 industri kreatif dan aktivitas rumah tangga di dalam unit SOHO tersebut. Dengan demikian, sistem yang diterapkan dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat yang cukup signifikan yakni dengan mengurangi penggunaan pencahayaan buatan pada jam-jam kerja di dalam setiap unit bangunan SOHO ini. Sistem shading yang diterapkan dalam penelitian ini berupa louvre shading yang nantinya dapat begerak secara adaptif dengan sudut-sudut kemiringan yang berbeda-beda sesuai kebutuhan. Pergerakan shading ini dikendalikan oleh sebuah sistem dengan micro controller yang mengatur pergerakan motor pada shading. Meski demikian, sistem adaptif yang diterapkan berdasarkan studi pergerakan matahari pada tapak dan pengaruhnya ke dalam unit bangunan sehingga menjadi sebuah acuan atau setelan yang mengatur sudut bukaan shading untuk mendapatkan intensitas cahaya tertentu. Hal ini diwujudkan dengan adanya camshaft dengan dimensi yang berbedabeda di setiap unit (tergantung kebutuhan aktivitas di dalamnya) guna mengurangi penggunaan motor dan sensor karena kedua elemen ini membutuhkan energi listrik yang besar apabila dalam jumlah yang banyak sehingga dapat menyebabkan sistem adaptif menjadi kurang efisien.