BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori Umum 2.1.1 Definisi Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa iatin: communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2006:9). Komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan bermasyarakat, atau sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat menyentuh komunikasi. Justru itu orang melukiskan komunikasi sebagai ubiquitos atau serba hadir. Artinya komunikasi berada di manapun dan kapanpun juga. Menurut Carl I. Hovland dalam karyanya yang berjudul Social Communication memunculkan istilah science of communication yang didefenisikan sebagai suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan cara setepat-tepatnya asas-asas penstransmisian informasi serta pembentukan opini dan sikap (Effendy, 2003:13). Sedangkan menurut Lasswell (Mulyana, 2005:62) komunikasi adalah: “who says what in which channel to whom with what effect ”. jadi, jika dipilahpilahkan akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi, yaitu: 1. Siapa yang mengatakan komunikator (communicator) 2. Apa yang dikatakan pesan (message) 14
15
3. Media apa yang digunakan media (channel) 4. Kepada siapa pesan disampaikan komunikan (communicant/receiver) 5. Akibat yang terjadi efek (effect)
2.1.2 Minat Minat (intention) merupakan suatu kecenderungan untuk melakukan tindakan terhadap obyek (Assael 1998, dalam Ikhwan Susila dan Faturrahman 2004). Pada saat seorang konsumen melakukan evaluasi terhadap merek atau jasa, konsumen cenderung akan menggunakan merek atau jasa yang memberikan tingkat kepuasan tertinggi. (Assael 1998 dalam Ikhwan Susila dan Faturrahman 2004) Berikut ini merupakan proses minat konsumen sebagai proses evaluasi terhadap merek atau jasa :
16
Gambar 2.1 Proses Minat dari Seorang Konsumen Sebagai Proses Evaluasi Terhadap Merek atau Jasa
Sumber : Assael, 1998 dalam Susila Ikhwan dan Fatchurahman,2004
2.2 Teori-teori Khusus 2.2.1 Pencitraan Kotler dalam Buchari Alma (2004:148) menyatakan bahwa citra adalah jumlah dari keyakinan-keyakinan, gambaran-gambaran, dan kesan-kesan yang
17
dipunyai seseorang pada suatu objek. Sikap dan perilaku seseorang terhadap objek dibentuk oleh citra objek tersebut. Webster dalam Sutisna (2004:331) mendefinisikan citra sebagai gambaran mental atau konsep tentang sesuatu. Sementara pengertian citra menurut Sutisna sendiri (2004:332) adalah total persepsi terhadap suatu objek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Citra sebuah organisasi, internasional maupun lokal merepresentasikan nilainilai konsumen. konsumen potensial, konsumen yang hilang dan kelompokkelompok masyarakat lain yang mempunyai hubungan dengan organisasi. Menurut Shimp (2003:12) citra merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir tentang orang lain. Asosiasi ini dapat dikonseptualisasi berdasarkan jenis, dukungan, kekuatan, dan keunikan. Jenis asosiasi merek meliputi atribut, manfaat, dan sikap. Atribut sendiri terdiri dari atribut yang tidak berhubungan dengan produk, misalnya harga, pemakai, dan citra penggunaan. Sedangkan manfaat mencakup manfaat secara simbolis dan manfaat berdasarkan pengalaman.
18
2.2.2 Gaya Hidup Gaya hidup mendefinisikan pola konsumsi yang mencerminkan orang pilihan tentang bagaimana untuk menghabiskan waktu dan uangnya (Solomon, 2011 : 253). Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang yang pada akhirnya akan menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Gaya hidup menurut Kotler (2002 : 192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang mengekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. 2.2.3 Collectivism Kolektivisme (collectivism) merupakan salah satu dimensi budaya. Budaya kolektivisme menilai kelompok sebagai kesatuan sosial yang paling penting. Orang bergantung pada in-group-nya –kelompok sosial di mana individu mengidentifikasikan dirinya–
(misalnya relative, klan, organisasi) untuk
19
menjaga mereka, dan sebagai timbal balik mereka percaya bahwa mereka berhutang loyalitas kepada grup tersebut (Samovar, 2007: 143). Triandis (dalam Samovar 2007: 143) menyatakan ada beberapa perilaku yang ditemukan dalam budaya kolektivisme, antara lain: a. Pandangan, kebutuhan, dan tujuan dari in-group lebih penting daripada individu. b. Norma dan kewajiban sosial didefinisikan oleh in-group, bukannya dari perilaku untuk mendapatkan kesenangan. c. Kepercayaan dibagi bersama dalam in-group daripada kepercayaan yang membedakan individu dari in-group. d. Kesiapan yang kuat untuk bekerja sama dengan in-group.
20
Tabel 2.1 Nilai Individualism/Collectivism dari Lima Puluh Negara dan Tiga Kawasan Makin rendah nomor menunjukan Negara
yang memiliki budaya
individualism. Semakin tinggi nomor berarti Negara tersebut dapat diklasifikasikan sebagai collectivism.
RANK
COUNTRY
RANK
1
United States
2
Australia
29
Uruguay
3
Great Britain
30
Greece
4/5
Canada
31
Philippines
4/5
Netherlands
32
Mexico
6
New Zealand
33/35
Yugoslavia
7
Italy
8
Belgium
33/35
East Africa
9
Denmark
36
Malaysia
10
Sweden
37
Hong Kong
11
France
38
Chile
12
Ireland
39/41
Singapore
13
Norway
39/41
Thailand
14
Switzerland
39/41
West Africa
15
Germany
42
Salvador
16
South Africa
43
South Korea
17
Finland
44
Taiwan
18
Austria
45
Peru
19
Israel
46
Costa Rica
28
33/35
COUNTRY Turkey
Portugal
21
20
Spain
47/48
Pakistan
21
India
47/48
Indonesia
22/23
Japan
49
Columbia
22/23
Argentina
50
Venezuela
24
Iran
51
Panama
25
Jamaica
52
Ecuador
26/27
Brazil
53
Guatemala
26/27
Arab Countries
Source : Diadaptasi dari Geert Hofstede, Cultures Consequences: Comparing Values, Behavior, Institutions and Organizations Across Nation, 2nd ed. (Thomas Oaks, CA: Sage Publication, 2001)
Di Afrika dan negara kolektivisme lainnya, identitas didasarkan pada sistem sosial. Seorang individu bergantung secara emosional pada organisasi dan institusi, dan kebudayaan menekankan kepemilikan pada organisasi. Organisasi menginvasi kehidupan pribadi dan kelompok di mana seorang individu merupakan bagian, dan individu mempercayai keputusan kelompok bahkan sampai mengorbankan hak individu (Samovar, 2007:144)
2.2.4 Konformitas 2.2.4.1 Pengertian Konformitas Dalam kamus lengkap Psikologi (Chaplin, 2006 : 105), conformity (konformitas) merupakan kecenderungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah
22
berlaku, serta merupakan ciri pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya. Baron dan Bryne (2005:53) menjelaskan bahwa konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. 2.2.4.2 Jenis Konformitas Menurut Myers (2005:209) terdeapat dua jenis konformitas, yaitu compliance dan acceptance. Compliance adalah di mana individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara pribadi ia tidak menyetuji tingkah laku tersebut. Sedangkan acceptance adalah di mana tingkah laku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya.
2.2.5 Coordinated Management of Meaning Theory Coordinated Management of Meaning (CMM) theory diciptakan oleh Barnett Pearce (The Fielding Graduate Institute) dan Vernon Cronen (University of Massachusetts). Dasar pemikiran yang membawa mereka kepada teori ini adalah mereka percaya bahwa “kualitas kehidupan personal kita dan kualitas dunia sosial kita terhubung secara langsung dengan kualitas komunikasi di mana kita terlibat”. Karena, konversasi (secara umum komunikasi) antara manusia adalah bahan dasar yang membentuk dunia sosial (social universe).
23
Oleh sebab itu, mereka mengatakan (teori CMM juga dimulai dengan mengatakan),
manusia
dalam
konversasi
(persons-in-conversation)
mengkonstruk bersama-sama (co-construct) realitas sosial (social reality) dan secara simultan juga dibentuk oleh dunia sosial yang mereka buat sendiri. Pearce dan Cronen, menciptakan CMM theory sebagai suatu teori praktis yang dapat menolong orang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan mampu berkonversasi dengan baik, orang bisa memperbaiki kualitas hidup personal dan kualitas dunia sosialnya (Griffin, 2003 :66). Bergerak sedikit lebih jauh dari pemikiran dasarnya, ajaran dasar dari teori CMM adalah ketika terlibat dalam konversasi, manusia (persons-inconversation) menciptakan suatu ikatan relasi (bond of union) yang jika dijabarkan lebih jauh: 1.
Pengalaman
dari
manusia
dalam
konversasi
(person-in-
conversation) adalah proses sosial yang utama dalam hidup manusia. Artinya, melalui konversasi
(secara
umum
komunikasi) manusia membentuk siapa dirinya dan menciptakan relationship-nya. 2.
Bagaimana seseorang berkomunikasi, seringkali, lebih penting dari isi komunikasi itu sendiri. Artinya, bagaimana seseorang menyampaikan pesan memegang peran lebih besar ketimbang isi pesan dalam proses konstruksi sosial.
24
3.
Tindakan dari manusia dalam konversasi (person-inconversation) direproduksi secara reflektif sebagaimana interaksi itu berlanjut. Artinya, ketika kita terlibat dalam konversasi, kita ikut mengkonstruksi realitas sosial dan
realitas sosial yang
kita konstruksi ini akan berpengaruh terhadap tindakan kita berikutnya. 4.
Para peneliti teori CMM menganggap dirinya sebagai partisipan yang sangat
penasaran dan selalu ingin tahu
dalam satu dunia yang pluralistik (Griffin, 2003:
69-72).
25
2.3 Kerangka Berpikir Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Latar Belakang Masalah Keunikan citra Blackberry smartphone di Indonesia yang berbeda dari citra yang dibangun oleh RIM.
Teori Khusus
Teori Umum
Pencitraan Gaya Hidup
Definisi Komunikasi
Collectivism Konformitas
Minat
CMMT
Hasil yang Diharapkan Pencitraan Blackberry smartphone di mata mahasiswa.