BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Asupan nutrisi bagi bayi yang paling penting adalah air susu ibu (ASI). Seperti ketika didalam kandungan, gizi yang tinggi sangat diperlukan ketika anak pertama kali menghirup udara di dunia. Kebutuhan nutrisi bayi sampai 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan memberikan air susu ibu (ASI) saja atau yang di kenal dengan “ASI Esklusif”. ASI esklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan.1 Delapan puluh persen perkembangan otak anak dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan periode emas, oleh karena itu diperlukan pembeian ASI esklusif selama 6 bulan dan dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. Hal tersebut dikarenakan ASI mengandung protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang seimbang.2 Menurut WHO menyusui ada 3 macam yaitu menyusui esklusif, menyusui predominan, menyusui parsial. Menyusui esklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obatobatan dan vitamin atau mineral tetes (ASI perah juga diperbolehkan). Menyusui predominan adalah menyusui bayi tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh, sebagai makanan/minuman prelaktel sebelum ASI keluar. Menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan
1
2
enam bulan, baik diberikan secara kontinyumaupun diberikan sebagai makanan prelakteal.3 Beberapa peraturan yang terkait dengan ASI yaitu Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, secara khusus mengamanatkan setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) esklusif sampai dengan 6 (enam) bulan setelah dilahirkan, kecuali bila ada indikasi medis lain. Selama pemberian ASI ini, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus, misalnya di tempat kerja maupun tempat sarana umum. Pasal 200 yang menyebutkan sanksi penjara hingga denda seratus juta rupiah, kemudian peraturan pemerintah republik Indonesia nomo 33 tahun 2012 dan keputusan menti kesehatan nomor 450/MENKES/SK/VI/2004.3 Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2013 menunjukkan cakupan ASI di Indonesia hanya 54,3 % Dengan angka bayi 0-6 bulan di Indonesia 2.483.485 maka terlihat angka absolut ASI Esklusif sebesar 1.348.532 bayi an absolut bayi tidak ASI esklusif sebesar 1.134.953 bayi. Angka yang sangat besar.3 Berasarkan data dari seksi gizi Dinas Kesehatan DIY pada tahun 2012 tercatat prevalensi pemberian ASI esklusif rata-rata mencapai angka 58,20% dari lima kabupaten/kota. Dari lima kabupaten/kota di DIY yaitu Sleman, Gunungkidul, Kulonprogo, Bantul dan kota Yogyakarta, angka presentase terendah disumbang oleh Gunung Kidul dengan angka 44,78% dan tertinggi di Sleman yaitu 70,39%.4 Sedangkan berdasarkan data dari seksi gizi Dinas
3
Kesehatan DIY tahun 2013 presentase pembeian ASI terendah disumbang oleh kota Yogyakarta sebesar 51,6% , kemudian Gunung Kidul (Wonosari) bergeser pada posisi terendah kedua yaitu 56,6%.5 Menurut data dari profil kesehatan Provinsi DIY, dari lima kabupaten/kota jumlah kelahiran tertinggi terdapat di kabupaten Sleman, diikuti oleh Gunungkidul kemudian bantul lalu kulonprogo dan yang memiliki angka kelahiran terendah adalah kota Yogyakarta.5 Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI esklusif bermacam-macam seperti misalnya budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, masalah menyusui, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula.6 Masalah menyusui ada beberapa macam, seperti puting susu lecet, payudara bengkak, saluran ASI tersumbat, radang payudara. Puting susu lecet sering terjadi pada ibu menyusui dan sering diakibatkan oleh teknik menyusui yang salah. Puting susu yang lecet sering membuat ibu menyusui malas untuk menyusui karena ibu merasakan sakit saat menyusui, kemudian hal itu menyebabkan radang payudara hingga abses payudara. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab yang sering terjadi dalam kegagalan ASI esklusif. Paradigma baru dalam bidang kesehatan yang mengutamakan upaya preventif dan promotif membuat tenaga kesehatan banyak menggunakan cara pendidikan kesehatan melalui promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah upaya pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan – tindakan untuk memelihara (mengatasi masalah), dan meningkatkan
4
kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidik kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan sadarnya melalui proses pembelajaran. Masyarakat di dalam proses pendidikan dapat memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu dan media pendidikan. Media promosi kesehatan berfungsi untuk membantu dalam proses pendidikan atau pengajaran sehingga pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, dan sasaran dapat menerima pesan tersebut dengan tepat dan jelas.6,7 Faktorfaktor yang mempengaruhi praktik menyusui salah satunya adalah faktor pengetahuan ibu. Menurut penelitian robiatul, booklet terbukti media yang efektif dalam membantu meningkatkan pengetahuan.8 Selain itu, booklet memiliki kelebihan yaitu dapat di bawa pulang dan dipelajari di rumah sehingga lebih praktis untuk mempelajarinya. Booklet juga banyak berisi gambar yang setiap orang dapat dengan mudah mengerti dan memahami bahkan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hasil dari studi pendahuluan yang telah dilakukan di RSUD Wonosari yaitu diperoleh hasil bahwa 9 dari 10 ibu menyusui yang dirawat di Rumah Sakit tersebut masih melakukan teknik menyusui yang salah karena dari hasil observasi peneliti, beberapa teknik yang dilakukan oleh 9 ibu tersebut belum sesuai dengan pedoman teknik menyusui yang telah dikeluarkan oleh DEPKES RI. Empat dari sepuluh orang mengatakan bahwa mereka hanya sedikit tahu tentang teknik menyusui, satu orang mengatakan tidak tahu sama sekali dan lima orang lainnya mengatakan tahu tentang teknik menyusui namun hanya satu orang yang melakukan teknik menyusui dengan benar, itu berarti hanya satu orang yang
5
benar-benar mengetahui teknik menyusui yang benar. Hal itu dibuktikan dengan perkataan mereka yang mengatakan bahwa mereka mengetahui atau sedikit tahu namun pada praktiknya mereka tidak melakukan dengan benar. Pengamatan lebih lanjut menunjukan bahwa dua dari delapan ibu atau 25% yang melakukan teknik menyusui yang salah mengalami puting susu lecet dan payudara bengkak. Dampak yang ditimbulkan ketika melakukan teknik menyusui yang salah ada beberapa macam. Contohnya apabila areola ibu tidak masuk sebagian besar ke dalam mulut bayi dan hanya puting susu yang masuk ke dalam mulut bayi, maka ASI yang keluar hanya sedikit karena kantong-kantong ASI tidak terhisap dan tidak terperah sehingga bayi tidak kenyang dan akan rewel kemudian juga bisa menyebabkan puting susu lecet karena hisapan bayi yang hanya di puting saja membuat lekukan antara puting dan areola tertrarik. Tidak mengoleskan ASI pada puting dan areola juga dapat menyebabkan puting susu lecet, karena dari puting yang kering langsung dihisap oleh bayi yang membuat kulit di puting mudah luka. Tidak menyendawakan bayi juga memiliki dampak yang buruk karena dapat menyebabkan gumoh atau muntah dan apabila hal itu terus menerus dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada bayi. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan sebelum dan sesudah pemberian booklet tentang teknik menyusui terhadap praktik menyusui pada ibu menyusui di RSUD Wonosari.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakangm rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan teknik menyusui sebelum dan sesudah pemberian booklet teknik menyusui pada ibu menyusui di RSUD Wonosari ?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah pemberian booklet tentang teknik menyusui terhadap praktik menyusui pada ibu menyusui. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik ibu menyusui yaitu umur, pendidikan dan paritas b. Mengidentifikasi rata-rata praktik teknik ibu dalam menyusui sebelum pemberian booklet c. Mengidentifikasi ratra-rata praktik teknik ibu dalam menyusui sesudah pemberian booklet d. Mengetahui perbedaan rata-rata praktik teknik menyusui sebelum dan sesudah pemberian booklet
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar terhadap mata ajaran
yang berhubungan dengan promosi
kesehatan. b. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kebidanan pada khususnya maupun tenaga kesehatan pada umumnya mengenai sumber informasi cetak berupa booklet terdapat pengetahuan bagi ibu menyusui tentang praktik menyusui yang benar. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul adalah data dan hasil penelitian dapat dijadikan referensi dalam pemilihan media promosi terutama dalam praktik menyusui. b. Manfaat yang dapat diperoleh bagi masyarakat khususnya ibu menyusui adalah sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi ibu menyusui supaya dapat melakukan praktik menyusui dengan benar dan mengurangi resiko masalah menyusui. c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif oleh bidan komunitas
dalam
memberikan
promosi
kesehatan
dan
memudahkan bidan dalam memberikan promosi kesehatan karena media yang dapat di bawa pulang dan dipelajari di rumah.
8
E. Keaslian Penelitian
No
Nama
Judul
Hasil
Metode
Perbedaan dengan penelitian
Peneliti 1.
Robiatul
Pengaruh Pemberian
Booklet berpengaruh
Randomized Control Metode yang digunakan one group
Adawiyani8
Booklet Anemia
terhadap pengetahuan
Trial (RCT)
terhadap Pengetahuan,
dan kepatuhan ibu hamil
Kepatuhan Minum
dalam meminum tablet
Tablet Tambah Darah
tambah darah
pretest postest design , responden yang diteliti ibu menyusui, waktu dan tempat.
dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Indah 3.
Pengaruh Media
P value pengetahuan:
Quasi Eksperimen
Metode yang digunakan one group
Rachma
Booklet ASI Esklusif
0.001 dan P value sikap
dengan Equivalent
pretest postest design , responden yang
Yanti
dalam Meningkatkan
: 0.007, booklet
Control Group
diteliti praktik ibu menyusui, waktu dan
9
Shabirah9
Pengetahuan dan Sikap
berpengaruh dalam
Ibu Hamil
meningkatkan
Design
tempat.
Pre eksperimental
Pengambilan data pada penelitian ini
pengetahuan dan sikap 3.
Dian
Efektivitas Modul untuk
P : 0,000
Ratnawati10
Manajemen Laktasi
H0 ditolak berarti modul dengan one group
dengan consecutive sampling.
Pasca Melahirkan
terbukti efektif untuk pretest postest
Menggunakan booklet, tempat dan
menejemen laktasi pasca design, pengambilan
waktu juga berbeda
melahirkan
data dengan simple random sampling
4.
Tri
Peningkatan Produksi
Kepuasan Produksi ASI Quasi Ekspeimen
Metode yang digunakan one group
budiarti11
ASI Ibu Nifas Seksio
P : 0,002
pretest postest design , responden yang
Sesarea Melalui
Kelancaran
Pemberian Paket
dari indikator bayi P : Teknik sampel
media yang digunakan booklet, waktu
“Sukses ASI”
0,000
dan tempat juga berbeda
Kelancaran
dengan Post test only produksi design
dengan consecutive produksi sampling
diteliti praktik ibu menyusui engan
10
ASI dari faktor ibu P : Uji chi-square 0,004 Pemberian “sukses
paket ASI”
dapat
meningkatkan produksi ASI ibu nifas seksio sesarea