- 11ﺑﺎب ﻻَ ﺗُ ْﺴﺘَـ ْﻘﺒَ ُﻞ اﻟ ِْﻘ ْﺒـﻠَﺔُ ﺑِﻐَﺎﺋِ ٍﻂ أ َْو ﺑَـ ْﻮٍل إِﻻِ ﻋ ْﻨ َﺪ اﻟْﺒِﻨَ ِﺎء ِﺟ َﺪا ٍر أ َْو ﻧَ ْﺤ ِﻮِﻩ Bab 11 Tidak Menghadap Kiblat ketika Buang Air Besar atau Kecil kecuali ketika didalam Bangunan yang Bertembok atau yang Semisalnya Penjelasan : Diantara adab-adab dalam buang hajat adalah tidak menghadap atau membelakangi kiblat. Bagi masyarakat Indonesia kiblat berada di arah barat, sehingga umat Islam Indonesia dilarang ketika buang hajat menghadap ke barat atau ke timur. Namun larangan ini dikecualikan ketika seorang buang hajatnya berada pada satu bangunan yang tertutup. Imam Syafi’I dalam kitabnya “Ar-Risalah” telah menjelaskan kepada kita hal tersebut, berikut perkataan beliau : أﺧﺒﺮﻧﺎ ﺳﻔﻴﺎن ﻋﻦ اﻟﺰﻫﺮي ﻋﻦ ﻋﻄﺎء ﺑﻦ ﻳﺰﻳﺪ اﻟﻠﻴﺜﻲ ﻋﻦ أﺑﻲ أﻳﻮب اﻻﻧﺼﺎري ان اﻟﻨﺒﻲ ﻗﺎل " ﻻ ﺗﺴﺘﻘﺒﻠﻮا اﻟﻘﺒﻠﺔ وﻻ ﺗﺴﺘﺪﺑﺮوﻫﺎ ﻟﻐﺎﻳﻂ أو ﺑﻮل وﻟﻜﻦ ﺷﺮﻗﻮا أو ﻏﺮﺑﻮا ﻗﺎل أﺑﻮ أﻳﻮب ﻓﻘﺪﻣﻨﺎ اﻟﺸﺎم ﻓﻮﺟﺪﻧﺎ ﻣﺮاﺣﻴﺾ ﻗﺪ ﺻﻨﻌﺖ ﻓﻨﻨﺤﺮف وﻧﺴﺘﻐﻔﺮ اﷲ " )(812 أﺧﺒﺮﻧﺎ ﻣﺎﻟﻚ ﻋﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﻋﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﺣﺒﺎن ﻋﻦ ﻋﻤﻪ واﺳﻊ ﺑﻦ ﺣﺒﺎن ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ أﻧﻪ ﻛﺎن ﻳﻘﻮل " إن ﻧﺎﺳﺎ ﻳﻘﻮﻟﻮن إذا ﻗﻌﺪت ﻋﻠﻰ ﺣﺎﺟﺘﻚ ﻓﻼ ﺗﺴﺘﻘﺒﻞ اﻟﻘﺒﻠﺔ وﻻ ﺑﻴﺖ اﻟﻤﻘﺪس ﻓﻘﺎل ﻋﺒﺪ اﷲ ﻟﻘﺪ ارﺗﻘﻴﺖ ﻋﻠﻰ ﻇﻬﺮ ﺑﻴﺖ ﻟﻨﺎ ﻓﺮأﻳﺖ رﺳﻮل اﷲ ﻋﻠﻰ ﻟﺒﻨﺘﻴﻦ ﻣﺴﺘﻘﺒﻼ ﺑﻴﺖ اﻟﻤﻘﺪس ﻟﺤﺎﺟﺘﻪ " ) (813ﻗﺎل اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ أدب رﺳﻮل اﷲ ﻣﻦ ﻛﺎن ﺑﻴﻦ ﻇﻬﺮاﻧﻴﻪ وﻫﻢ ﻋﺮب ﻻ ﻣﻐﺘﺴﻼت ﻟﻬﻢ أو ﻻﻛﺜﺮﻫﻢ ﻓﻲ ﻣﻨﺎزﻟﻬﻢ ﻓﺎﺣﺘﻤﻞ أدﺑﻪ ﻟﻬﻢ ﻣﻌﻨﻴﻴﻦ ) (814أﺣﺪﻫﻤﺎ أﻧﻬﻢ إﻧﻤﺎ ﻛﺎﻧﻮا ﻳﺬﻫﺒﻮن ﻟﺤﻮاﺋﺠﻬﻢ ﻓﻲ اﻟﺼﺤﺮاء ﻓﺎﻣﺮﻫﻢ اﻻ ﻳﺴﺘﻘﺒﻠﻮا اﻟﻘﺒﻠﺔ وﻻ ﻳﺴﺘﺪﺑﺮوﻫﺎ ﻟﺴﻌﺔ اﻟﺼﺤﺮاء وﻟﺨﻔﺔ اﻟﻤﺆﻧﺔ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻟﺴﻌﺔ ﻣﺬاﻫﺒﻬﻢ ﻋﻦ أن ﺗﺴﺘﻘﺒﻞ اﻟﻘﺒﻠﺔ أو ﺗﺴﺘﺪﺑﺮ ﻟﺤﺎﺟﺔ اﻻﻧﺴﺎن ﻣﻦ ﻏﺎﻳﻂ أو ﺑﻮل وﻟﻢ ﻳﻜﺮﻫﻢ ﻣﺮﻓﻖ ﻓﻲ اﺳﺘﻘﺒﺎل اﻟﻘﺒﻠﺔ وﻻ اﺳﺘﺪﺑﺎرﻫﺎ أوﺳﻊ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻣﻦ ﺗﻮﻗﻰ ذﻟﻚ ) (815وﻛﺜﻴﺮا ﻣﺎ ﻳﻜﻮن اﻟﺬاﻫﺒﻮن ﻓﻲ ﺗﻠﻚ اﻟﺤﺎل ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﺳﺘﺮ ﻋﻦ ﻣﺼﻠﻲ ﻳﺮى ﻋﻮراﺗﻬﻢ ﻣﻘﺒﻠﻴﻦ وﻣﺪﺑﺮﻳﻦ ﻏﺬا اﺳﺘﻘﺒﻞ اﻟﻘﺒﻠﺔ ﻓﺄﻣﺮوا أن ﻳﻜﺮﻣﻮا ﻗﺒﻠﺔ اﷲ وﻳﺴﺘﺮوا اﻟﻌﻮرات ﻣﻦ ﻣﺼﻠﻲ إن ﺻﻠﻰ ﺣﻴﺚ ﻳﺮاﻫﻢ وﻫﺬا اﻟﻤﻌﻨﻰ اﺷﺒﻪ ﻣﻌﺎﻧﻴﻪ واﷲ أﻋﻠﻢ )(816 وﻗﺪ ﻳﺤﺘﻤﻞ أن ﻳﻜﻮن ﻧﻬﺎﻫﻢ أن ﻳﺴﺘﻘﺒﻠﻮا ﻣﺎ ﺟﻌﻞ ﻗﺒﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﺼﺤﺮاء ﻟﻐﺎﺋﻂ أو ﺑﻮل ﻟﺌﻼ ﻳﺘﻐﻮط أو ﻳﺒﺎل ﻓﻲ اﻟﻘﺒﻠﺔ ﻓﺘﻜﻮن ﻗﺬرة ﺑﺬﻟﻚ أو ﻣﻦ وراﺋﻬﺎ ﻓﻴﻜﻮن ﻣﻦ وراﺋﻬﺎ أذى ﻟﻠﻤﺼﻠﻴﻦ إﻟﻴﻬﺎ ) (817ﻗﺎل ﻓﺴﻤﻊ أﺑﻮ أﻳﻮب ﻣﺎ ﺣﻜﻲ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺟﻤﻠﺔ ﻓﻘﺎل ﺑﻪ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺬﻫﺐ ﻓﻲ اﻟﺼﺤﺮاء واﻟﻤﻨﺎزل وﻟﻢ ﻳﻔﺮق ﻓﻲ اﻟﻤﺬﻫﺐ ﺑﻴﻦ اﻟﻤﻨﺎزل اﻟﺘﻲ ﻟﻠﻨﺎس ﻣﺮاﻓﻖ ان ﻳﻀﻌﻮﻫﺎ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ اﻟﺤﺎﻻت ﻣﺴﺘﻘﺒﻠﺔ اﻟﻘﺒﻠﺔ أو ﻣﺴﺘﺪﺑﺮﺗﻬﺎ واﻟﺘﻲ ﻳﻜﻮن ﻓﻴﻬﺎ اﻟﺬاﻫﺐ ﻟﺤﺎﺟﺘﻪ ﻣﺴﺘﺘﺮا ﻓﻘﺎل ﺑﺎﻟﺤﺪﻳﺚ ﺟﻤﻠﺔ ﻛﻤﺎ ﺳﻤﻌﻪ ﺟﻤﻠﺔ ) (818وﻛﺬﻟﻚ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﻤﻦ ﺳﻤﻊ اﻟﺤﺪﻳﺚ أن ﻳﻘﻮل ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﻋﻤﻮﻣﻪ وﺟﻤﻠﺘﻪ ﺣﺘﻰ ﻳﺠﺪ دﻻﻟﺔ ﻳﻔﺮق ﺑﻬﺎ ﻓﻴﻪ ﺑﻴﻨﻪ ) (819ﻗﺎل اﺷﺎﻓﻌﻲ ﻟﻤﺎ ﺣﻜﻰ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ
اﻧﻪ رأى اﻟﻨﺒﻲ ﻣﺴﺘﻘﺒﻼ ﺑﻴﺖ اﻟﻤﻘﺪس ﻟﺤﺎﺟﺘﻪ وﻫﻮ إﺣﺪى اﻟﻘﺒﻠﺘﻴﻦ وإذا اﺳﺘﻘﺒﻠﻪ اﺳﺘﺪﺑﺮ اﻟﻜﻌﺒﺔ اﻧﻜﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻳﻘﻮل ﻻ ﻳﺴﺘﻘﺒﻞ ( وﻟﻢ ﻳﺴﻤﻊ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺮى ﻣﺎ أﻣﺮ ﺑﻪ رﺳﻮل اﷲ820) اﻟﻘﺒﻠﺔ وﻻ ﺗﺴﺘﺪﺑﺮﻫﺎ وراى أن ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻻﺣﺪ أن ﻳﻨﺘﻬﻲ ﻋﻦ أﻣﺮ ﻓﻌﻠﻪ رﺳﻮل اﷲ ﻓﻲ اﻟﺼﺤﺮاء ﻓﻴﻔﺮق ﺑﻴﻦ اﻟﺼﺤﺮاء واﻟﻤﻨﺎزل ﻓﻴﻘﻮل ﺑﺎﻟﻨﻬﻲ ﻓﻲ اﻟﺼﺤﺮاء وﺑﺎﻟﺮﺧﺼﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﻨﺎزل ﻓﻴﻜﻮن ﻗﺪ ﻗﺎل ﺑﻤﺎ ﺳﻤﻊ ورأى ( وﻓﻲ ﻫﺬا ﺑﻴﺎن ان ﻛﻞ ﻣﻦ ﺳﻤﻊ ﻣﻦ821) وﻓﺮق ﺑﺎﻟﺪﻻﻟﺔ ﻋﻦ رﺳﻮل اﷲ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻓﺮق ﺑﻴﻨﻪ ﻻﻓﺘﺮاق ﺣﺎل اﻟﺼﺤﺮاء واﻟﻤﻨﺎزل رﺳﻮل اﷲ ﺷﻴﺌﺎ ﻗﺒﻠﻪ ﻋﻨﻪ وﻗﺎل ﺑﻪ وإن ﻟﻢ ﻳﻌﺮف ﺣﻴﺚ ﻳﺘﻔﺮق ﻟﻢ ﻳﺘﻔﺮق ﺑﻴﻦ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻌﺮف ﻏﻼ ﺑﺪﻻﻟﺔ ﻋﻦ رﺳﻮل اﷲ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﺮق ﺑﻴﻨﻪ “Sufyan mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Atha bin Yazid Al-Laits, dari Abu Ayyub Al Anshari, bahwa Nabi bersabda : “Janganlah kalian menghadap kiblat dan
jangan membelakanginya saat membuang air besar dan air kecil, tetapi menghadaplah ke Timur atau Barat”. Abu Ayyub berkata : ‘kami pergi ke Syam dan mendapati tempat-tempat membuang hajat dibangun dengan menghadap kiblat, maka kami menghadap ke arah lain dan memohon ampunan kepada Allah”. Malik mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Sa’id, dari Muhammad bin Yahya bin Habban, dari pamannya Wasi’ bin Habban, dari Abdullah bin Umar , ia berkata : “orang-orang berkata, jika kamu duduk untuk membuang hajat, maka janganlah menghadap kiblat dan Baitul Maqdis. Aku pernah naik ke atap rumahku, lalu aku melihat dari jauh Rasulullah membuang hajat diatas dua bata dengan menghadap Baitul Maqdis’. Rasulullah bermaksud melatih adab orang-orang Arab yang hidup pada zamannya, karena kebanyakan dari mereka tidak memiliki tempat buang hajat di rumahnya. Jadi adab Beliau ini memiliki dua kemungkinan : Pertama, mereka biasa pergi ke padang pasir untuk membuang hajat. Oleh karena itu, beliau memerintahkan mereka untuk tidak menghadap atau membelakangi kiblat. Itu karena luasnya padang pasir, ringannya biaya bagi mereka dan luasnya lokasi untuk membuang hajat. Dengan demikian mereka bisa menghindar dari menghadap atau membelakangi kiblat saat membuang air kecil atau air besar. Mereka juga tidak memiliki tempat yang memungkinkan untuk menghadap atau membelakangi kiblat, sehingga lebih baik mereka menghindari hal tersebut. Seringkali orang yang membuang hajat dalam kondisi tanpa penutup dari tempat shalat itu terlihat auratnya dari depan apabila ia menghadap kiblat. Oleh karena itu, mereka diperintahkan untuk menghormati kiblat Allah dan menutup aurat agar tidak terlihat dari tempat sholat jika orang sholat bisa melihat mereka. Makna inilah yang paling mendekati ajaran-ajaran Nabi . Kedua, Nabi melarang mereka menghadap kiblat saat berada di padang pasir untuk membuang hajat kecil dan besar, agar seseorang tidak buang hajat kecil dan
besar di arah kiblat, sehingga menimbulkan rasa jijik dan mengganggu orang yang sholat. Bisa jadi Abu Ayyub mendengar penuturan dari Nabi secara garis besar sehingga ia menerapkannya secara umum pada tempat buang hajat di padang pasir dan di rumah. Ia tidak membedakan tempat buang hajat di rumah yang menjadi sarana membuang hajat dalam kondisi tertentu dengan menghadap kiblat atau membelakanginya, karena yang membuang hajat didalamnya memakai penutup. Jadi, ia menuturkan hadits secara garis besar, sebagaimana ia mendengarnya secara garis besar. Demikianlah seyogianya orang yang mendengarkan hadits, menerapkannya secara umum dan garis besar, sampai ia menemukan sebuah indikasi untuk membedakan antara yang satu dengan yang lain. Ibnu Umar menuturkan bahwa Nabi membuang hajat dengan menghadap Baitul Maqdis, salah satu dari dua kiblat, padahal apabila beliau menghadapi Baitul Maqdis maka beliau membelakangi ka’bah, maka dalam hal ini Ibnu Umar mengkritik orang yang melarang menghadap atau membelakangi ka’bah untuk buang hajat, dan berpendapat bahwa tidak sepatutnya seseorang menghindari sesuatu yang telah dilakukan oleh Rasulullah . Kelihatannya Ibnu Umar tidak pernah mendengar perintah Rasulullah tentang buang hajat di padang pasir dengan di rumah, dan ia pun melarang menghadap kiblat di padang pasir, dan membolehkan di rumah. Jadi, sebenarnya ia telah mengatakan apa yang didengar dan dilihatnya, serta membuat perbedaan sesuai petunjuk dari Rasulullah tentang perbedaan tersebut, karena memang ada perbedaan antara kondisi padang pasir dengan rumah. Hal ini mengandung penjelasan bahwa setiap orang yang mendengar suatu pesan dari Rasulullah , yang diterima dan dipegangnya, tidak boleh membedakan antara halhal yang tidak diketahui, kecuali dengan petunjuk dari Rasulullah tentang perbedaan diantara keduanya” (dinukil dari terjemah Risalah, Pustaka Azzam hal 366-369).
Berkata Imam Bukhori :
ِ ِ ٍ ْﺪﺛَـﻨَﺎ اﺑْ ُﻦ أَﺑِﻰ ِذﺋ ﺎل َﺣ ﻮب َ َﺐ ﻗ َ َآد ُم ﻗ ﺰ ْﻫ ِﺮ ﺪﺛَـﻨَﺎ اﻟ ﺎل َﺣ َ ﺪﺛَـﻨَﺎ َﺣ- 144 َ ﻰ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻰ أَﻳ ْﻴﺜى َﻋ ْﻦ َﻋﻄَﺎء ﺑْ ِﻦ ﻳَ ِﺰﻳ َﺪ اﻟﻠ ِ ُ ﺎل رﺳ َﻬﺎﻂ ﻓَﻼَ ﻳَ ْﺴﺘَـ ْﻘﺒِ ِﻞ اﻟ ِْﻘ ْﺒـﻠَﺔَ َوﻻَ ﻳُـ َﻮﻟ َ َى ﻗ ﺼﺎ ِر َ َِﺣ ُﺪ ُﻛ ُﻢ اﻟْﻐَﺎﺋ َ ْاﻷَﻧ َ » إِ َذا أَﺗَﻰ أ- ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ﻪﻮل اﻟﻠ ُ َ َ َﺎل ﻗ
« ﺮﺑُﻮاَﺮﻗُﻮا أ َْو ﻏ َﺷ، ُﻇَ ْﻬ َﺮﻩ
10). 10). Hadits no. 144 “Haddatsanaa Adam ia berkata, haddatsanaa Ibnu Abi Dzi’b ia berkata, haddatsanaa AzZuhriy dari Atho’ bin Yazid Al Laitsiy dari Abu Ayyub Al Anshoriy ia berkata, Rasulullah
bersabda : “Jika salah seorang diantara kalian buang hajat, maka janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya, tapi menghadaplah kearah timur atau barat”. Muslim pada no. 632 Penjelasan biografi perowi hadits :
Semua perowinya telah berlalu keterangannya. Kecuali : 1.
Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama Hubungan Rowi
2.
Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama Hubungan Rowi
: : : :
Abu Muhammad Atho’ bin Yazid Wafat 105 atau 107 H Syam Tabi’I wasith. Ditsiqohkan oleh Imam Ibnul Madini, Imam Nasa’I dan Imam Ibnu Hibban. : Abu Ayyub salah seorang gurunya, sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi. : : : : :
Abu Ayyub Kholid bin Zaid Al Anshari Wafat 50 H atau setelahnya Madinah Sahabat besar. veteran perang Badar.
(Catatan : Semua biografi rowi dirujuk dari kitab tahdzibul kamal Al Mizzi dan Tahdzibut Tahdzib Ibnu Hajar)
Penjelasan Hadits : 1. Diwajibkannya untuk tidak menghadap atau membelakangi kiblat ketika buang air kecil atau besar, namun tidak mengapa untuk melakukannya di jamban yang tertutup, sekalipun sangat dianjurkan untuk membuat jamban yang tidak menghadap atau membelakangi arah kiblat. Imam Al Albani dalam Tamamul Minnah memilih pendapat yang mengharamkannya secara mutlak, kata beliau :
ﻓﺎﻟﺼﻮاب اﻟﻘﻮل ﺑﺎﻟﺘﺤﺮﻳﻢ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﻓﻲ اﻟﺼﺤﺮاء واﻟﺒﻨﻴﺎن وﻫﺬا اﻟﺬي اﻧﺘﻬﻰ إﻟﻴﻪ اﻟﺸﻮﻛﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﻧﻴﻞ اﻷوﻃﺎر " و " اﻟﺴﻴﻞ " وﺣﻘﻴﻘﺔ اﻟﻨﻬﻲ اﻟﺘﺤﺮﻳﻢ وﻻ ﻳﺼﺮف ذﻟﻚ ﻣﺎ روي أﻧﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻌﻞ ذﻟﻚ: ( ﻗﺎل ﻓﻴﻪ69 / 1 ) " اﻟﺠﺮار ﻓﻘﺪ ﻋﺮﻓﻨﺎك أن ﻓﻌﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻻ ﻳﻌﺎرض اﻟﻘﻮل اﻟﺨﺎص ﺑﺎﻷﻣﺔ إﻻ أن ﻳﺪل دﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ أﻧﻪ أراد اﻻﻗﺘﺪاء ﺑﻪ ﻓﻲ ذﻟﻚ وإﻻ ﻛﺎن ﻓﻌﻠﻪ ﺧﺎﺻﺎ “Yang benar pendapat yang mengharamkannya secara mutlak baik didalam padang pasir maupun di bangunan, ini adalah kesimpulan akhir pendapat Imam Syaukani
dalam “Nailul Author” dan “As-Sailul Jaror” (1/69) beliau berkata : ‘Yang benar adalah larangan ini untuk pengharaman dan hal ini tidak dipalingkan dengan apa yang diriwayatkan bahwa Nabi melakukannya, kita telah mengetahui bahwa perbuatan Nabi tidak bertentangan dengan ucapannya yang khusus tertuju kepada umatnya, kecuali dalil menunjukkan bahwa perbuatan tersebut untuk dijadikan contoh bagi umatnya, jika tidak seperti itu maka perbuatan Nabi adalah khusus baginya… “ Kemudian Imam Al Albani berkomentar :
وإن ﻣﻤﺎ ﻳﺆﻳﺪ اﻟﻌﻤﻮم اﻷﺣﺎدﻳﺚ اﻟﺘﻲ وردت ﻓﻲ اﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ اﻟﺒﺼﻖ ﺗﺠﺎﻩ اﻟﻘﺒﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ وﺧﺎرﺟﻪ وﻣﻦ ذﻟﻚ ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ 222 ) " " ﻣﻦ ﺗﻔﻞ ﺗﺠﺎﻩ اﻟﻘﺒﻠﺔ ﺟﺎء ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ وﺗﻔﻠﺘﻪ ﺑﻴﻦ ﻋﻴﻨﻴﻪ " وﻫﻮ ﻣﺨﺮج ﻓﻲ " اﻟﺼﺤﻴﺤﺔ: اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ( وﻗﺪ ﺟﺰم اﻟﻨﻮوي ﺑﺎﻟﻤﻨﻊ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺣﺎﻟﺔ داﺧﻞ اﻟﺼﻼة وﺧﺎرﺟﻬﺎ وﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ أو ﻏﻴﺮﻩ ﻛﻤﺎ ﻧﻘﻠﺘﻪ ﻋﻨﻪ ﻫﻨﺎك وﺑﻪ223و ﻗﺎل اﻟﺼﻨﻌﺎﻧﻲ ﻓﺈذا ﻛﺎن اﻟﺒﺼﻖ ﺗﺠﺎﻩ اﻟﻘﺒﻠﺔ ﻓﻲ اﻟﺒﻨﻴﺎن ﻣﻨﻬﻴﺎ ﻋﻨﻪ ﻣﺤﺮﻣﺎ أﻓﻼ ﻳﻜﻮن اﻟﺒﻮل واﻟﻐﺎﺋﻂ ﺗﺠﺎﻫﻬﺎ ﻣﺤﺮﻣﺎ ﻣﻦ ﺑﺎب أوﻟﻰ ؟ اﻋﺘﺒﺮوا ﻳﺎ أوﻟﻲ اﻷﺑﺼﺎر “Dan diantara yang menguatkan keumuman hadits yang datang tentang larangan meludah kearah kiblat didalam masjid dan diluar masjid yaitu sabda Nabi :
“Barangsiapa yang meludah kearah kiblat, maka ludah tersebut akan datang pada hari kiamat meludahi diantara kedua matanya” (haditsnya ditakhrij dalam “Ash-Shahihah” 222-223). Imam Nawawi telah memastikan larangan meludah tersebut didalam maupun diluar sholat baik didalam maupun diluar masjid sebagaimana aku telah menukilnya di kitab tersebut. Imam Shon’aniy berkata, jika meludah kearah kiblat didalam bangunan terlarang dan diharamkan, maka bagaimana lagi dengan air kencing atau buang air besar kearah kiblat, maka pengharamannya lebih utama? Perhatikanlah wahai orang yang memiliki akal”. 2. Keunggulan syariat Islam yang lengkap yang mengatur segala segi kehidupan manusia. Ini adalah bukti kesempurnaan Islam yang Allah karuniakan kepada umat Muhammad . 3. Hadits ini dalil diterapkannya Syadzu Dzariat (tindakan preventive), karena ketika seseorang biasa melakukan buang hajat kearah kiblat, maka dikhawatirkan hilang pengagungannya terhadap kiblat yang mana seorang Muslim minimal 5 kali dalam sehari semalam, sholat menghadapnya. 4. Dalam hadits tersebut dijelaskan untuk menghadap ke timur atau barat itu adalah untuk daerah yang kiblatnya menghadap ke selatan atau utara, sedangkan bagi negeri kita, maka tentunya ketika kita buang hajat menghadapnya ke selatan atau utara.