Bab 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi kepada sesamanya, baik itu lisan maupun tulisan. Menurut Parera (1997:27), bahasa ialah seperangkat kebiasaan. Setiap suku, bangsa, dan negara memiliki bahasanya masing-masing. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa bahasa merupakan hasil budaya yang unik dari suatu masyarakat. Dalam Wikipedia, disebutkan bahwa salah satu definisi bahasa adalah suatu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), mengartikan bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Manusia sebagai makhluk sosial, dituntut untuk selalu berinteraksi dengan sekelilingnya agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Akan tetapi perbedaan bahasa ibu menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman. Sehingga manusia selalu mencoba untuk mengungkapkannya dengan berbagai cara. Seiring dengan perkembangan zaman, ada banyak cara untuk menerjemahkan bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Seperti mempelajari dari buku, karya sastra, belajar di lembaga bahasa, hingga terjun langsung ke masyarakat yang berbeda bahasanya tersebut. Saat ini, peranan bahasa sebagai alat komunikasi menjadi semakin penting. Dalam era globalisasi, ada beberapa bahasa yang dapat dikatakan sebagai bahasa internasional, salah satunya seperti bahasa Inggris. Selain itu bahasa Jepang pun sudah dianggap
1
penting, karena Jepang merupakan negara industri yang produk-produknya sudah merambah ke seluruh dunia. Meningkatnya kedudukan Jepang di tingkat internasional menyebabkan semakin mendesaknya kebutuhan untuk mempelajari bahasa Jepang. Akan tetapi, mempelajari bahasa Jepang bukan hal yang mudah. Banyak faktor yang menyebabkan bahasa Jepang termasuk negara dengan bahasa yang sulit dipelajari. Menurut Sudjianto (2004:14), dilihat dari aspek kebahasaan, bahasa Jepang memiliki karakteristik tertentu yang dapat kita amati dari huruf yang digunakan, sistem pengucapan, gramatika, ragam bahasa dan kosa kata. Keragaman dalam suatu bahasa pada akhirnya menimbulkan berbagai aturan dalam penggunaannya. Hal-hal seperti inilah yang menjadi kendala utama bagi seorang pemelajar bahasa jepang, selain kesulitan menyangkut penguasaan tulisan seperti hiragana, katakana dan kanji. Permasalahan tersebut berakar dari kurangnya pengertian pemelajar dalam bidang linguistik. Parera (1997:108) menyebutkan bahwa orang yang tidak mulai dengan guru akan langsung menemukan kesalahan terjemahan, kesulitan dalam berbahasa, dan sisa kebiasaan dari bahasa pertama atau bahasa asli. Dalam mempelajari bahasa Jepang, tentu tidak dapat lepas dari hyougen「表現」. Petutur biasanya menggunakan hyougen untuk mengekspresikan sesuatu kepada penutur agar makna yang diinginkan dapat tersampaikan dengan baik. Dalam Koujien (1998:2275), hyougen jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, dapat berarti ekspresi, perasaan di hati atau tampak, muncul ke luar atau menampilkan, menampakkan sesuatu. Pemakaian hyougen selalu disesuaikan dengan makna, maksud dan inti yang terkandung dalam kalimat yang ingin disampaikan kepada lawan bicara atau pendengar. Bahasa Jepang memiliki hyougen yang melimpah. Bahkan banyak pemelajar bahasa
2
Jepang yang sulit membedakan fungsi hyougen yang satu dengan yang lainnya, karena terdapat hyougen yang memiliki makna yang sama atau mirip dengan hyougen yang lain. Sehingga mengalami kesulitan yang fatal dalam penggunaannya, baik secara lisan maupun tulisan. Hyougen yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah ~te aru 「~てある」dan ~te oku「~ておく」. Dalam tata bahasa Jepang, dikenal pula istilah doushi 「動詞」. Menurut Matsuura (2005:156), doushi 「動詞」berarti kata kerja atau verba. Kata kerja (doushi ) memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai predikat dalam kalimat. Seperti yang diungkapkan Masuoka dan Takubo dalam Torana (2009:3) : 文末の位置で文をさせるのが「述語」である。「述語」は文の中心的な要素 であり、述語の内容によって文の大枠が決定された。 Terjemahan : Predikat adalah penopang akhir kalimat. Predikat merupakan unsur pusat kalimat, keseluruhan kalimat ditentukan oleh predikat.
Contoh-contoh doushi adalah yomimasu (読みます) bermakna membaca, kakimasu ( 書 き ま す ) bermakna menulis, moraimasu ( 貰 い ま す ) bermakna menerima, dan sebagainya. Hyougen ~te aru 「~てある」dan ~te oku「~ておく」juga merupakan doushi. Alasan penulis ingin melakukan penelitian ini adalah karena banyak pemelajar bahasa Jepang yang masih kesulitan untuk mempelajari pola kalimat ~te aru 「~てある 」dan ~te oku「~ておく」. Penulis juga ingin mengetahui apa perbedaan dari kedua fungsi tersebut secara jelas dan menemukan penjelasan yang dapat mempermudah
3
pembelajar bahasa Jepang dalam mengembangkan pembelajaran bahasa Jepang khususnya mengenai perbedaan fungsi ~te aru 「~てある」dan ~te oku「~ておく」. Memang harus diakui ada jarak yang besar antara bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, sehingga penjelasan mengenai kapan harus memakai ~te aru 「~てある」 dan kapan harus menggunakan ~te oku「~ておく」masih mengalami kendala. Seperti contoh di bawah ini : 1. ケーキを買ってきておきます。 2. ケーキが買ってきてあります。 Jika dilihat sekilas, kedua kalimat di atas sulit untuk diartikan dalam kalimat bahasa Indonesia yang berbeda, akan tetapi keduanya memiliki makna yang berbeda. Singkatnya, hal yang terlihat berbeda hanyalah fokus kalimat, yang tercermin dari perbedaan partikel yang dipakai pada kedua kalimat. Penulis menggunakan kuesioner yang telah disebarkan ke 20 responden untuk digunakan sebagai korpus data. Dalam menganalisis data yang didapatkan, penulis akan menghubungkannya dengan beberapa teori. Seperti teori-teori mengenai doushi「動詞 」, teori bentuk ~te 「~て形」, teori ~te aru 「~てある」dan ~te oku「~ておく」 yang dikemukakan oleh Yasuko Ichikawa.
1.2. Rumusan Permasalahan Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti kemampuan pemelajar bahasa Jepang dalam membedakan pemakaian fungsi ~te aru 「~てある」dan ~te oku「~ておく」.
4
1.3. Ruang Lingkup Permasalahan Penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian pada analisis kemampuan mahasiswa semester lima Sastra Jepang di Universitas Bina Nusantara tahun ajaran 2010/2011, dalam menggunakan fungsi ~te aru 「~てある」dan ~te oku「~ておく」 berdasarkan teori Yasuko Ichikawa (2008).
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan mahasiswa semester lima Sastra Jepang Universitas Bina Nusantara, dalam menggunakan fungsi ~te aru 「~てある」dan ~te oku「~ておく」. Manfaat dari penelitian ini adalah agar pemelajar bahasa Jepang tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari dan dapat membedakan fungsi ~te aru 「~てある」dan ~te oku「~ておく」 dengan baik.
1.5. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kepustakaan adalah menggunakan korpus data yang berupa literatur buku mengenai ~te aru 「~てある」 dan ~te oku「~ておく」. Penulis juga menggunakan metode kuesioner yang bersifat tertutup dan angket sebagai korpus data. Hariwijaya dan Triton (2005:61) mendefinisikan kuesioner atau angket merupakan alat pengumpulan data yang berupa serangkaian daftar pertanyaan yang diberikan untuk dijawab oleh responden. Penulis menggunakan korpus data dari 20 responden. Serta menggunakan media internet dan
5
metode deskriptif analitis, yaitu penelitian yang mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan kemudian menganalisis dan menyimpulkannya.
1.6. Sistematika Penulisan Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, rumusan permasalahan dan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, serta metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2 Landasan Teori, berisi beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian. Teori yang berasal dari sumber yang akurat yang digunakan untuk menganalisis datadata yang ada. Teori-teori yang akan penulis gunakan adalah teori mengenai doushi「動 詞」, teori bentuk ~te 「~て形」, teori ~te aru 「~てある」dan ~te oku「~ておく」. Bab 3 Analisis data, pada bab ini penulis akan mengolah dan menganalisis korpus data satu persatu dengan menggunakan data yang berhasil dikumpulkan melalui teoriteori, guna mendapatkan hasil yang diharapkan dari proses penelitian ini. Bab 4 Simpulan, berisi hasil analisa korpus data yang didapatkan dari semua proses penelitian yang telah dilakukan. Bab 5 Ringkasan, meringkas kembali semua latar belakang, rumusan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, beserta analisis yang sudah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya secara singkat dan jelas.
6