1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal di Indonesia merupakan dampak dari
peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan, karena setiap perusahaan go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, terutama perusahaan yang telah go public. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang go public, maka makin tinggi pula permintaan atas audit laporan keuangan yang menjadi sumber informasi bagi investor. Laporan keuangan merupakan alat untuk mengkomunikasikan informasi akuntansi kepada pihak–pihak yang berkepentingan (dalam hal ini investor) yang membantu dalam mengambil keputusan. Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 24 yang terdapat pada Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan perusahaan dituntut untuk dapat memberikan informasi yang berguna bagi pemakai dan harus sesuai dengan karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan, yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
2
Kegiatan perdagangan saham di pasar modal di Indonesia diawasi oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Salah satu aturan yang ditetapkan oleh Bapepam terhadap perusahaan terbuka (go public) adalah kewajiban setiap perusahaan yang terdaftar di pasar modal untuk menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bapepam selambat–lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tahun buku. Perkembangan perauditan perusahaan–perusahaan Go Public selanjutnya tidaklah mudah, ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga pasar saham tersebut. Batasan waktu yang ditetapkan oleh Bapepam dan kewajiban untuk diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bapepam cukup menjadi kendala dalam ketepatan waktu publikasi laporan keuangan, mengingat proses audit yang membutuhkan waktu yang tidak singkat karena menurut Generally Accepted Auditing Standard khususnya standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian, dan standar pekerjaan lapangan menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan pengumpulan alat–alat pembuktian yang cukup memadai (Boynton dan Kell, 2001). Karena adanya standar inilah yang menyebabkan auditor menunda publikasi laporan audit atau laporan keuangan apabila dirasakan perlunya memperpanjang masa audit.
3
Terhadap keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan ini, pihak Bursa Efek Indonesia memberikan surat peringatan pertama dengan tidak memberikan sanksi apapun. Apabila telah melewati tanggal 31 Maret, akan diberikan waktu 30 hari dan apabila setelah pemberian batas waktu 30 hari belum terpenuhi, maka akan diberikan surat peringatan kedua dan denda sebesar Rp 50 juta. Untuk keterlambatan 30 hari berikutnya serta peringatan peringatan ketiga dan denda sebesar Rp 150 juta akan diberikan untuk 30 hari berikutnya yang belum terpenuhi. Apabila sampai peringatan ketiga emiten tersebut belum juga menyampaikan laporan keuangan, maka perdagangan sahamnya akan dihentikan (suspend). Serta apabila hingga 15 hari dari tanggal dihentikan sementara (suspend)
perdagangan
sahamnya
belum
juga
memenuhi
kewajiban
menyampaikan laporan keuangan auditan, maka Bursa Efek Indonesia akan menghapus pencatatan saham emiten tersebut Implikasi keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan tahunan berpengaruh buruk terhadap perusahaan, baik dari segi finansial maupun reputasi perusahaan di mata investor. Penelitian Penman dan Chamber (1984) menunjukkan bahwa pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat menyebabkan hal yang sebaliknya. Mengingat begitu pentingnya ketepatan waktu pelaporan tersebut menjadikan audit delay serta faktor–faktor yang mempengaruhinya sebagai salah satu objek penelitian yang signifikan untuk diinvestigasi.
4
Lamanya waktu (jumlah hari) dari tanggal tutup buku sampai penerbitan laporan audit atas laporan keuangan perusahaan disebut sebagai audit delay (Carslaw dan Kaplan, 1991; Bamber et.al., 1993 dan Lawrence dan Glover, 1998). Dalam Standar Auditing seksi 530 (PSA No.43) dinyatakan bahwa pada umumnya tanggal selesainya pekerjaan lapangan harus digunakan sebagai tanggal laporan auditor independen. Audit delay dapat dipengaruhi oleh prosedur audit yang dilakukan, prosedur ini secara umum terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Setiap rangkaian prosedur ini dari perencanaan sampai dengan pelaporan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Fenomena yang terjadi yaitu pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mencatat pada periode Januari hingga 2 Maret 2011, tercatat 50 emiten dan perusahaan publik yang mendapat sanksi administratif. Sanksi tersebut dikarenakan terlambat menyerahkan laporan keuangan. Seperti yang terjadi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu perusahaan publik yang tercatat mendapat sanksi administratif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Sanksi yang didapatkan PTPN III merupakan yang paling besar di antara emiten dan perusahaan publik lainnya dikarenakan terlambat menyerahkan laporan keuangan. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Jakarta, Minggu 6 maret 2011, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) terkena denda administratif sebesar Rp.96 juta. Selain itu, emiten dan perusahaan publik yang juga terkena sanksi administratif di antaranya PT Eratex Djaja Tbk sebesar Rp.94 juta rupiah, PT
5
Arpeni Pratama Ocean Line Tbk sebesar Rp73 juta, PT Mitra Energi Persada Tbk sebesar Rp 67 juta, dan PT Sunson Textile manufacture Tbk sebesar Rp 59 juta. (Sumber : www.hileud.com). Selama tahun 2011, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) juga memberikan sanksi administratif
kepada 27
Perusahaan Pembiayaan karena keterlambatan penyampaian Laporan Keuangan Audit 2010. Selain itu, terdapat 25 Perusahaan Dana Pensiun terdiri dari 22 Dana Pensiun Pemberi Kerja dan 3 Dana Pensiun Lembaga Keuangan, yang terlambat menyampaikan laporan keuangan. Atas keterlambatan tersebut, total denda yang dikenakan kepada Dana Pensiun mencapai Rp149.514.000. BapepamLK juga telah mengenakan denda kepada 28 perusahaan perasuransian karena terlambat menyampaikan laporan keuangan tahunan dengan total denda mencapai Rp3.405 juta. (Sumber : www.bapepam.go.id). Penelitian-penelitian sebelumnya di Indonesia yang merupakan hasil dari pengolahan data sekunder dari bursa efek (Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya) menunjukkan bahwa rata-rata audit delay dari tahun ke tahun semakin meningkat. Penelitian yang Halim rata-rata audit delay yang terjadi pada tahun 1997 adalah 84,45 hari dan penelitian. Sedangkan penelitian yang dilakukan Hanipah rata-rata audit delay untuk tahun 1999 adalah 89,96 hari. Penelitian Imam Subekti dan Novi W (2004) rata-rata audit delay tahun 2001 adalah 98,38 hari. Hasil ini tergolong lebih panjang dibandingkan hasil penelitian Ashton, Willingham, & Elliott (1987) yang hanya sebesar 62,53 hari. Sedangkan hasil
6
penelitian Hossain dan Taylor (1998) di Pakistan menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih panjang yaitu 143 hari. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan rata-rata audit delay yang berbeda-beda pada setiap negara. Perbedaan ini dapat dimaklumi karena adanya peraturan dan kebijakan pasar modal yang berbeda antar negara. Berdasarkan pada penelitian yang menjadi acuan penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Novince Lianto dan Budi Hartono Kusuma, dimana faktor– faktor yang diteliti adalah tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan jenis industri. Hasil penelitian Novince Lianto dan Budi Hartono Kusuma (2010) membuktikan bahwa dari 5 faktor yang diteliti hanya faktor tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas yang berpengaruh terhadap audit delay. Hasil penelitiannya menyatakan rata-rata audit delay adalah 70 hari. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis termotivasi untuk melakukan analisis lebih lanjut dengan memfokuskan terhadap faktor–faktor yang mempengaruhi audit delay, seperti tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas, going concern opinion, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Profitabilitas, Tingkat Solvabilitas, Going Concern Opinion, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan Terhadap Audit Delay pada Perusahaan– Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
7
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang penelitian,
maka penulis mengidentifikasi masalah–masalah di atas yaitu, apakah faktor profitabilitas, tingkat solvabilitas, going concern opinion, ukuran perusahaan dan umur perusahaan secara parsial dan simultan mempengaruhi audit delay pada perusahaan–perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat profitabilitas,
tingkat solvabilitas, going concern opinion , ukuran perusahaan dan umur perusahaan mempengaruhi audit delay pada perusahaan–perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk menjawab permasalahan pada identifikasi masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan data dianalisa berdasarkan teori sehingga disebut penelitian deduktif. Penelitian deduktif adalah tipe penelitian dengan melakukan uji hipotesis berdasarkan teori sebagai pedoman atau arah untuk memilih, mengumpulkan dan menganalisa data.
8
1.4
Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan gambaran, khususnya mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan–perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi perusahaan dan Kantor Akuntan Publik, diharapkan perusahaan dan Kantor Akuntan Publik mendapatkan gambaran mengenai faktor yang mempengaruhi audit delay sebagai bahan acuan dalam menentukan batas akhir penerbitan laporan audit atas laporan keuangan. 3. Bagi badan regulator pasar modal dan dewan pembuat standar akuntansi, memberikan informasi untuk mempertimbangkan faktor dominan yang berpengaruh terhadap audit delay dalam membuat regulasi (kebijakan) tentang pelaporan keuangan. 4. Bagi masyarakat, khususnya di lingkungan perguruan tinggi, dapat menambah pengetahuan pembaca dan dapat pula dijadikan referensi dimasa yang akan datang.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia (pada Pusat Referensi Pasar
Modal)
dan
dengan
mengakses
situs
resmi
Bursa
Efek
Indonesia
(www.idx.co.id) untuk memperoleh laporan tahunan para emiten. Sedangkan waktu penelitian berlangsung dari bulan April 2012 hingga September 2012.