BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat terutama di bidang kesehatan. Salah satu cara untuk meningkatkan pembangunan kesehatan tersebut adalah mengembangkan sumber daya menusia mulai dari sejak dini melalui pemberian ASI eksklusif (Badriul, 2008). Pemberian ASI secara eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan atau makanan lain. Pemenuhan gizi bayi 0-6 bulan mutlak diperoleh melalui pemberian ASI eksklusif. Dengan pemberian ASI eksklusif tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru dapat dikurangi. Selain itu, ASI eksklusif juga mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Baby & Children World 2005). Pemberian ASI eksklusif sangat banyak manfaatnya bagi bayi dan ibu. Walaupun demikian masih banyak ibu tidak berhasil bahkan tidak memberikan ASI eksklusif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif terdiri dari faktor internal seperti: ketersediaan ASI, pekerjaan, pengetahuan, kelainan payudara, kondisi kesehatan dan faktor eksternal antara lain : status ekonomi, petugas kesehatan, kondisi kesehatan bayi, pengganti ASI, keyakinan yang keliru. Disamping faktor diatas pemberian ASI eksklusif juga dipengaruhi oleh faktor budaya.
Pemerintah telah serius meningkatkan cakupan ASI eksklusif.Hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya Kepmenkes RI No.450/MENKES/SK/VI/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia. Dalam rekomendasi tersebut dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (Depkes, 2004). ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan alamiah yang ideal untuk bayi, terutama pada bulan-bulan pertama. Memberikan ASI pada bayi tidak hanya membuat kehidupan yang sehat dan bergizi, tetapi juga merupakan cara yang hangat, penuh kasih sayang dan menyenangkan. Bayi merasa aman, terlindungi dan disayangi (Welford, 2001). Selain itu, ASI juga merupakan hak azasi bayi yang harus dipenuhi oleh orangtuanya. Namun demikian, pemberian ASI eksklusif belum dipenuhi untuk semua bayi. Sungguh menyedihkan bahwa semakin lama semakin banyak wanita yang tidak menyusui bayinya sendiri. Dalam suatu penyelidikan yang dilakukan di Malaysia yaitu kota Cardiff, ternyata setelah hari yang ketujuh dari masa nifas hanya 33% wanita yang menyusui bayinya (Depkes, 2006). Dewasa ini para ibu di negara maju seperti di Eropa, Amerika, dan Australia menjadikan pemberian ASI eksklusif sebagai perilaku pola asuh bayi, meski mereka bekerja tetapi hal ini tidak menghambat keberhasilan pemberian
ASI eksklusif
(Swadono, 2006). Namun, persentase ibu yang memberiakn ASI eksklusif sangat rendah dibeberapa Negara seperti di Pakistan, Thailand, dan Indonesia.Di Indonesia
86% yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif karena para ibu lebih memilih mamberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya penggunaan susu formula lebih dari 3X lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% tahun 2002 (Depkes, 2006). Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional pada 2007-2008, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia nol hingga enam bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2 persen pada 2007 menjadi 56,2 persen pada 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai enam bulan turun dari 28,6 persen pada 2007 menjadi 24,3 persen pada 2008. Sementara jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7 persen pada 2002 menjadi 27,9 persen pada 2003. Untuk itu, demi meningkatkan kembali pemberian ASI eksklusif pada bayi diharapkan seluruh komponen masyarakat diminta ikut bekerja keras. Survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition and Health Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan Balitbangkes dan Hellen Killer Internasional menunjukan cakupan ASI eksklusif di Indonesia 4-5 bulan sangat rendah yaitu diperkotaan anatara 4-12% sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan lebih rendah lagi yaitu diperkotaan 1-13%, sedangkan di pedesaan 2-13% .Hal ini menunjukan bahwa penggunaan ASI eksklusif di pedesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif. Bangsa Indonesia dikenal terdiri dari berbagai suku dengan berbagai latar belakang budaya. Masyarakat Sumatera Utara terdiri dari beberapa
suku, diantaranya suku Mandailing yang sebagian besar masih berdominasi di daerah Mandailing atau dipinggiran Manadailing. Dengan perkembangan dan keadaan zaman yang menuntut penyesuaian diri dengan situasi dan kondisi banyak suku Mandailing tinggal diluar wilayah Mandailing seperti daerah Tembung. Pada daerah ini masyarakat Mandailing masih mempunyai budaya yang kuat dan mempunyai kebiasaan-kebiasaan. Karena kebudayaan terwujud dan tersalurkan melalui perilaku manusia, dan sudah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan, kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya. Terkait dengan kebudayaaan Mandailing dan apabila dihubungkan dengan pemberian ASI eksklusif, berdasarkan survey oleh peneliti pada suku Mandailing yang tinggal di daerah Tembung ternyata
masih banyak suku Mandailing yang tidak berhasil dalam
pemberian ASI eksklusif. Hal ini mungkin disebabkan mereka masih berpegang teguh pada budayanya sendiri seperti memberikan air tajin, teh manis, air daun katup, dan nasi bubur pada bayi < 6 bulan. Oleh karena itu, peneliti merasa sangat perlu melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif pada suku Mandailing yang tinggal di daerah Tembung.. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif.
3.
Tujuan
3.1 Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu suku Mandailing. 3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui jumlah seluruh responden (persentase responden) yang gagal dalam pemberian ASI eksklusif terkait dengan faktor ketersediaan ASI 2. Untuk mengetahui jumlah seluruh responden (persentase responden) yang gagal dalam pemberian ASI eksklusif terkait dengan faktor pekerjaan 3. Untuk mengetahui jumlah seluruh responden (persentase responden) yang gagal dalam pemberian ASI eksklusif terkait dengan faktor pengetahuan 4. Untuk mengetahui jumlah seluruh responden (persentase responden) yang gagal dalam pemberian ASI eksklusif terkait dengan faktor kelainan payudara 5. Untuk mengetahui jumlah seluruh responden (persentase responden) yang gagal dalam pemberian ASI eksklusif terkait dengan faktor kondisi kesehatan ibu 6. Untuk mengetahui jumlah seluruh responden (persentase responden) yang gagal dalam pemberian ASI eksklusif terkait dengan faktor petugas kesehatan
7. Untuk mengetahui jumlah seluruh responden (persentase responden) yang gagal dalam pemberian ASI eksklusif terkait dengan faktor kondisi kesehatan bayi 8. Untuk mengetahui jumlah seluruh responden (persentase responden) yang gagal dalam pemberian ASI eksklusif terkait dengan faktor pengganti ASI 9. Untuk mengetahui jumlah seluruh responden (persentase responden) yang gagal
dalam
pemberian
ASI
eksklusif
terkait
dengan
faktor
keyakinan/kebudayaan
4
Manfaat Penelitian 4.2 Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan bagi puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan ASI eksklusif 4.3 Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menyediakan informasi kepada tenaga pendidik untuk memberikan penekanan materi sesuai dengan masalah yang ada di Klinik, Puskesmas, Rumah Sakit dan Masyarakat terutama mengenai faktorfaktor yang mempeengaruhi ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif. 4.4 Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif pada suku Mandailing.