BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan lain sebagainya.1 Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2005, umur harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia pada tahun 2004 mencapai 67 tahun. Pada tahun 2002 provinsi dengan UHH tertinggi adalah DI Yogyakarta (72,4 tahun), DKI Jakarta (72,3 tahun), dan Sulawesi Utara (70,9 tahun). Sedangkan UHH terendah di Propinsi Banten (62,4 tahun), Kalimantan Selatan (61,3 tahun) dan Nusa Tenggara Barat (59,3 tahun).2 UHH berbeda antara perempuan dan laki-laki. Umumnya UHH perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Hal ini antara lain karena faktor genetis dan biologi yang lebih menguntungkan perempuan. Pada tahun 2007 UHH perempuan Kalsel mencapai 64 tahun sedangkan laki-laki mencapai 60 tahun. Pada tahun 2005 UHH Propinsi NAD pada pria adalah 67 tahun, sedangkan pada wanita adalah 69 tahun. Di Propinsi DIY, pada tahun 2006 UHH laki-laki adalah 66,38 tahun, sedangkan untuk perempuan mencapai 70,25 tahun.2
Universitas Sumatera Utara
Menurut profil kesehatan propinsi Riau tahun 2006, umur harapan hidup penduduk propinsi Riau mengalami peningkatan dari 67,9 pada tahun 2002 menjadi 70,07 pada tahun 2005.3 Salah satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah kesehatan adalah hipertensi yang merupakan faktor yang amat penting terhadap timbulnya berbagai gangguan organ-organ vital tubuh. Gangguan ini sering menimbulkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal, dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal, dan jantung yang dapat berakibat kecacatan, bahkan kematian. 4 Hipertensi atau yang disebut the silent killer merupakan salah satu faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit jantung (kardiovaskular). Penderita penyakit jantung kini mencapai lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa adalah mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila tekanan darahnya dapat dikontrol.5 Tahun 2008 terdapat lebih dari 1 miliar penderita hipertensi di seluruh dunia. Artinya, satu dari empat orang dewasa hidup bersama hipertensi. Menjelang tahun 2025, jumlah itu diprediksi akan meningkat menjadi 1,6 miliar.6 WHO mencatat dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta (proporsi 34,26%) berada di negara maju dan 639 juta sisanya (proporsi 65,74%) berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia. Prevalensi hipertensi di beberapa negara, seperti di Asia Tenggara yaitu Vietnam pada tahun 2004 mencapai 34,5%, Thailand pada tahun 1989 mencapai 17%, Malaysia pada tahun 1996 mencapai 29,9%,
Universitas Sumatera Utara
Philipina pada tahun 1993 mencapai 22%, dan Singapura pada tahun 2004 mencapai 24,9%. Prevalensi hipertensi di Amerika Serikat pada tahun 2005 adalah 21,7%.7 Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, data Pola Penyebab Kematian Umum di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah dianggap sebagai penyakit pembunuh nomor satu di Indonesia.4 Gangguan jantung dan pembuluh darah seringkali bermula dari hipertensi, atau tekanan darah tinggi. Selain itu, hipertensi yang merupakan suatu kelainan vaskuler awal, dapat menyebabkan gangguan ginjal, merusak kerja mata, dan menimbulkan kelainan atau gangguan kerja otak sehingga dapat menghambat pemanfaatan kemampuan intelegensia secara maksimal.4 Menurut data Indonesian Society of Hypertention (InaSH) tahun 2007, secara umum prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang dewasa lebih dari 50 tahun antara 15% dan 20%. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, proporsi kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%.8 Penyakit sistem sirkulasi dari hasil SKRT tahun 1992, 1995, dan 2001 selalu menduduki peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat yaitu pada tahun 1992 sebesar 16,0%, pada tahun 1995 sebesar 18,9% dan pada tahun 2001 sebesar 26,4%.8 Penelitian Anna pada tahun 2007 melihat faktor risiko kasus kardiovaskular akibat hipertensi di Indonesia menunjukkan bahwa tekanan darah < 120 mmHg risiko relatif mortalitas akibat penyakit kardiovaskular hingga 6,1%, tekanan darah 120-139 mmHg risiko relatif mortalitas hingga 16,3%, tekanan darah 140-159 mmHg risiko
Universitas Sumatera Utara
relatif mortalitas hingga 22,7%, dan tekanan darah ≥ 160 mmHg risiko relatif mortalitas hingga 49,2%. Proporsi penderita penyakit kardiovaskuler yang dirawat di rumah sakit di Indonesia terus meningkat dari 2,1% di tahun 1990 menjadi 6,8% di tahun 2001.6 Dari data rumah sakit, di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan jumlah kasus penderita hipertensi pada tahun 1999 sebanyak 122 kasus dengan proporsi 0,8% dan tahun 2000 meningkat menjadi 215 kasus dengan proporsi 1,5%. Di RSUP H. Adam Malik Medan dilaporkan adanya peningkatan jumlah kasus hipertensi rawat inap pada tahun 1997-2001 yaitu tahun 1997 sebanyak 14 kasus (proporsi 0,8%), tahun 1998 sebanyak 78 orang (proporsi 1,05%), tahun 1999 sebanyak 102 kasus (proporsi 1,23%), tahun 2000 sebanyak 114 kasus (proporsi 1,56%) dan tahun 2001 sebanyak 128 kasus (proporsi 1,78%).9 Berdasarkan profil kesehatan propinsi Riau tahun 2006 menyebutkan bahwa hipertensi menduduki peringkat pertama pada Pola Penyakit Tidak Menular (PTM) menurut kabupaten/kota dengan jumlah 13.411 kasus dengan prevalensi 0,28%.3 Berdasarkan laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Kota Pekanbaru, proporsi penderita hipertensi yang dirawat inap pada tahun 2004 adalah sebesar 8,92% (265 orang dari 2.971 pasien penyakit dalam) dengan Case Fatality Rate (CFR) 7,55% (20 orang), tahun 2005 sebesar 5,96% (229 orang dari 3.843 pasien penyakit dalam) dengan CFR 6,11% (14 orang), tahun 2006 sebesar 5,31% (186 orang dari 3.503 pasien penyakit dalam) dengan CFR 5,91% (11 orang), tahun 2007 sebesar 4,79% (171 orang dari 3.573 pasien penyakit dalam) dengan CFR
Universitas Sumatera Utara
5,85% (10 orang), dan tahun 2008 sebesar 6,85% (265 orang dari 3.870 pasien penyakit dalam) dengan CFR 3,40% (9 orang).10 Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Kota Pekanbaru tahun 2004-2008. 1.2. Perumusan Masalah Belum diketahuinya karakteristik penderita hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru pada tahun 2004-2008 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui trend kunjungan penderita hipertensi berdasarkan data kunjungan tahun 2004-2008 b. Untuk mengetahui trend CFR penderita hipertensi berdasarkan data tahun 2004-2008 c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan sosiodemografi yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama
Universitas Sumatera Utara
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan status komplikasi g. Untuk mengetahui distribusi penderita hipertensi berdasarkan rata-rata lama rawatan h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan derajat hipertensi j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi status komplikasi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi k. Untuk mengetahui rata-rata lama rawatan berdasarkan derajat hipertensi l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi derajat hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang 1.4. Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak rumah sakit mengenai karakteristik
penderita
hipertensi,
sehingga
dapat
meningkatkan
penanggulangan dan pengobatan penderita ke arah yang lebih baik
Universitas Sumatera Utara
b. Sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM – USU) dan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) c. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan hipertensi.
Universitas Sumatera Utara